Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bijak Menghadapi Senior Menyebalkan di Tempat Kerja

6 September 2024   17:00 Diperbarui: 6 September 2024   17:00 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi senior yang menyebalkan.(Sumber: SHUTTERSTOCK/UFABIZPHOTO via kompas.com) 

Nyatanya budaya senioritas yang melekat di tempat kerja sangat tidak berpihak kepada pegawai baru. Pegawai baru yang sebenarnya memiliki hak yang sama dengan pegawai lainnya, tanpa memandang usia diri ataupun usia kerja. Namun sering kali ada aturan tak kasat mata yang diberlakukan pada tempat kerja.

Beban kerja tinggi di tempat kerja. (Sumber: kompas.com)
Beban kerja tinggi di tempat kerja. (Sumber: kompas.com)

Seperti melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Ada instansi atau perusahaan yang membuat aturan tidak tertulis terkait siapa yang diperbolehkan atau mendapatkan izin untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Senior paling berhak untuk mendapatkan kesempatan ini. Meskipun ada junior yang lebih berkompeten bahkan siap dengan biaya sendiri, tetap saja tidak mendapatkan izin sebelum para seniornya menemupuh pendidikan yang lebih tinggi.

Masih banyak aturan lainnya yang tidak tertulis malah mengekang hak junior di tempat kerja. Junior dianggap remeh karena kurang jam kerja, kurang pengalaman, sampai kurang pengetahuan. Padahal, kualitas seseorang tidak seratus persen dipengaruhi oleh usianya ataupun masa kerjanya. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang pegawai memiliki kinerja baik. Mengingat anak muda lebih semangat mencari tahu dan melek teknologi. Tidak menutup kemungkinan junior lebih kompeten dibandingkan seniornya.

Batasan senior dengan junior semakin terasa ketika pembagian tugas. Ada kalanya senior ingin mendapatkan pekerjaan lebih banyak demi mendapatkan cuan lebih banyak. Namun ada pula senior yang melimpahkan tugas kepada juniornya. Tetapi saat penyetoran tugas, seolah senior yang paling berjasa dan mengerjakan semuanya.

Duh, rasanya gemas harus berhadapan dengan senior model seperti itu. Sudah pasti ada rasa ingin keluar dari tempat kerja karena tidak nyaman dengan sikap senior. Apalagi senior juga enggan berbaur dengan para junior. Sering kali mendapatkan gosip-gosip tidak mengenakan yang bersumber dari pada senior tentang juniornya.

Ilustrasi masalah di tempat kerja. (Sumber: leolintang via kompas.com) 
Ilustrasi masalah di tempat kerja. (Sumber: leolintang via kompas.com) 

Sebelum mengambil keputusan untuk menyerah, lebih baik kembali mencerna tujuan awal bekerja di sana. Sebagai pegawai baru pasti ingin mendapatkan banyak pengalaman yang akan menjadi bekal bermanfaat ke depannya. Mengingat tujuan ini, sudah semestinya untuk fokus pada proses diri sendiri selama bekerja. Fokus pada pengembangan diri dengan menambah pengalaman, ilmu, dan relasi.

Memang tidak mudah, tetapi ada kalanya harus egois mementingkan diri sendiri. Berhenti untuk mendengarkan orang lain yang tidak ada pengaruhnya selama ini dalam pencapaianmu. Biarkan orang berkata apa, yang terpenting diri sendiri terus menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya.

Selalu ada hal baik diantara hal-hal buruk. Selalu ada hal baik yang dapat dipetik di dalam tempat yang tidak membuat nyaman. Cukup ambil yang baik-baik dan abaikan hal-hal yang buruk. Tidak ada salahnya untuk menutup mata, telingat, dan mulut untuk hal-hal buruk yang menganggu fokusmu dalam menaikkan value diri.

Sebenarnya saat menjadi pegawai perlu, sangat perlu untuk mengenal karakter rekan kerja. Termasuk mengenal karakter para senior. Amati dan analisis terlebih dahulu sebelum mencoba akrab dengan para senior. Ada orang yang tidak suka berkenalan dekat dengan orang baru karena menganggap orang baru SKSD (So Kenal, So Dekat). Adapula yang sudah keburu berpikiran negatif kepada orang yang baru ia kenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun