Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bayang-Bayang Brain Rot di Kehidupan Serba Digital

4 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 4 Januari 2025   08:27 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi brain rot. (Sumber: freepik.com via kompas.com)

Jemari rasanya begitu gatal jika tidak memainkan gadget. Ada waktu kosong sedikit saja, langsung menggapai ponsel untuk sekadar menggulir menu home di media sosial. Tidak perlu ada tujuan, hanya sekadar mengisi kekosongan saja.

Nampaknya, ponsel dan media sosial tidak hanya sekadar mengisi waktu luang saja. Ibaratnya, manusia tidak bisa hidup tanpa ponsel. Segala aktivitas kini sudah terangkum lewat ponsel pintar. Mulai dari urusan pekerjaan, komunikasi dengan kerabat, melakukan transaksi jual beli, hingga mencari hiburan.

Mencoba merefleksi diri dengan memulai mengingat apa saja aktivitas yang dilakukan dari bangun tidur sampai kembali terlelap di malam hari. Hampir semua aktivitas ditemani dengan ponsel pintar dalam genggaman.

Misalnya saja alarm di pagi hari yang berdering lewat ponsel. Tentu membantu penggunanya untuk memulai hari dengan perencanaan yang sudah dibuat. Sebuah gambaran nyata bahwa ponsel menjadi barang pertama yang dicari dan menemani. Bahkan adapula yang memilih asyik dengan ponselnya setelah bangun tidur.

Lebih uniknya lagi, perkumpulan sekelompok orang di sebuah kafe pun tetap tak bisa jauh dari ponsel. Pertemuan untuk mengeluarkan segala kerinduan atau hanya sekadar berbincang hal-hal ringan saja, tetap ditemani ponsel di tengah-tengah pertemuan itu. Mulai dari sibuk memotret kebersamaan untuk diabadikan pada media sosial. Bahkan sibuk sendiri dengan ponsel masing-masing dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Seolah-olah, raga mereka bersama, tetapi memiliki dunianya masing-masing.

Ilustrasi pengguna smartphone. (Sumber: SHUTTERSTOCK/AKHENATON IMAGES via kompas.com) 
Ilustrasi pengguna smartphone. (Sumber: SHUTTERSTOCK/AKHENATON IMAGES via kompas.com) 

Sering muncul pertanyaan random tentang, "Lebih baik ketinggalan dompet atau ponsel?" Mungkin dulu, orang-orang akan menjawab tidak bisa hidup tanpa dompet karena uang, tanda pengenal, dan kartu penting lainnya terdapat di sana. Tetapi kini orang-orang tidak bisa tanpa ponselnya. Lebih panik tidak membawa ponsel dibandingkan dompet.

Tentu jawaban itu berdasarkan alasan yang jelas. Terlebih, ponsel memang memuat banyak hal yang begitu praktis dan membantu menjalani kehidupan. Uang elektronik dapat diakses lewat ponsel, menghubungi seseorang pun bisa melalui ponsel, menemani saat gabut, dan kebutuhan lainnya yang ada pada ponsel. Jelas, ponsel memang sulit lepas dari kehidupan serba digital ini.

Kemajuan teknologi memang sulit diprediksi. Sulit juga dibantah meski memiliki prinsip keras untuk tidak terbawa perkembangan. Nyatanya, kemajuan teknologi menjadi keharusan bagi setiap orang di era digital. Sulit untuk menghindar meski sudah berupaya tutup mata dan telinga.

Selalu ada sisi positif dan negatif dari setiap perubahan dan perkembangan. Digitalisasi memang memberikan dampak positif yang banyak. Namun jika tidak ada kontrol diri, yang terjadi adalah sebuah kebiasaan buruk yang baru. Seperti menghabiskan waktu dengan bermain gadget tanpa tujuan yang jelas. Hanya sekadar berselancar pada media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun