Dalam review film kali ini, saya tak mau banyak memberikan kritik. Sebenarnya saya bingung apa yang kurang dari film ini. Sejak awal, tepatnya saat adegan Kaluna berjalan sepulang kerja lalu soundtrack film ini diputar, air mata langsung mengalir begitu saja. Sampai akhir cerita pun, tak bisa berhenti menangis.Â
Kesedihan yang dirasakan penonton didapatkan dari tontonan yang sederhana. Tidak perlu dramatisasi untuk mengundang tangis penonton, kesederhanaan film ini berhasil mengoyak-ngoyak isi hati penonton. Hanya adegan berjalan saja sudah mampu membuat saya sesak melihat Kaluna.
Khusus kali ini, saya tidak mau memberikan review lengkap terkait film Home Sweet Loan. Film ini sangat layak untuk dinikmati. Sulit untuk disampaikan lewat kata karena hanya bisa dirasakan sendiri. Film yang sangat cocok untuk sandwich generation, anak bungsu, anak perempuan bungsu, masyarakat kelas menengah ke bawah, dan penonton yang ingin paham isi hati orang-orang seperti Kaluna.
Untuk Kaluna-Kaluna di luar sana, suatu saat nanti kesabaran dan ketulusanmu akan berakhir indah. Semoga rumah ternyaman yang kamu impikan akan segera terwujud. Kamu hebat, kamu seorang pejuang, dan kamu berhak mewujudkan rumah impianmu sendiri!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H