Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Konsep "Usia Hanyalah Angka" dalam Percintaan Bisa Berujung Child Grooming

17 November 2024   07:00 Diperbarui: 18 November 2024   17:09 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.id)

Bukan berprasangka buruk terhadap selebritas yang sedang dimabuk asmara dengan perbedaan umur yang jauh, tetapi bisa saja rasa ingin mengontrol terlahir begitu saja karena sudah pada hubungan berpacaran. Sebagai orang yang lebih dewasa atau tua, timbul rasa ingin mengontrol arah hubungan. Termasuk anak di bawah umur yang sedang dipacari.

Berhenti untuk menerapkan prinsip cinta bahwa usia hanyalah angka! Jelas negara sudah mengatur batasan-batasan rakyatnya sebelum ia mencapai umur tertentu. Seperti usia tujuh belas tahun mendapatkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sampai usia untuk melangsungkan pernikahan. Aturan ini menjadi dasar bahwa negara membatasi hak-hak tertentu yang bisa didapatkan rakyatnya yang belum berusia legal.

Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.id)
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.id)

Sebagai masyarakat biasa yang bermain media sosial dan mendapatkan semua informasi lewat media sosial, tidak bisa untuk menyaring pemberitaan tentang selebritas yang menerapkan konsep percintaan usia hanyalah angka. Memang tak semestinya seorang publik figur yang menjadi sorotan banyak orang, menampilkan secara gamblang perilaku yang bisa saja menjadi panutan untuk banyak orang. Namun karena sulit untuk bisa mengatasi atau memberi batasan konten apa saja yang dikonsumsi kepada publik oleh publik figure, maka di sini peranan masyarakat yang harus lebih melek dari sisi literasi digital.

Tidak secara mentah-mentah mengadopsi tren atau perilaku yang ditampilkan oleh publik figure. Mereka hanya manusia biasa, sama seperti kita semua. Bukan orang sempurna yang harus diikuti semua ucapan dan perilakunya.

Orangtua kini harus lebih ekstra untuk mengawasi anak-anak dalam bermain media sosial. Memantau penggunaan internet anak secara berkala. Dibarengi dengan mengedukasi anak sejak dini. Edukasi yang diberikan dengan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. 

Ajak anak berdiskusi sembari membangun daya kritisnya untuk bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang patut diteladani dan mana yang harus dihindari. Tanamkan pula untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan teman-temannya dan orang dewasa yang ada di sekelilingnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun