Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen: Sampai Tuhan Menampar Lindi #2 (Habis)

9 September 2011   00:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:07 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Temanku yang hatinya sedang di pimpin oleh ketidak pedulian untuk sangat berfikir. Kesadaran dari sikap yang salah, keegoisan, dan kemarahan yang sangat tak perlu, datang seiring dengan penyesalan. Janganlah terus memelihara kemarahan dan keegoisan, karena sejatinya semuanya akan merusak diri sendiri. Janganlah terburu memberikan penilaian bahwa orang yang diam saat kita sedang dikuasai nafsu dan amarah adalah orang yang sangat tidak peduli dengan susah kita. Mereka sedang sangat berfikir, dan sangat peduli dengan anda. Hanya saja mereka tak mau ikut meminum racun nafsu dan amarah anda, mereka sedang berfikir keras agar racun itu berubah menjadi madu.

Sebelum Tuhan benar – benar menampar kita, berhentilah dari membuat-Nya kesal.

Lindi terus berlari menyusuri lorong – lorong rumah sakit sembari memanggil – manggil nama ibunya. Derai air mata dan isak tangisnya tak reda sampai langkahnya terhenti didepan pintu masuk kamar jenazah. Dua orang asisten dokter dan satu orang petugas penjaga keamanan merampah badanya yang terus meronta – ronta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun