Mayoritas yang menerapkan loud budgeting adalah generasi Z. Hal tersebut karena karakteristik dari generasi Z yang cenderung terbuka dalam membahas keuangan dibandingkan generasi sebelumnya.
Seperti tidak ada batasan untuk memulai perbincangan keuangan. Bahkan dengan membuka pembicaraan keuangan, generasi Z bisa secara bersama-sama mendapatkan solusi dari tantangan ekonomi yang selama ini mereka hadapi. Sama-sama salin mendukung satu sama lain.
Tentu kita sadari bahwa kondisi ekonomi saat ini dengan dulu nampak berbeda. Banyak faktor internal ataupun eksternal yang mendukung. Kondisi ini yang membuat generasi Z sadar akan pentingnya literasi keuangan. Biaya hidup yang meningkatkan, tetapi kondisi keuangan yang tidak ikut meningkat. Hal itu menorong generasi Z untuk lebih peka terhadap kemampuan keuangannya.Â
Apalagi mengingat ancaman doom spending yang menghantui generasi Z di mana saja. Generasi Z jauh lebih rentan terkena stres karena khawatir akan keuangannya di masa yang akan datang.Â
Realitanya, banyak generasi Z yang memilih meluapkan kekhawatirannya dengan pembelian implusif tanpa pertimbangan yang matang. Pengambilan keputusan pembelian yang tanpa didasari dengan kebijasanaan dan tanggung jawab.
Namun sebenarnya, semua generasi pun bisa memegang prinsip loud budgeting dalam pengelolaan keuangannya. Tidak ada syarat khusus ataupun batasan usia. Selama gerakan finansial ini dinilai positif, tidak ada salahnya untuk diterapkan nilai-nilai positifnya.Â
Membiasakan menolak ajakan teman dengan alasan yang sebenar-benarnya tentang keuangan tanpa ada rasa malu. Dengan begitu, seseorang yang mendapatkan penolakan pun akan lebih mudah dalam memahami dan menghargai keputusan seseorang.
Selain itu, loud budgeting memudahkan seseorang untuk mencapai goals atau tujuan finansial. Pola pikir seseorang dalam memangdang keuangan menjadi berubah. Jauh lebih bijak dari sebelumnya. Terutama dalam membuat keputusan finansial. Skala prioritas jelas terarah berkat konsep loud budgeting. Termasuk perkara melunasi hutang pun bisa dengan konsep loud budgeting.
Bagi pemula yang ingin belajar menerapkan konsep loud budgeting, dapat dimulai dengan melakukan penganggaran secara matang. Mulai dari mencatat secara rinci pemasukan, pengeluaran, tabungan, dana darurat, dan tujuan finansial yang akan datang. Bermodal catatan ini, skala prioritas akan mudah untuk ditentukan. Mendahulukan pemenuhan kebutuhan primer dibandingkan kebutuhan tersier.
Setelah mengetahui secara rinci kondisi keuangan pribadi, selanjutnya adalah berani untuk menolak ajakan orang lain yang sifatnya hanya menghambur-hamburkan uang semata. Misalnya ajak nongkrong dan ngopi tanpa ada pembicaraan atau tujuan yang bermanfaat.Â