Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Bijak Kelola Keuangan dengan Loud Budgeting

30 September 2024   21:15 Diperbarui: 30 September 2024   21:49 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengatur keuangan. (Sumber: FREEPIK/RAWPIXEL.COM via kompas.com) 

Pernah ada di fase tidak enak untuk menolak ajakan teman? Misalnya teman mengajak pergi ke kafe terdekat yang sedang viral. Semua orang berbondong-bondong mengunjungi kafe itu. Tak lupa mengabadikan moment itu dan diunggah pada media sosial.

Bukannya tak mau untuk menerima ajakan teman, tapi kondisi keuangan sedang tidak baik-baik saja. Bukan berarti sedang tidak ada uang, tapi ada kebutuhan lain yang harus lebih diprioritaskan dibandingkan hangout mengikuti tren semata.

Banyak cara untuk menolaknya. Biasanya kebanyak orang malu untuk berkata jujur bahwa ia sedang tidak ada uang atau akan mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan lain. Alhasil, mencari alasan lain yang dibuat-buat. Misalnya sudah ada janji dengan teman, sampai ada urusan keluarga yang tidak bisa ditinggalkan.

Berbeda jika yang mengajak adalah teman yang sehati. Sudah sangat dekat dan sering berbagi cerita. Meski tak tega untuk menolak, tetapi satu sama lain sudah saling tahu kondisi masing-masing. Tidak masalah untuk menjawab jujur bahwa isi dompet sedang menipis. 

Untuk menolak ajakan, sebenarnya kita bisa mulai membiasakan menerapkan prinsip Loud Budgeting. Konsep loud budgeting banyak diterapkan oleh generasi Z. Sebagai salah satu upaya untuk bisa menghindari pembelian berlebihan dan doom spending.

Loud budgeting adalah pendekatan pengelolaan keuangan yang menekankan komunikasi terbuka dan percaya diri tentang anggaran seseorang.  Dengan menerapkan konsep loud budgeting, seseorang akan secara jelas dan berani untuk menyatakan kondisi finansialnya. Baik itu di media sosial maupun dalam interaksi sehari-hari. Mulai dari pendapatan, pengeluaran, sampai tujuan keuangan ke depannya akan seperti apa.

Dengan berpegang teguh pada loud budgeting, seseorang tidak perlu malu untuk menolak ajakan nongkrong atau liburan. Secara tegas menolak dan mengungkapkan alasan yang sebenarnya berkaitan dengan kondisi finansial. Misalnya berkata jujur bahwa sedang berhemat karena ada kebutuhan yang harus dibayar dalam waktu dekat.

Pengelolaan keuangan dengan loud budgeting mengarah pada keputusan keuangan yang bijak. Mempertimbangkan berkali-kali untuk mengeluarkan uang hanya untuk memenuhi kepuasan sesaat yang sifatnya sementara. Mulai dari trend yang dipengaruhi oleh idola favorit atau influencers. Seperti membeli barang yang viral, nongkrong di tempat viral, FOMO ke acara konser musik atau nonton bola di stadion, dan lain-lain. 

Ilustrasi menolak. (Sumber: Freepik/Seva Levitsky via kompas.com) 
Ilustrasi menolak. (Sumber: Freepik/Seva Levitsky via kompas.com) 

Mayoritas yang menerapkan loud budgeting adalah generasi Z. Hal tersebut karena karakteristik dari generasi Z yang cenderung terbuka dalam membahas keuangan dibandingkan generasi sebelumnya. Seperti tidak ada batasan untuk memulai perbincangan keuangan. Bahkan dengan membuka pembicaraan keuangan, generasi Z bisa secara bersama-sama mendapatkan solusi dari tantangan ekonomi yang selama ini mereka hadapi. Sama-sama salin mendukung satu sama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun