Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Apakah Perempuan Aman Menonton Bola di Stadion?

9 September 2024   19:15 Diperbarui: 10 September 2024   07:12 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Perempuan. (Sumber: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Olahraga sepak bola selalu identik dengan laki-laki. Padahal, timnas sepak bola tidak hanya laki-laki. Perempuan juga ada dan memiliki turnamen sepak bola yang memang dikhususkan untuk perempuan.

Mungkin pandangan ini bermula dari perbedaan sifat dasar yang dimiliki perempuan dengan laki-laki. Laki-laki lebih kuat secara fisik. Sedangkan perempuan lebih lemah lembut. Melihat sepak bola adalah olahraga yang mengedepankan kekuatan fisik, banyak yang menganggap olahraga ini lebih cocok dimainkan oleh laki-laki.

Meski begitu, bukan berarti perempuan tidak diperbolehkan untuk mengikuti perkembangan ataupun informasi sekitar dunia sepak bola. Siapa saja berhak untuk mendapatkan informasi itu. Tidak memandang gender ataupun usia.

Mengingat kemajuan menakjubkan dari Timnas Indonesia sejak dipegang oleh pelatih asal Korea Selatan, Shin Taeyong. Antusias masyarakat terhadap sepak bola kian meningkat. Sepak bola menjadi hiburan bagi semua kalangan. Tidak hanya menghibur status sosial tertentu saja atau gender tertentu saja. Bahkan anak-anak pun turut meramaikan.

Jika di tanah sunda, selentingan selalu terdengar hanya sepak bola yang bisa menyatukan semua perbedaan. Termasuk konflik yang terjadi di masyarakat. Ibaratnya, hanya kopi, udud, jeung Persib anu ngahijikeun orang sunda. Artinya yaitu hanya kopi, rokok, dan club speak bola Persib asal Bandung Jawa Barat yang menyatukan suku sunda.

Begitupula dengan Timnas Indonesia. Meski tiap daerah memiliki club sepak bola masing-masing yang selalu bersaing mencapai puncak teratas, bukan berati tidak bersatu dalam mendukung kemajuan sepak bola Indonesia. Khususnya kemajuan Timnas Indonesia. Semua masyarakat sangat menaruh harapan besar akan kemajuan Timnas Indonesia. Bersatu demi mendukung Timnas Indonesia.

Wajah-wajah kegembiraan ketika hendak menonton Timnas Indonesia begitu terpancar. Apalagi tidak hanya menonton lewat layar televisi saja. Melainkan datang langsung ke stadion untuk memberikan dukungan kepada Garuda Muda yang berjuang mengharumkan nama tanah air ibu pertiwi.

Suporter Timnas Indonesia. (Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 
Suporter Timnas Indonesia. (Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 

Suporter yang meramaikan stadion tidak lagi didominasi oleh kaum adam saja. Kaum hawa bahkan anak-anak pun ingin memberikan dukungan secara langsung. Tentu hal ini memberikan warna baru bagi sepak bola Indonesia. Semuanya bersatu untuk mendukung kemajuan sepak bola Indonesia.

Ramainya suporter perempuan yang datang langsung ke stadion atau hanya sekadar menunjukkan antusiasnya dalam media sosial, membuat sebagian dari suporter lama tidak senang bahkan terganggu. Mereka merasa perempuan hanya sebatas suporter dadakan semata yang hanya ikut-ikutan trend saja. Jika tidak ikut-ikutan trend, suporter perempuan merasa ketinggalan informasi bahkan tidak merasa menjadi anak kekinian yang gaul. Fenomena ini disebut dengan Fear of Missing Out atau yang lebih dikenal dengan istilah FOMO.

Ketidaksukaan terhadap suporter perempuan menciptakan istilah atau cap baru, yaitu ultras seblak. Ultras sebkal hanya mendukung pemain sepak bola yang berparas tampan. Cenderung tidak mengerti pertandingan sepak bola. Yang terpenting bertemu dengan sang idola. Membagikan momentum itu di media sosialnya. Sampai rela menguntit ke hotel para pemain sepak bola.

Streotipe itu membuat suporter perempuan merasa tidak aman untuk menonton langsung ke stadion. Tak jarang juga ada yang merasa sakit hati karena merasa bahwa itu adalah sebuah penghinaan bahkan pelecehan kepada perempuan. Padahal tidak semua suporter perempuan hanya sekadar FOMO semata. Ada banyak suporter perempuan yang memang benar-benar menyukai sepak bola sejak dulu.

