Ditolaknya undangan pertemuan dari Presiden dengan BEM se-Indonesia membuat cerita bahwa emang Mahasiswa tu banyak maunya. Tapi ya masuk akal juga.
Ketika forum dilakukan  secara terbuka dan disiarkan di TV nasional. Kita bisa bareng2 mengkaji.Â
Forum yang terstruktur dan jelas. Jauh dari debat kusir dan tanpa ada sekat dari dinding kotak yang didalamnya hanya orang-orang pilihan dan terbatas.Â
Akan menjadikan semuanya transparan.
Jadi apa mau mereka, apa mau kita bisa dibicarakan dengan jelas.Â
Lagian kan lagi banyak tuh "ahli2 " serta praktisi dibidang hukum khususnya yg pro dan kontra dengan demo yg ada.Â
Katanya kita tuh harus literasi.
"Jangan baca RUU nya setengah2" "Jangan baca poin2 nya doang, baca juga pasal pendukung"
"Jangan sukur2 ikut postingan yg lagi viral"
Dll
Jadi kalau forumnya dibiarkan terbuka, maka orang2 yg pro dan kontra ttg RUU ini  akan sama2 mengetahui dg JELAS maksud dan tujuan dari RUU kontroversial itu dari sudut pandang "si pembuat".
Siapa tau maksud mereka baik.
Siapa tauuuu
Ya emang akan sedikit ribet. Tapi itu akan membuat kepercayaan rakyat meningkat. Emang mau rakyat semakin gak percaya? Emang mau di demo lagi? Emang mau orang-orang buat aksi lagi?
Kamu gak pusing apa?Â
Nah terus menanggapi banyak yg menyayangkan  adanya demo beberapa hari lalu. Karna dianggap tidak memahami konteks RUU dg jelas.Â
Aku yakin teman2 mahasiswa yg demo itu gak sukur2 demo kok.
Disana, di BEM nya, di KM nya, di HMJ nya sebelumnya pasti ada kajian tentang hal itu.Â
Semua ikut mengkaji dalam bidang keilmuannya atau bahkan jangan salah bisa jadi ada dosen yg ikut memberi pendapat.Â
Masa ada yg percaya sih, mahasiswa turun kejalan tanpa sebuah bekal?
Ya jelaslah mereka bawa bekal laah
" bahwa ada sesuatu yg tidak beres".
Yaudah jelaskan, masa' gak berani buat forum terbuka yg membahas itu?
Masa' beraninya debat kusir di program sebelah. Eh ehe ehee
Pokoknya gitu deh yaa.
Sampai-sampai menjadikan aksi ini semakin masiv di seluruh negeri di hari bergantian.Â
Lagipula kalau sampai anak STM turun kejalan bukankah sudah keterlaluan?Â
Segera kaji dan revisi kembali, pasal ngawur dibuang, pasal karet diganti yg tahan goncangan.Â
Masa nunggu ada korban ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H