Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bijak Menghadapi Senior Menyebalkan di Tempat Kerja

6 September 2024   17:00 Diperbarui: 6 September 2024   17:00 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senior yang menyebalkan.(Sumber: SHUTTERSTOCK/UFABIZPHOTO via kompas.com) 

Senioritas menjadi hal yang menyebalkan bagi sebagian orang di dunia pekerjaan. Fenomena ini sudah seperti budaya di tempat kerja. Tidak memandang instansi pemerintahan ataupun perusahaan swasta. Senioritas melekat dan menjadi momok yang menakutkan saat bekerja.

Sebenarnya, konsep senioritas sudah sejak masih di bangku sekolah tidak sadar terbangun perlahan. Mulai dari masa orientasi saat sekolah, sampai ospek di perguruan tinggi. Junior yang baru masuk ke lingkungan baru, diberi arahan untuk hormat kepada seniornya.

Memang ada sisi positifnya, mengingat seseorang yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Namun budaya ini sering kali dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Merasa lebih senior sehingga bisa seenaknya terhadap yang lebih muda.

Penggambaran dan pembatasan antara senior dengan junior, sampai terbawa ke dunia pekerjaan. Senioritas sudah bukan lagi jadi rahasia atau sekadar rumor. Banyak pegawai baru yang sudah menyangka bahwa hal ini akan terjadi. Namun mungkin pegawai baru tidak tahu batasan apa yang diterapkan antara senior dengan juniornya.

Sebagai pegawai baru, tentu banyak sekali problematika untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Ketakutan dan kekhawatiran seringkali menghampiri. Apalagi ternyata lingkungan baru yang sulit untuk mendukung dirinya.

Senioritas menjadi hal yang menyebalkan bagi pegawai baru. Bahkan ketika ia sudah berstatus tidak sebagai pegawai baru karena sudah ada pegawai yang lebih baru lagi, tetap saja tak menghapuskan sekat senioritas dengan yang paling maha di tempat kerja. 

Kalau perkara menghormati, itu memang sebagai keharusan dari yang lebih muda kepada yang lebih tua. Namun yang lebih tua pun perlu menghargai junior yang sedang berproses di tempat kerja. Jangan sampai menghalangi bahkan membatasi proses bertumbuhnya seorang pegawai baru. Hanya karena merasa lebih senior, merasa tidak boleh ada yang lebih pintar darinya.

Seseorang yang dikategorikan sebagai senior tidak hanya karena usianya yang lebih tua. Senior juga dapat dilihat dari masa kerja ataupun wewenang yang dimilikinya. 

Masa kerja yang lebih lama sehingga sering terdengar cuitan, "Sebelum tempat ini sukses, saya sudah ada di sini." Ada juga yang berseru seolah-olah paling tahu dan paling penting dalam kemajuan tempat kerjanya. 

Wewenang yang lebih tinggi bisa membuat dirinya berbuat sesuka hati. Memberi tugas kepada bawahannya di luar tugas yang seharusnya ia emban. Beban kerja tinggi dengan target kerja yang tidak masuk akal. Junior terpaksa lembur untuk memenuhi permintaan itu dibarengin umpatan penghasilan yang tidak sesuai dengan pekerjaan yang diemban.

Nyatanya budaya senioritas yang melekat di tempat kerja sangat tidak berpihak kepada pegawai baru. Pegawai baru yang sebenarnya memiliki hak yang sama dengan pegawai lainnya, tanpa memandang usia diri ataupun usia kerja. Namun sering kali ada aturan tak kasat mata yang diberlakukan pada tempat kerja.

Beban kerja tinggi di tempat kerja. (Sumber: kompas.com)
Beban kerja tinggi di tempat kerja. (Sumber: kompas.com)

Seperti melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Ada instansi atau perusahaan yang membuat aturan tidak tertulis terkait siapa yang diperbolehkan atau mendapatkan izin untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Senior paling berhak untuk mendapatkan kesempatan ini. Meskipun ada junior yang lebih berkompeten bahkan siap dengan biaya sendiri, tetap saja tidak mendapatkan izin sebelum para seniornya menemupuh pendidikan yang lebih tinggi.

Masih banyak aturan lainnya yang tidak tertulis malah mengekang hak junior di tempat kerja. Junior dianggap remeh karena kurang jam kerja, kurang pengalaman, sampai kurang pengetahuan. Padahal, kualitas seseorang tidak seratus persen dipengaruhi oleh usianya ataupun masa kerjanya. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang pegawai memiliki kinerja baik. Mengingat anak muda lebih semangat mencari tahu dan melek teknologi. Tidak menutup kemungkinan junior lebih kompeten dibandingkan seniornya.

Batasan senior dengan junior semakin terasa ketika pembagian tugas. Ada kalanya senior ingin mendapatkan pekerjaan lebih banyak demi mendapatkan cuan lebih banyak. Namun ada pula senior yang melimpahkan tugas kepada juniornya. Tetapi saat penyetoran tugas, seolah senior yang paling berjasa dan mengerjakan semuanya.

Duh, rasanya gemas harus berhadapan dengan senior model seperti itu. Sudah pasti ada rasa ingin keluar dari tempat kerja karena tidak nyaman dengan sikap senior. Apalagi senior juga enggan berbaur dengan para junior. Sering kali mendapatkan gosip-gosip tidak mengenakan yang bersumber dari pada senior tentang juniornya.

Ilustrasi masalah di tempat kerja. (Sumber: leolintang via kompas.com) 
Ilustrasi masalah di tempat kerja. (Sumber: leolintang via kompas.com) 

Sebelum mengambil keputusan untuk menyerah, lebih baik kembali mencerna tujuan awal bekerja di sana. Sebagai pegawai baru pasti ingin mendapatkan banyak pengalaman yang akan menjadi bekal bermanfaat ke depannya. Mengingat tujuan ini, sudah semestinya untuk fokus pada proses diri sendiri selama bekerja. Fokus pada pengembangan diri dengan menambah pengalaman, ilmu, dan relasi.

Memang tidak mudah, tetapi ada kalanya harus egois mementingkan diri sendiri. Berhenti untuk mendengarkan orang lain yang tidak ada pengaruhnya selama ini dalam pencapaianmu. Biarkan orang berkata apa, yang terpenting diri sendiri terus menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

Selalu ada hal baik diantara hal-hal buruk. Selalu ada hal baik yang dapat dipetik di dalam tempat yang tidak membuat nyaman. Cukup ambil yang baik-baik dan abaikan hal-hal yang buruk. Tidak ada salahnya untuk menutup mata, telingat, dan mulut untuk hal-hal buruk yang menganggu fokusmu dalam menaikkan value diri.

Sebenarnya saat menjadi pegawai perlu, sangat perlu untuk mengenal karakter rekan kerja. Termasuk mengenal karakter para senior. Amati dan analisis terlebih dahulu sebelum mencoba akrab dengan para senior. Ada orang yang tidak suka berkenalan dekat dengan orang baru karena menganggap orang baru SKSD (So Kenal, So Dekat). Adapula yang sudah keburu berpikiran negatif kepada orang yang baru ia kenal.

Berkenalan dengan baik dan penuh hormat. Untuk tahap awal, tidak perlu berlebihan dalam bersikap. Biarkan seadanya dulu dalam menunjukkan sifat aslimu. Cukup berkeja dengan profesional.

Setelah tahu dan mengenal karakter senior, perlahan ambil celah untuk menarik simpatinya. Namun tidak perlu dibuat-buat. Tanamkan bahwa kamu ingin menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dengan membangun keharmonisan dengan rekan kerja. Termasuk mendapatkan keuntungan karena belajar dari yang lebih senior. 

Kalaupun ternyata ada senior yang memang membatasi diri dengan junior, tidak perlu diambil pusing. Apalagi sampai dimasukan ke dalam hati. Biarkan. Kembali fokus untuk menaikkan value diri.

Tunjukkan bahwa kamu memang berkompeten dan berkualitas. Tempat kerjamu membutuhkan kinerjamu. Bukan lagi tentang kamu yang membutuhkan gaji dari tempat kerjamu.

Pekerja di Indonesia masih rentan mengalami kekerasan di lingkungan kerjanya. (Sumber: Freepik via kompas.com) 
Pekerja di Indonesia masih rentan mengalami kekerasan di lingkungan kerjanya. (Sumber: Freepik via kompas.com) 

Semua yang dijelaskan dalam artikel ini mungkin terdengar klise bagi sebagian orang. Adapun yang menganggap bahwa ini hanya teori yang begitu sulit untuk diaplikasikan. Sebenarnya kuncinya adalah satu. Terletak pada mindset yang tertanam pada diri. Tanamkan bahwa hal-hal positif akan kamu dapatkan di tempat kerja. Termasuk mencerminkan hal-hal baik yang ada pada dirimu.

Terakhir, bersyukurlah jika kamu sudah mendapatkan tempat kerja yang nyaman. Atasan dan rekan kerja yang mendukung. Lingkungan kerja yang mendukung segala proses dirimu dalam meniti karier. Tidak semua orang dapat memanusiakan orang lain sebagaimana ia ingin dimanusikan oleh orang lain. Maka dari itu, bersyukurlah atas kenikmatan itu. Sebuah rezeki yang tak ternilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun