Nama          : Shishi Amelia
NIM Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â : 1405623019
Program Studi : Pendidikan Sosiologi
Sisyamel9@gmail.com
Di era globalisasi saat ini, Indonesia dihadapkan dengan tantangan fenomena demoralisasi pada generasi mudanya yang menjadi kasat mata. Arus informasi dan budaya yang masuk dari berbagai belahan dunia membawa banyak pengaruh, selain sisi positif tentu saja ada pula sisi negatifnya. Sisi negatif dari budaya yang masuk tanpa penyaringan tersebut berpengaruh pada penurunan moral dan perilaku yang tidak diharapkan. Perubahan perilaku, sikap dan tingkah laku dalam berinteraksi dengan lingkungan di sekitar menjadi cerminan dari demoralisasi pada generasi muda.
Perubahan karakter dari pengaruh budaya luar, semakin meresap ke dalam berbagai aspek berkehidupan generasi muda Indonesia. Seringkali budaya yang masuk bertentangan dengan nilai-nilai tradisional yang sudah menjadi bagian dari identitas dan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Banyak generasi muda terjebak dalam arus konsumerisme, individualisme, kekerasan, penyalahguaan narkotika dan lain sebagainya.
Dampak perubahan karakter tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal ini menjadi masalah yang serius karena jika dibiarkan, secara perlahan nilai-nilai tradisional Indonesia akan semakin tergerus. Gotong royong, rasa solidaritas, dan kepedulian terhadap sesama, yang selama ini menjadi nilai yang sangat digenggam dalam budaya Indonesia, kini semakin berjalannya waktu semakin terkikis oleh sikap-sikap kebaratan tersebut.
Menanggapi hal ini sekolah sudah seharusnya menjadi komponen penting yang keberadaannya tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. Program pengembangan sekolah harus berorientasi pada generasi muda sebagai peserta didik agar mampu mengambil peran penting saat mereka menjadi bagian dari masyarakat. Melalui organisasi sekolah sebagai wadah pembentukan kembali karakter dan moral yang sempat dilupakan. Sekolah tidak lagi sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan akademis saja, namun juga sebagai perantara sosial untuk peserta didik belajar berinteraksi, beradaptasi, dan membentuk karakter pribadi serta moral mereka. Oleh karena itu, peranan aktif dari sekolah menjadi sangat penting memperkuat pendidikan karakter peserta didik.
Salah satu organisasi penting dalam lingkungan sekolah adalah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Berdasarkan Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang pembinaan kesiswaan, telah dinyatakan bahwa OSIS menjadi organisasi kesiswaan dan merupakan organisasi resmi di sekolah, karenanya OSIS banyak beroperasi di hampir setiap sekolah, terutama pada jenjang menengah pertama (SMP) dan menengah atas (SMA). Peranan organisasi sekolah tersebut dapat memberikan kontribusi pada visi Indonesia Emas 2045 yang mencita-citakan Indonesia sebagai negara maju dan berdaya saing tinggi.
OSIS masuk kedalam kategori organisasi sekolah atau yang biasa disebut sebagai ekstrakulikuler yang kegiatannya dilakukan peserta didik di luar jam belajar, biasanya dilakukan setelah pulang sekolah. Namun tidak dengan OSIS, organisasi ini terkadang memakan waktu belajar peserta didik. Kegiatan mereka yang terlibat pada pelaksanaan berbagai acara dan bakti sekolah mendatangkan tantangan dalam hal manajemen waktu, akan ini anggota OSIS diharuskan mampu mengelola waktu mereka dengan efisien, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan tugas-tugas akademis dan kegiatan lainnya. Dalam hal kepegurusan organisasi OSIS memiliki struktur keanggotaan yang secara umum terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, karenanya segala kegiatan memerlukan koordinasi yang baik dan komunikasi yang efektif antar anggota untuk meminimalisir konflik. Melalui tantangan tersebut, peranan ketua OSIS diharapkan dapat memastikan keadaan dapat dikendalikan. Dengan ini, peserta didik diharuskan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, empatis, resolutif, dan berjiwa pemimpin. Selanjutnya dalam pelaksanaan kegiatan setiap pengurus diwajibkan mengemban tugas dan tanggung jawab mereka dengan baik, berkomitmen untuk bertindak sesuai dengan prinsip moral dan etika. Adanya godaan untuk melanggar dan meninggalkan tanggung jawab menjadi tantangan setiap anggota dalam menjaga integritasnya.
Dari tantangan dan hambatan OSIS diatas, secara tidak langsung akan membentuk karakter peserta didik yang bernilai demokratis. Kecerdasan intelektual tidaklah cukup, perlu dibarengi dengan karakter peserta didik yang berintegritas, bertanggung jawab, dan memiliki rasa empati terhadap sesama. Kecerdasan tanpa moralitas hanya kekosongan belaka, karenanya OSIS menjadi wadah untuk membentuk kader pembangunan bangsa yang siap berkontribusi dalam mengatasi tantangan kompleks dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab demi kebaikan bersama, sebagai upaya perwujudan visi tersebut.