Di titik pamitmu pada dunia, Â suatu paradoks terjadi.
Paradoks  yang akan memberikan pencerahan mengenai kadar kebahagiaan yang hakiki.
Saat kematian telah tiba, Paradoks  bermula.
"Dunia yang ku anggap tempat paling nikmat ini, Â ternyata harus berakhir".
"Tahap selanjutnya  tetap berjalan walau aku dalam pengingkaran sakaratul maut  ingin diberi tambahan umur
namun tetap saja tak bisa melawan hingga akupun pasrah".
"Oh dunia, kau begitu menyimpan pilu.."
"Dulu aku mencurangi makhluk tuhan yang lain supaya aku, orang-orang tersayangku dan keluargaku terus bahagia".
"namun sekarang, mereka tak menjamin keselamatanku".
"Persaingan perebutan rezeki memang demikian keras sampai aku bertindak kejam pada makhluk tuhan yang lain".