Pandangan ini tidak sejalan dengan dunia sepak bola yang pada hakikatnya memang tidak ditujukan untuk golongan tertentu saja. Setiap orang berhak untuk menikmati permainan sepak bola. Termasuk memberikan dukungan langsung ke stadion. Siapa saja berhak akan itu. 

Selain itu, ada banyak suporter perempuan yang merasa cemas dengan keamanan diri saat menonton sepak bola di stadion. Melihat ke belakang memang kerap terjadi kericuhan saat menonton sepak bola. Terjadi akibat para suporter yang saling serang. Bahkan suporter yang ingin menyerang para pemain.

Desak-desakan dengan para suporter menjadi yang paling dikhawatirkan oleh suporter perempuan. Membuat sentuhan yang tak bisa untuk dihindari. Bisa aja membuka ruang pelecehan kepada perempuan. Dimanfaatkan oleh para oknum yang tidak bertanggungjawab.

Suporter Timnas Indonesia. (Sumber: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)
Suporter Timnas Indonesia. (Sumber: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Bukan karena perencanaan yang diniatkan sejak awal, tetapi justru karena ada kesempatan untuk melecehkan suporter perempuan. Misalnya ketika hendak antre masuk ke stadion. Atau bahkan ketika suporter bersorak merayakan kemenangan atas gol yang telah tercipta. Suasana yang semakin tidak terduga serta tak bisa untuk dikontrol, membuat siapa saja bisa lengah dan memanfaat keaadan itu.

Pengalaman buruk ini pernah dibagikan suporter perempuan bernama Putri. Dikutp dalam kumparan.com, Putri menceritakan pengalaman buruknya ketika menonton Persija melawan Persebaya. 

“Jadi waktu aku nonton Persija lawan Persebaya, aku naik ke tribune yang lumayan penuh, biasanya nonton di tribun utara. Aku merasa ada yang menyentuh bagian tubuhku, aku nggak perlu sebutin bagian tubuh mana, tapi itu masalah sensualitas seseorang. Tapi, aku nggak tau siapa, karena ramai,” ucap Putri Rahmadhani, seorang pendukung Persija Jakarta (via kumparan.com, 20/07/2023).

Putri mengaku kaget namun tak begitu menggubrisnya. Perasaan tak menyenangkan justru timbul setelah dia pulang. Ia merasa gelisah saat tiba di rumah. Perasaan tak nyaman sebab telah dilecehkan tersebut tak serta merta menghilang dengan mudah.

Pengalaman menyesakkan seperti yang dialami Putri bisa saja menimpa suporter perempuan lainnya. Sama seperti Putri, mereka juga tidak bisa bersuara ketika pelecahan terjadi. Rasa tidak nyaman menyelimuti ketika selesai menonton bola. Trauma imbas kejadian itu sulit untuk diobati. Tidak dengan waktu yang singkat. 

Setiap lapisan yang mencintai sepak bola Indonesia harus gencar melakukan kampanye anti kekerasan seksual di stadion. Kampanye ini sebagai bentuk pencegahan dan juga pengingat agar menciptakan ruang nyaman untuk semua orang saat menikmati permainan sepak bola di stadion.

Apalagi mengingat besok (10 September 2024) akan berlangsung Timnas Indonesia melawan Timnas Australia di Stadion Utama Gelora Bung Karna (GBK), Jakarta. Tidak hanya besok saja, turnamen sepak bola ke depannya membutuhkan ruang aman untuk perempuan agar tidak terjadi pelecehan saat menonton sepak bola di stadion.

Anak-anak menonton Timnas Indonesia di Stadion. (Sumber: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)
Anak-anak menonton Timnas Indonesia di Stadion. (Sumber: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Berdasarkan pengalaman penulis, sebagai suporter perempuan yang datang langsung ke GBK untuk mendukung Timnas pada 06 Juni 2024 lalu. Tepatnya saat Timnas Indonesia melawan Iraq.  Banyak sekali suporter perempuan yang datang untuk mendukung Timnas di Stadion. Tidak hanya perempuan, anak-anak juga turut serta. Banyak orangtua yang membawa anaknya untuk memeriahkan GBK kala itu. Saya rasa ke depannya pun akan sama bahkan akan lebih antusias. Mengingat kemajuan Timnas Indonesia semakin cemerlang yang mengundang rasa penasaran dan api semangat masyarakat.

Selama menonton, dari mulai masuk sampai permainan selesai, semuanya berlangsung tertib dan aman. Misalnya saja saat hendak memasuki kawasan GBK. Tepatnya batasan pengunjung yang memiliki tiket atau tidak.

Pengunjung diminta untuk memperlihatkan tiketnya. Tidak hanya tiket, tas yang dibawa pun ikut digeledah. Beberapa barang dilarang masuk ke arena GBK. Seperti botol minum, botol parfum, dan benda-benda keras lainnya yang biasanya di lempar ke lapangan ketika suporter mengamuk. Senjata tajam sudah jelas tidak diperbolehkan dibawa.

Pemeriksaan itu diterapkan cukup ketat. Sampai dua kali pemeriksaan. Di pintu masuk menuju kawasan GKB dan saat hendak masuk ke kursi penonton.

Namun sayangnya saat itu, aba-aba dari panitia tentang terpisahnya jalur antre perempuan dengan laki-laki terlambat diinfokan. Membuat para suporter sudah bercampur dan antre di pintu masuk secara sembarang.

Meski begitu, pada saat pemeriksaan, disediakan petugas perempuan yang khusus memeriksa perempuan. Kalaupun tidak ada petugas perempuan, petugas laki-laki tidak berani memeriksa suporter perempuan. Hanya diminta menunjukkan barang-barang yang di dalam tas saja. Itupun hanya selewat saja.

Saya simpulkan pemeriksaan bagi suporter perempuan tidak seketat suporter laki-laki yang sampai dicek setiap saku pada pakaiannya.

Antre menonton Timnas Indonesia. (Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 
Antre menonton Timnas Indonesia. (Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 

Saran saya, siapkan barcode tiket pada layar hp dengan baterai ponsel yang full. Penonton diminta menunjukkan barcode tiket sebanyak dua kali. Pastikan layar menggunakan pencahayaan yang memudahkan proses scan barcode.

Tidak perlu membawa barang-barang berlebihan. Secukupnya saja yang dirasa perlu. Agar memudahkan petugas saat pemeriksaan sekaligus menghindari barang yang tersita oleh petugas.

Selama menonton, suporter yang lain pun terbilang bersahabat dan sama-sama ingin menonton dengan nyaman. Meski di depan dan di belakang saya adalah laki-laki, tetapi tidak ada niatan atau gesture berlebihan yang saya rasa. Semuanya memang fokus menonton saja sembari mengobrol dengan teman yang menemaninya menonton bola.

Meski begitu, sebagai perempuan tetap harus waspada. Sebagai bentuk antisipasi. Kesadaran harus dibangun dari diri sendiri.

Pastikan menggunakan pakaian yang nyaman. Pastikan tas selalu ada di depan. Lebih aman lagi tidak datang seorang diri meskipun sudah terbiasa menonton bola ke stadion. Kita tidak pernah bisa memprediksi hari apes di kalender kita. Maka tidak ada salahnya untuk lebih waspada.

Ramai-ramai menonton Timnas Indonesia di Stadion. (Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 
Ramai-ramai menonton Timnas Indonesia di Stadion. (Sumber: KOMPAS.com/SUCI RAHAYU) 

Menonton bola ramai-ramai jauh lebih menyenangkan. Kamu punya teman mengobrol sekaligus menemani ketika hendak akan ke toilet. Lebih baik ajak teman-temanmu untuk menonton bola di stadion. Terutama mengajak teman laki-laki yang kamu percaya untuk duduk di samping kanan atau kirimu. Dengan begitu, perempuan dapat lebih tenang dan nyaman menikmati permainan.

Sudah saatnya kita sama-sama menyuarakan kampanye anti kekerasan seksual di stadion. Dengan saling mengharagai dan saling menjaga sesama suporter, kisa bisa bersama-sama menciptakan ruang aman untuk semuanya. Tidak hanya untuk perempuan ataupun anak-anak. Tetapi juga untuk semua suporter yang sama-sama ingin menikmati dengan nyaman menonton sepak bola di Stadion.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun