Setiap lapisan yang mencintai sepak bola Indonesia harus gencar melakukan kampanye anti kekerasan seksual di stadion. Kampanye ini sebagai bentuk pencegahan dan juga pengingat agar menciptakan ruang nyaman untuk semua orang saat menikmati permainan sepak bola di stadion.
Apalagi mengingat besok (10 September 2024) akan berlangsung Timnas Indonesia melawan Timnas Australia di Stadion Utama Gelora Bung Karna (GBK), Jakarta. Tidak hanya besok saja, turnamen sepak bola ke depannya membutuhkan ruang aman untuk perempuan agar tidak terjadi pelecehan saat menonton sepak bola di stadion.
Berdasarkan pengalaman penulis, sebagai suporter perempuan yang datang langsung ke GBK untuk mendukung Timnas pada 06 Juni 2024 lalu. Tepatnya saat Timnas Indonesia melawan Iraq. Â Banyak sekali suporter perempuan yang datang untuk mendukung Timnas di Stadion. Tidak hanya perempuan, anak-anak juga turut serta. Banyak orangtua yang membawa anaknya untuk memeriahkan GBK kala itu. Saya rasa ke depannya pun akan sama bahkan akan lebih antusias. Mengingat kemajuan Timnas Indonesia semakin cemerlang yang mengundang rasa penasaran dan api semangat masyarakat.
Selama menonton, dari mulai masuk sampai permainan selesai, semuanya berlangsung tertib dan aman. Misalnya saja saat hendak memasuki kawasan GBK. Tepatnya batasan pengunjung yang memiliki tiket atau tidak.
Pengunjung diminta untuk memperlihatkan tiketnya. Tidak hanya tiket, tas yang dibawa pun ikut digeledah. Beberapa barang dilarang masuk ke arena GBK. Seperti botol minum, botol parfum, dan benda-benda keras lainnya yang biasanya di lempar ke lapangan ketika suporter mengamuk. Senjata tajam sudah jelas tidak diperbolehkan dibawa.
Pemeriksaan itu diterapkan cukup ketat. Sampai dua kali pemeriksaan. Di pintu masuk menuju kawasan GKB dan saat hendak masuk ke kursi penonton.
Namun sayangnya saat itu, aba-aba dari panitia tentang terpisahnya jalur antre perempuan dengan laki-laki terlambat diinfokan. Membuat para suporter sudah bercampur dan antre di pintu masuk secara sembarang.
Meski begitu, pada saat pemeriksaan, disediakan petugas perempuan yang khusus memeriksa perempuan. Kalaupun tidak ada petugas perempuan, petugas laki-laki tidak berani memeriksa suporter perempuan. Hanya diminta menunjukkan barang-barang yang di dalam tas saja. Itupun hanya selewat saja.
Saya simpulkan pemeriksaan bagi suporter perempuan tidak seketat suporter laki-laki yang sampai dicek setiap saku pada pakaiannya.