Tidak semua anak mudah untuk menurut. Mungkin ada yang langsung mencoba menggambar di media gambar barunya. Namun ada pula yang tidak mau menurut. Apalagi ketika mencoba mencorat-coret buku gambar, kesan yang didapatkan tidak semenyenangkan seperti mencorat-coret tembok rumah. Alhasil, anak akan kembali mencorat-coret tembok rumah. Orang tua pun semakin kesal melihatnya.
Solusinya adalah dengan menerapkan teknik hypnoparenting. Mendengar istilah hypnoparenting, kebanyakan orang akan teringat dengan istilah hipnotis di dunia sulap atau pun tipuan untuk melakukan kejahatan. Namun tentunya hypnoparenting tidak sama dengan acara hiburan hipnotis yang disuguhkan di televisi. Apalagi untuk melancarkan aksi kriminal yang berniat untuk merenggut hak orang lain.
Dikutip dalam Hello Sehat, kata Hypnoparenting berasal dari dua istilah, yaitu Hypnos dan Parenting. Praktik hypnotherapy sebenarnya sudah dilakukan sejak 2600 tahun sebelum masehi. Pertama kali dikembangkan oleh Dr. Franz Baumann, seorang dokter anak asal Amerika Serikat pada tahun 1960an.
Metode hypnoparenting bisa menjadi cara yang efektif untuk menangani masalah perilaku dan emosi anak. Bisa dipraktikkan langsung oleh orangt tua yang sulit mengatur anaknya. Sudah berulang kali dengan berbagai cara agar anak mau menuruti orang tua, tetap saja begitu sulit. Dengan hypnoparenting, orang tua mengajak anak berkomunikasi untuk mengarahkan pada hal yang baik.
Secara sederhana, hypnoparenting merupakan pola asuh yang dilakukan dengan memberi sugesti kepada anak melalui kalimat-kalimat yang mampu membuatnya percaya diri.
Untuk menerapkan hypnoparenting, orang tua dapat mencoba dengan tahapan-tahapannya. Terdapat lima tahapan dalam menerapkan hypnoparenting.Â
Peratama adalah tahapan pre-talk. Pada tahapan pertama, orang tua dapat mencoba menggali pendapat anak secara rinci. Berikan pertanyaan kepada anak yang mencakup 5W+1H. Mulai dari pertanyaan apa, mengapa, kapan, di mana, siapa, dan bagaimana.Â
Dalam mencari jawaban, orang tua mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama. Terlebih jika anak sulit terbuka kepada orang tua. Cenderung memiliki sifat tertutup dan pemalu. Sulit untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya.Â
Tahapan yang kedua adalah pre-inductuion. Tahapan ini dilakukan ketika anak merasa nyaman dengan keadaannya. Tidak dalam posisi merasa terancam atau penuh ketakutan.Â
Untuk menciptakan kenyamanan, orang tua dapat mengajak anak ke tempat yang memang membuat anak merasa nyaman. Didorong pula dengan sentuhan fisik yang membuat anak merasa disayangi. Seperti mengelus kepalanya, memberikan pelukan, menatap mata anak dengan penuh cinta.