Ketidaksukaan terhadap suporter perempuan menciptakan istilah atau cap baru, yaitu ultras seblak. Ultras sebkal hanya mendukung pemain sepak bola yang berparas tampan. Cenderung tidak mengerti pertandingan sepak bola. Yang terpenting bertemu dengan sang idola. Membagikan momentum itu di media sosialnya. Sampai rela menguntit ke hotel para pemain sepak bola.
Streotipe itu membuat suporter perempuan merasa tidak aman untuk menonton langsung ke stadion. Tak jarang juga ada yang merasa sakit hati karena merasa bahwa itu adalah sebuah penghinaan bahkan pelecehan kepada perempuan. Padahal tidak semua suporter perempuan hanya sekadar FOMO semata. Ada banyak suporter perempuan yang memang benar-benar menyukai sepak bola sejak dulu.
Pandangan ini tidak sejalan dengan dunia sepak bola yang pada hakikatnya memang tidak ditujukan untuk golongan tertentu saja. Setiap orang berhak untuk menikmati permainan sepak bola. Termasuk memberikan dukungan langsung ke stadion. Siapa saja berhak akan itu.
Selain itu, ada banyak suporter perempuan yang merasa cemas dengan keamanan diri saat menonton sepak bola di stadion. Melihat ke belakang memang kerap terjadi kericuhan saat menonton sepak bola. Terjadi akibat para suporter yang saling serang. Bahkan suporter yang ingin menyerang para pemain.
Desak-desakan dengan para suporter menjadi yang paling dikhawatirkan oleh suporter perempuan. Membuat sentuhan yang tak bisa untuk dihindari. Bisa aja membuka ruang pelecehan kepada perempuan. Dimanfaatkan oleh para oknum yang tidak bertanggungjawab.
Bukan karena perencanaan yang diniatkan sejak awal, tetapi justru karena ada kesempatan untuk melecehkan suporter perempuan. Misalnya ketika hendak antre masuk ke stadion. Atau bahkan ketika suporter bersorak merayakan kemenangan atas gol yang telah tercipta. Suasana yang semakin tidak terduga serta tak bisa untuk dikontrol, membuat siapa saja bisa lengah dan memanfaat keaadan itu.
Pengalaman buruk ini pernah dibagikan suporter perempuan bernama Putri. Dikutp dalam kumparan.com, Putri menceritakan pengalaman buruknya ketika menonton Persija melawan Persebaya.
“Jadi waktu aku nonton Persija lawan Persebaya, aku naik ke tribune yang lumayan penuh, biasanya nonton di tribun utara. Aku merasa ada yang menyentuh bagian tubuhku, aku nggak perlu sebutin bagian tubuh mana, tapi itu masalah sensualitas seseorang. Tapi, aku nggak tau siapa, karena ramai,” ucap Putri Rahmadhani, seorang pendukung Persija Jakarta (via kumparan.com, 20/07/2023).
Putri mengaku kaget namun tak begitu menggubrisnya. Perasaan tak menyenangkan justru timbul setelah dia pulang. Ia merasa gelisah saat tiba di rumah. Perasaan tak nyaman sebab telah dilecehkan tersebut tak serta merta menghilang dengan mudah.
Pengalaman menyesakkan seperti yang dialami Putri bisa saja menimpa suporter perempuan lainnya. Sama seperti Putri, mereka juga tidak bisa bersuara ketika pelecahan terjadi. Rasa tidak nyaman menyelimuti ketika selesai menonton bola. Trauma imbas kejadian itu sulit untuk diobati. Tidak dengan waktu yang singkat.