Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Tulang Belulang Tulang", Pengenalan Budaya Batak melalui Film

3 Oktober 2024   07:00 Diperbarui: 5 Oktober 2024   17:46 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Tulang Belulang Tulang (2024). (Sumber: Instagram/tulangbelulangtulangfilm)
Film Tulang Belulang Tulang (2024). (Sumber: Instagram/tulangbelulangtulangfilm)

Perjalanan mencari tulang memaksa mereka bersatu mengarungi banyak cobaan. Mau tidak mau, suka atau tidak suka, mereka miliki misi yang sama sehingga harus kompak mencari koper itu. Banyak cobaan yang menimpa perjalanan pencarian koper itu, mulai dari ngebut-ngebutan di jalanan berliku di tepian Danau Toba, kejar-kejaran dengan anjing pemakan tulang, sampai melintasi hutan yang terdapat binatang buas.

Perjalanan itu justru membuat mereka kembali mengerti arti keluarga yang sesungguhnya.

Sepanjang menonton film Tulang Belulang Tulang, mata tidak bisa berhenti berkedip. Begitu terpana dengan keindahan Sumatera Utara yang begitu memanjakan mata. Rasanya ingin melakukan perjalanan ke sana. Berlibur bersama keluarga dan teman dekat.

Terutama keindahan alam Danau Toba yang memukau membuat film ini lebih mahal penyajiannya. Indahnya menikmati suasana Danau Toba sambil mengendarai mobil bersama keluarga. 

Sesuai dengan tujuan pemerintah untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia, film ini seratus persen berisi tentang budaya Batak. Soundtrack khas Sumatera Utara yang banyak dibawakan Tanta Ginting pun bikin nuansa adat Batak semakin terasa. Seluruh pemain yang terlibat pun adalah orang Batak. Logat Batak yang khas berhasil dibawakan maksimal tanpa canggung.

Bagi suku lain, mungkin akan merasa aneh dengan upacara adat Mangokal Holi. Bahkan terksesan menyeramkan karena digelar untuk memindahkan tulang belulang nenek moyang. Sebuah rituan yang janggal bagi sebagian orang.

Setelah menonton film ini, penonton diberikan gambaran tentang tradisi Mangokal Holi yang begitu menyentuh. Penyampain dikemas dengan bagi. Sebagai pengingat bahwa upacara adat Mangokal Holi adalah penghormatan dan perayaan untuk para leluhur yang telah tiada.

Film Tulang Belulang Tulang (2024). (Sumber: Instagram/tulangbelulangtulangfilm)
Film Tulang Belulang Tulang (2024). (Sumber: Instagram/tulangbelulangtulangfilm)

Tak hanya mengenalkan budaya Batak, film ini menyuguhkan drama keluarga yang relate bagi sebagian orang. Mulai dari tuntutan kepada anak sulung, tuntutan anak perempuan untuk segera menikah, anak bungsu yang selalu dianggap anak kecil, hingga anak yang dicap paling bandel di keluarga. 

Meski selalu ada konflik keluarga, bukan berarti seluruh anggota keluarga tak saling menyayangi. Film ini mencoba mengingatkan bahwa rasa sayang yang ditunjukan oleh setiap orang itu berbeda-beda. Begitu juga dengan pola asuh orang tua kepada anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun