Mengidolakan seseorang adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan oleh seseorang. Apalagi dengan adanya kemudahan berinteraksi dengan siapa saja lewat kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi, membuat seseorang lebih dekat dengan idolanya. Mengetahui aktivitasnya sehari-hari, sampai turut memberikan pesan kepada sang idola.
Ada banyak alasan seseorang mengidolakan publik figure. Mungkin karena parasnya yang tampan atau cantik. Bisa juga karena suaranya yang bagus, kelincahannya saat menari, dan sederet prestasi lainnya yang dimiliki sang idola.Â
Ada juga yang mengidolakan seseorang karena menyukai karakter atau citra yang selama ini nampak di hadapan publik. Terlihat baik hati, dermawan, agamis, pemberani, dan sederet karakter baik lainnya yang disukai banyak orang.
Tidak hanya publik figure, adapula yang mengidolakan tokoh fiksi. Seperti karakter animasi dalam sebuah film atau games. Tokoh fiksi pada sebuah novel yang dibaca. Alasan mengidolakannya juga beragam. Bisa saja karena animasinya lucu atau karena karakter tokoh fiksi yang menarik.
Memang mengidolakan seseorang atau sesuatu adalah hal yang lumrah dan wajar terjadi. Namun itu semua harus tetap pada batasan yang wajar. Tidak sampai terlalu fanatik sampai ikut campur pada kehidupan pribadi sang idola. Menelan mentah-mentah apa yang diserukan oleh sang idola tanpa memberikan filter terlebih dahulu. Sampai yang paling parah adalah memiliki imajinasi berlebihan tentang sang idola.
Fans halu, sebutan untuk fans fanatik yang sampai memiliki halusinasi berlebihan dengan idolanya. Misalnya berharap mendapatkan perhatian sang idola, sampai memiliki hubungan spesial dengan idolanya.
Bermimpi memang gratis sehingga siapa saja boleh melakukannya, tetapi jangan sampai berlebihan dan merugikan orang lain. Misalnya memiliki harapan dapat menjalin hubungan dengan sang idola. Namun ketika sang idola menjalin hubungan dengan pasangannya, fans halu tak terima sampai memberikan kata-kata kasar kepada pasangan sang idola.
Keberadaan fans halu ini memang didukung oleh kemudahan berinteraksi dengan idola lewat media sosial. Apalagi kini di berbagai media sosial, idola dapat menyapa fansnya langsung lewat fitur live streaming. Ditambah lagi media sosial Instagram bahkan WhatsApp membuat idola mudah menyapa fansnya secara lebih private lewat fitur channel atau saluran yang mereka buat.
Keadaan ini membuat penggemar terasa lebih personal mengenali idolanya. Memungkinkan penggemar menjadi fans halu yang mengarah pada parasocial relationship atau hubungan parasosial.
Parasocial relationship adalah istilah yang menggambarkan hubungan satu sisi antara penggemar dengan idolanya. Tidak hanya dikhususkan mengidolakan publik figure saja, tetapi bisa juga mengdiolakan karakter tidak nyata. Seperti karakter animasi pada film atau game, dan tokoh fiksi pada sebuah cerita seperti pada novel.
Hubungan parasosial ditandai dengan rasa ikatan emosional secara personal antara penggemar kepada idolanya. Menganggap bahwa sang idola bukan hanya sekadar sosok penghibur semata. Tetapi penggemar menganggap mengenal secara pribadi sang idolanya meski belum pernah bertemu langsung.
Seorang penggemar bisa dianggap mengalami parasocial relationship jika ia sudah merasa memiliki ikatan emosional bahkan merasa mengenal idolanya secara personal.
Tanda-tanda seorang penggemar sudah berada pada kondisi hubungan parasosial pada idolanya, dapat dilihat dari tingkat penasaran tentang sang idola. Bertanya-tanya setiap waktu tentang apa yang sedang dilakukan oleh sang idola adalah salah satu ciri yang paling mudah untuk mendeteksi parasocial relationship.
Alhasil, penggemar akan mencari tahu. Stalking semua media sosialnya beserta orang-orang terdekat sang idola. Jika mendapatkan informasi, bisa saja menyusul ke tempat sang idola berada. Tujuannya tetap sama, ingin mengetahui secara pasti apa yang sedang dilakukan, dipikirkan, atau bahkan dirasakan oleh sang idola saat itu juga.
Penggemar juga tidak mau sampai ketinggalan informasi sedikiput yang berkaitan dengan idolanya. Menyalakan notifikasi media sosial idola agar tidak ketinggalan sedetik pun. Melihat secara berulang apa yang di posting pada media sosial sang idola.
Rasanya seperti memiliki pasangan yang harus selalu ada 24 jam penuh. Tanpa terkecuali. Merasa memiliki hubungan spesial yang romantis dengan idola karena terbiasa berdekatan lewat media sosial. Ketika idola tidak menampakkan kehidupannya di media sosial, rasanya begitu hampa dan akan galau seharian. Sampai mendapatkan kabar terbaru dari sang idola.
Sampai pada titik membayangkan dapat menjalin hubungan special dengan sang idola. Berlibur bersama, dinner romantis di tempat mewah, sampai memiliki anak dengan sang idola. Duh, apa gak terlalu berlebihan?
Bagi seseorang yang tidak pernah mengidolakan sesuatu atau hanya mengidolakan tanpa melakukan ciri-ciri di atas, pasti akan beranggapan terlalu lebay dalam mengidolakan seseuatu. Apalagi sampai berhalusinasi dan ikut campur dengan urusan pribadi sang idola. Namun faktanya, banyak pakar yang menyebutkan bahwa parasocial relationship bisa memberikan dampak positif.
Misalnya membuat penggemar membangun relasi lebih luas karena aktif dalam kegiatan berkumpul bersama para penggemar lainnya. Apalagi kini sudah sangat sering sekelompok fans melakukan kegiatan positif mengatasnamakan idolanya. Seperti menggalang donasi sampai melakukan kegiatan sosial lainnya.
Merasa memiliki hubungan personal dengan sang idola, membuat penggemarnya merasa memiliki motivasi untuk menjalankan sesuatu. Merasa memiliki support system yang meningkatkan kepercayaan diri. Jelas hal ini berdampak positif bagi penggemar. Apalagi sampai memiliki motivasi untuk mengikuti gaya hidup sang idola yang begitu sehat. Misalnya gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan sehat bergizi serta rutin olahraga setiap pagi atau sore hari.
Selama memberikan dampak positif, tentu tidak menjadi sebuah masalah. Namun lain halnya jiga seorang penggemar sudah terjebak pada dampak negatif dari parasocial relationship. Seperti berhalusinasi secara berlebihan yang menciptakan sebuah harapan tidak realistis. Saat penggemar sadar bahwa itu semua hanya sebatas halusinasi semata, dampaknya akan lebih dahsyat lagi pada dirinya. Tidak terima dengan kenyataan yang bisa saja merugikan diri sendiri bahkan orang lain.
Misalnya saja ketika seorang penggemar membandingkan kehidupan idolanya yang bergelimang harta dengan kehidupan dirinya yang penuh keterbatasan. Bukan dijadikan motivasi agar mencapai apa yang diinginkan, justru malah membuat rasa percaya diri luntur begitu saja. Menyalahkan takdir yang ada sampai membenci kehidupan yang sedang dijalani.
Bisa juga berdampak pada kehidupan pribadimu tentang percintaan. Membandingkan pasangan dengan sang idola. Jelas tentu akan banyak perbedaan diantara keduanya. Mengingat mereka bukan orang yang sama. Terlahir dari latar yang berbeda. Penggemar yang terjebak pada parasocial relationship cenderung menuntut pasangan aslinya agar mirip sang idola. Padahal jelas tidak satu orang pun di muka bumi ini yang senang dibandingkan apalagi dipaksa untuk menjadi orang lain hanya demi memenuhi halusinasi seseorang.
Lebih mengkhawatirkan lagi ketika mood seseorang bergantung pada idolanya. Misalnya pada hari itu ada pemberitaan yang tidak menyenangkan tentang sang idola. Membuat penggemarnya kehilangan mood yang menganggu aktivitas sehari-harinya. Atau misalnya ketika game yang terdapat karakter animasi yang diidolakan tiba-tiba tidak bisa dibuka karena sedang dilakukan pembaharuan. Alhasil tidak semangat untuk melakukan aktivitas apapu sampai game tersebut kembali bisa dimainkan dan bisa bertemu dengan karakter animasi yang diidolakan pada game tersebut.
Jika sudah terjebak pada hubungan parasosial yang sampai menganggu aktivitas sehari-hari, cara yang paling tepat adalah berkonsultasi dengan ahlinya yaitu Psikolog. Namun biasanya sulit untuk membuat seseorang sadar telat terjebak pada dampak hubungan parasosial. Maka dari itu, perlu adanya perhatian dari orang sekitar.Â
Ketika melihat orang terdekat melakukan ciri-ciri yang mengarah pada dampak negatis hubungan parasosial, tidak ada salahnya untuk menasehati dan mengarahkan berkonsultasi ke psikolog. Memang terdengar sulit karena takut tersinggung dan tidak terima dengan nasihat yang diberikan. Maka sangat perlu untuk dibarengi dengan pendekatan dari hati ke hati.
Sebenarnya hubungan parasosial adalah hal yang wajar selama tidak berlebihan. Semua orang berhak untuk mengidolakan seseuatu. Tidak ada batasan ataupun aturan yang mengikat. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa hubungan parsosial memberikan dampak positif bagi penggemarnya. Namun segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik. Termasuk dalam mengidolakan sesuatu. Hubungan parosial juga memberikan dampak negatif yang memungkinkan menganggu aktivitas sehari-hari.
Kuncinya satu, tanam pada diri untuk tidak menaruh harapan pada sesuatu apalagi seseorang. Menaruh pengharapan kepada orang lain memungkinkan membuka pintu kekecewaan yang lebih luas lagi. Hanya diri sendiri yang dapat diandalkan. Kontrol diri hanya bisa dilakukan oleh diri sendiri. Bukan oleh sesuatu, orang lain, bahkan sang idola yang selama ini dikagumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H