Sejak saat itu, seluruh keluarganya merasa malu memiliki anggota keluarga yang cacat seperti Salma. Apa lagi, orang terdekat dan orang sekitar Salma yang mulai menjauhinya.
"Iya tapi tolong bantu sedikit, soalnya Kakak kecapean kalau harus selesain semuanya sendiri, apa lagi Ibu lagi keluar".
"Yang disuruh beresin kan Kakak bukan aku." Ketus Silmi sambil berlalu meninggalkan Salma.
Helaan nafas mengiringi kegiatan yang selalu Salma lakukan setiap harinya.
Setelah menyelesaikan seluruh kegiatannya, ia bergegas untuk membersihkan diri lalu berangkat ke tempat kerja.
Salma bekerja dikedai kue sesuai dengan minatnya dulu. Beruntungnya, kedai kue itu mau menerima orang seperti Salma. Ia merasa jarang ada tempat bekerja yang mau menerima orang disabilitas sepertinya.
Sembari menunggu rekan bekerjanya, Salma mulai membersihkan etalase, membersihkan meja, menyapu bagian luar dan dalam kedai, dan melakukan kegiatan lainnya.
Setelah Tara yang merupakan teman SMA sekaligus rekan kerjanya sampai, keduanya langsung mulai membuat kue untuk dijual di hari itu. Walau dengan kekurangannya, Salma tetap bisa bekerja dengan sangat baik.
Satu persatu pengunjung mulai berdatangan membeli kue-kue di kedai tempat Salma bekerja.Â
Ia terkejut melihat kedatangan Ayah dan Ibu yang terlihat khawatir dan terburu-buru. Tanpa menyapa Ibu langsung menarik Salma keluar kedai.
"Cepat izin kerja dan ikut Ibu ke rumah sakit." Tegasnya.