Negara ini adalah negera yang sangat kaya raya. Apapun yang diperlukan oleh manusia dalam hidupnya tersedia di negara ini. Indonesia memiliki segala-galanya untuk menjadi negera super power bahkan mungkin lebih super power dari  USA saat ini. Mengapa demikian? iya sejak kecil saat kita SD dalam buku-buku teks pelajaran IPS dan penjelasan guru di kelas selalu mengatakan bahwa Indonesia itu adalah negera yang sangat kaya raya. Apapun tersedia di Indonesia mulai dari dalam tanah, permukaan tanah, lautan dan udara adalah kekayaan negeri kita.
Di dalam tanah kita bisa memperoleh minyak bumi, emas, batu bara dan gas. Di permukaan tanah Indonesia memiliki tanah yang sangat subur, segala bentuk tanaman dan tumbuhan dapat tumbuh dengan subur di Indonesia. Bahkah ada pameo yang mengatakan " Â Di Indonesia tongkat/kayu di lempar akan tumbuh" Â pameo tersebut menggambarkan bahwa Indonesia memiliki tanah yang sangat subur.Â
Di lautan kita juga memiliki ikan yang bisa menjadi sumber gizi yang sangat baik bagi masyarakat Indonesia agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dengan cerdas. Â Dari segi penduduk Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar.Â
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun 2015 jumlah penduduk di Indonesia adalah 267 Juta Jiwa dengan komposisi lebih 68% adalah penduduk usia produktif. Dari berbagai aspek tersebut menurut saya Indonesia sudah memiliki modal yang sangat cukup untuk menjadi negera yang sangat maju.Â
Komposisi antara SDM dan SDA sudah cukup menjadi syarat negera yang makmur. Namun mengapa hingga saat ini Indonesia masih nampak seperti jalan di tempat, belum ada kemajuan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Semuanya nampak begitu-begitu saja. Lalu di mana masalahnya? Menurut saya masalahnya ada di manusianya khusunya mereka yang diberikan kewenangan sebagai policy maker.
Policy maker atau pembuat kebijakan merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi  di Indonesia. Karena kebijakan-kebijakan mereka  yang menentukan bagaimana kondisi negara ini saat ini. Indonesia akan maju dan melesat dengan cepat apabila pembuat kebijakan mulai unsur legislatif, eksekutif dan yudikatif sebagai penegak hukum dapat merumuskan kebijakan yang tepat dan memberikan dampak yang signifikan terhadap kemajuan bangsa ini. Â
Apakah para pembuat kebijakan kurang cakap dan pandai dalam merumuskan kebijakan yang tepat bagi negeri ini.  Tentu meraka adalah orang-orang yang terbaik yang dimiliki oleh negeri ini. Kecapakan akademik  menurut saya belum cukup bagi pemimpin untuk merumuskan sebuah kebijakan dan yang paling penting juga bukan hanya kebijakannya saja, namun kualitas para pelaksana kebijakan harus benar-benar mempu menjalanken kebijakan tersebut.Â
Pembuat kebijakan dan seluruh jajaran pelaksana kebijakan harus memiliki sebuah nilai yaitu integritas. Integritas menurut saya dalam konteks pemahaman saya dari apa yang saya baca adalah satu kesatuan antara ucapan dan tindakan, satu kesatuan antara yang dipahami dan diketahui dengan tindakan yang dilakukan.
Dengan demikian maka saya yakin bahwa pemimpin kita adalah orang-orang yang sangat pandai, saya sangat percaya mereka sangat mengerti apa yang harus dilakukan untuk negeri ini. Begitu juga dengan para pelaksana kebijakan yang telah dirumuskan oleh pelaksana kebijakan mereka juga tau apa yang harus mereka lakukan. Namun jika mereka tidak memilki interitas, maka disinilah awal permasalahan negeri ini.
Masalah yang sangat besar bagi negara ini jika pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan diisi oleh orang-orang yang sangat miskin interitas. Orang yang dipercaya oleh Tuhan untuk memegang tampuk kepemimpinan di negeri ini mulai dari level presiden hingga RT dan jajaran legislatif dari DPR RI hingga DPRD harusnya orang-orang yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip moral, kebenaran, kejujuran, dan ketulusan. Â Lebih lanjut " quality of complete and perfect condition" Â tidak ada menusia yang benar-benar sempurna, tetapi sebagai orang yang diberikan amanah harusnya harus ada usaha menuju arah kesana.Â
Intergitas adalah kehormatan bagi seseorang apabila orang tersebut tidak mencerminkan sikap intergitas maka orang tersebut sudah tidak lagi memiliki kehormatan. Sebagai contoh seorang auditor, dalam tugas kesehariannya auditor tersebut bertugas untuk mengaudit keuangan sebuah perusahaan agar dapat dihitung berapa besar pajak yang harus dibayar. Banyak sekali perusahan yang enggan untuk membayar pajak. Agar pajaknya kecil tidak banyak perusahan menyuap pihak auditor agar dapat menekan jumlah pajak yang dibayar.
Tidak jarang pihak perusahan tidak segan-segan memberikan fasilitas berupa mobil dan rumah. Apabila auditor tersebut menerima fasilitas yang diberikan oleh perusahan tersbut maka tamat sudah kehormatan orang tersebut. Namun apabila auditor tersebut tidak mau menerima maka kehormatan auditor tersebut masih terjaga. Saya sangat yakin orang akan memberikan respect yang sangat tinggi kepada orang tersebut.Â
Dari cerita tentang auditor yang merupak segelintir profesi yang hari-hari harus bertarung-tarung untuk mempertahankan interitasnya. Memang sudah selayaknya Integritas  tidak hanya dimaknai saja, namun yang lebih penting dari itu, bagaimana cara memperkuat implementasi budaya integritas di lingkungan organisasi, khususnya dikaitkan dengan manajemen kinerja dan risiko.
Integritas merupakan salah satu atribut terpenting/kunci yang harus dimiliki seseorang. Integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Orang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.
Karakter yang kuat inilah yang dapat dijadikan modal seseorang dalam  mempertahankan nilai-nilai integritas. Apabila kita sebagai seseorang yang diberikan amanah sebagai orang yang mengambil kebijakan namun dalam perjalanan tugas kita sering berhadapan dengan konflik kepentingan. Maka disitulah integritas kita akan diuji, disitulah orang akan menilai seberapa kuat karakter kita.Â
Orang-orang yang lulus dalam ujian tersebut maka orang-orang tersebut menurut saya  layak untuk diberikan tanggung jawab dan amanah yang lebih besar. Namun bagi yang tidak tahan dengan ujian tersebut karena berbagai alasan maka pihak lain sudah menilai orang tersbut sebagai orang yang dapat "dibeli" dengan berbagai fasilitas dan menurut saya tamat kehormatan orang tersebut. " Kalau Kau kehilangan harta bendamu, sesungguhnya  kau belum kehilangan apa-apa, Akan tetapi apabila kau kehilangan kehormatan, maka kau telah kehilangan segala-galanya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H