Selain kesadaran pentingnya pengelolaan keuangan berkat kemudahan media sosial, kondisi ekonomi negara yang naik turun pun turut menjadi alasan tren No Buy Challenge 2025Â diterapkan. Menjelang akhir tahun 2024, masyarakat ramai mengkritisi isu kenaikan pajak yang menggelitik semua lapisan masyarakat. Belum mencapai kondisi finansial yang stabil, masyarakat harus dihadapkan dengan isu kenaikan pajak yang tentunya akan berpengaruh besar bagi semua orang.
Ketidakpastian ekonomi di masa depan membuat orang-orang kembali mengingat apa saja yang sudah terjadi di tahun 2024. Mulai dari melihat kembali barang apa saja yang dibeli, termasuk mengecek mutasi rekening sepanjang tahun 2024.Â
Melihat daftar riwayat transaksi yang dilakukan pada berbagai e-commerce dan transaksi di aplikasi penyedia layanan pengantar makanan, transportasi, penyewaan penginapan, dan kategori jasa lainnya. Ternyata memang terlihat fantastis. Sampai akhirnya tersadar, "Kok bisa mencapai nominal sebesar ini?" Tidak menyangka. Sebagian besar hasil keringat disalurkan untuk memenuhi kepuasan yang sesaat saja.
Ditambah lagi kembali mengingat berbagai tren yang diikuti sepanjang tahun 2024. Mulai dari ikut antre memberi boneka labubu, membeli barang yang digunakan oleh selebgram favorit, sampai membeli tiket konser musik dengan harga yang fantastis. Memang penyesalan selalu datang terakhir. Setelah melihat di akhir tahun saldo rekening yang begitu minim.
Dengan menerapkan No Buy Challenge 2025, kita bisa lebih bijak dalam berbelanja. Lebih menghargai barang-barang yang dimiliki sehingga dapat memberdayakan apa yang dimiliki. Selain itu, tanpa sadar juga dapat mengurangi sampah dan limbah yang dihasilkan oleh industri.
Pada akhirnya, tren No Buy Challenge 2025 akan memudahkan kita untuk menabung. Menyisipkan penghasilan untuk ditabung daripada membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Pengeluaran akan lebih terkontrol dan berakhir dengan kondisi finansial yang stabil.
Bisa saja tren No Buy Challenge 2025 dapat mengurangi stres yang biasanya disebabkan oleh kondisi finansial. Program gaya hidup minimalis ini membuat hati merasa tenang tanpa perlu tergiur dengan apa saja yang mengindikasi para fenomena FOMO.
Tantangan terberatnya adalah membuat No Buy Challenge menjadi sebuah kebiasaan. Apalagi jika sebelumnya selalu tampil mengikuti perkembangan fashion, teknologi, dan gaya hidup yang sedang trending. Untuk lepas pada kebiasaan buruk itu tidaklah mudah. Apalagi pada momentum tertentu, seperti diskon besar-besar di tanggal tertentu dan promo Harbonlas di berbagai e-commerce.
Godaan juga akan muncul ketika mendapatkan tekanan sosial. Lingkungan yang tidak mendukung dan malah menyudutkan keputusan untuk berhenti mengikuti tren yang ada. Alhasil berbagai pandangan lingkungan harus diterima tanpa mengenal situasi. Bisa saja merasa tergiur untuk mengurungkan niat atau bahkan merasa sakit hati akan pandangan lingkungan.