Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Chatting vs Telepon, Pilih yang Mana?

14 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   10:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi chatting. (Sumber: Unsplash via KOMPAS.com) 

Kemajuan teknologi komunikasi membuat kita mudah untuk berinteraksi dengan siapa saja. Tidak perlu bertemu secara langsung, hanya bermodal ponsel pintar saja, komunikasi sudah dapat terjalin. Tidak memandang waktu dan jarak.

Selain memudahkan kehidupan sehari-hari, teknologi komunikasi juga membuat penggunanya dapat memilih alternatif komunikasi yang tersedia. Mulai dari menjalin interaksi lewat teks, telepon, sampai saling menatap wajah masing-masing.

Alternatif komunikasi yang dapat dipilih membentuk kebiasaan baru untuk menjalin interaksi dengan sekitar. Tumbuh kebiasaan baru dalam hal bersosialisasi dengan orang lain. Biasanya, seseorang harus ke luar rumah dan menemui langsung seseorang yang akan ia temui untuk dapat berbincang dengannya. Sedangkan sekarang, tak perlu lagi jauh-jauh menemui seseorang. Berbeda negara saja sudah bisa berkomunikasi lewat kecanggihan yang ada.

Kebiasaan ini justru bisa merubah cara pandang bahkan budaya baru dalam bersosialisasi. Tidak perlu mendapat pengakuan atau mendapat validasi secara nyata dari lingkungan, cukup mendapatkan sorotan di media sosial sudah membuat seseorang merasa gaul. Terlihat jauh lebih mudah dan tidak terbatas. Tak sesempit bergaul dalam lingkungan pertemanan terbatas yang hanya itu-itu saja. 

Kemudahan yang ada bukan berarti menghapus interaksi secara langsung. Di mana komunikasi secara verbal tetap dibutuhkan dan harus dilandasi dengan keterampilan yang matang. Keterampilan dalam berkomunikasi verbal tidak akan terbentuk jika hanya mengandalkan kebiasaan komunikasi via teks atau telepon saja. Kesiapan berbincang langsung dengan seseorang akan berbeda jika dibandingkan dengan memilih media komunikasi via teks atau telepon. 

Realitasnya adalah bahwa orang-orang jauh lebih nyaman berkomunikasi via teks atau lebih ngetren dengan sebutan chatting. Bahkan cenderung menghindari komunikasi via telepon. Kalau seperti itu, bagaimana jika mengharuskan berkomunikasi secara langsung?

Ilustrasi chatting. (Sumber: Unsplash via kompas.com) 
Ilustrasi chatting. (Sumber: Unsplash via kompas.com) 

Melansir dari BBC, survei Uswitch melibatkan 2.000 responden yang berusia 18 sampai 34 tahun, menunjukkan sekitar 25% orang tidak pernah menjawab telepon. Hampir 70% mengaku lebih menyukai teks ketimbang panggilan telepon.

Dari survei tersebut, terlihat bahwa generasi Z dan Milenial lebih menyukai komunikasi teks daripada berbicara lewat telepon. Mereka tumbuh dengan cara komunikasi yang berbeda, yaitu mengandalkan komunikasi teks yang disediakan pada fitur media sosial. Media komunikasi telah mengalami transformasi yang signifikan.

Ada berbagai faktor yang mendasari mengapa banyak orang yang lebih nyaman melakukan komunikasi teks. Mengingat komunikasi teks atau chatting jauh lebih fleksibel. Seseorang dapat mengirimkan pesan kapan saja dengan harapan tidak mengganggu aktivitas si penerima pesan. Penerima pesan dapat membaca dan membalas kapan saja. Mungkin ketika senggan atau setelah kesibukannya selesai.

Berbeda jika melakukan komunikasi via telepon. Penerima diharuskan menerima pesan saat itu juga. Tidak bisa melihat kondisi yang ada. Apakah penerima sedang sibuk atau tidak, tapi mengharuskan mengangkat telepon saat itu juga. 

Ilustrasi orang sedang menelepon. (Sumber: Hassan OUAJBIR via kompas.com) 
Ilustrasi orang sedang menelepon. (Sumber: Hassan OUAJBIR via kompas.com) 

Komunikasi teks juga membuat seseorang dapat memikirkan terlebih dahulu pesan dan jawaban yang akan disampaikan. Sebelum final mengirimkan pesan, seseorang dapat membaca kembali dan merevisi jika memang ada kata atau kalimat yang kurang sesuai. Sampai akhirnya kata-kata yang digunakan memang sesuai dan mewakili apa yang ingin disampaikan. Berbeda jika via telepon yang disampaikan langsung bahkan bisa saja dengan spontanitas. 

Riwayat pesan teks juga dapat dilihat kembali. Bisa dijadikan arsip yang tersimpan jika sewaktu-waktu dibutuhkan kembali. Ini memudahkan pengguna untuk menyimpan informasi penting sebagai catatan.

Menariknya lagi terdapat fitur emoji yang bisa mewakili perasaan. Pengguna juga dapat berbagi gambar, video, tautan yang mendukung dan memperkuat pesan atau informasi yang ingin disampaikan. Fitur ini menambah kemudahan dalam berkomunikasi.

Miskomunikasi atau kesalahpahaman dalam memaknai pesan via teks bisa saja terjadi dibandingkan dengan komunikasi via telepon. Berbicara via telepon bisa mendengarkan intonasi lawan bicara. Apakah dengan intonasi, rendah, tinggi, atau biasa-biasa saja. Penggunaan intonasi tentu bisa mencerminkan kondisi seseorang dalam menyampaikan pesannya.

Dalam komunikasi teks, penerima tidak mengetahui secara pasti intonasi yang mewakili perasaan pemberi pesan. Bisa saja terjadi kesalahan penafsiran karena salah mengartikan makna suatu pesan. Meskipun sudah dilengkapi dengan emoji positif, tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan emoji hanya formalitas dan tidak mewakili perasaan yang sebenarnya.

Ilustrasi komunikasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi komunikasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Perubahan komunikasi ini menjadi tantangan dalam menjaga hubungan dengan orang lain. Termasuk berusaha untuk tetap menjaga dan melatih kecakapan komunikasi verbal. Kemudahan komunikasi memang begitu praktis, tapi bukan berarti terlena sampai melupakan pentingnya kemampuan komunikasi verbal.

Pilihan alternatif komunikasi dapat dipilih sesuai dengan urgensi dan kebutuhan yang ada. Misalnya jika memang pesan harus disampaikan secara cepat, seseorang bisa memutuskan untuk menggunakan telepon agar cepat menyampaikan pesannya.

Sedangkan komunikasi teks bisa digunakan ketika seseorang tidak perlu mendapatkan jawaban cepat dari seseorang. Begitu pun saat memutuskan untuk berbicara secara langsung karena memang pembahasan yang mendesak dan sangat penting sehingga lebih tepat disampaikan dengan bertemu langsung. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun