Mereka tinggal di sebuah rumah dinas yang terletak di tengah hutan jati. Terdiri dari Dodit, Ayah yang diperankan langsung oleh Dodit Mulyanto, Ibunya yang diperankan oleh Putri Ayudya, Mbak Lis kakak perempuannya yang sedang hamil diperankan oleh Yasmin Jasem, dan kakak iparnya atau suami dari kakaknya bernama Mas Dewo yang diperankan oleh Elang El Gibran.
Setelah menempati rumah dinas itu, Dodit dan keluarga merasakan banyak kejanggalan yang terus berulang setiap malam jumat kliwon. Hal-hal mistis mereka rasakan. Rumah dinas itu ternyata peninggalan Belanda dan ada hantu perempuan yang menghuni rumah itu. Konon di dekat rumah itu adalah penjara yang digunakan menghukum blandong. Blandong adalah pengolah hutan jati.
Keanehan biasa sampai luar biasa mereka alami. Mulai dari pintu yang terbuka sendiri sampai salah satu dari mereka hilang begitu saja. Keadaan pun berubah semakin mencekam.
Mulanya, saya mengira film Rumah Dinas Bapak akan sama seperti film horor komedi pendahulunya. Yang didominasi dengan komedi daipada horor. Bahkan bisa terbilang sama sekali tidak menakutkan.
Namun ternyata film Rumah Dinas Bapak lebih menonjolkan unsur horor daripada komedi. Komedi hanya sebagai pelengkap saja dalam cerita film ini. Nuansa horor begitu intens dan nyaris bikin senam jantung. Meski sesekali dipecahkan dengan cetelukan tipis yang mengundang tawa.
Terutama pada memasuki bagian klimaks, rasanya seperti full menonton film horor. Begitu menegangkan sampai lupa bahwa ini adalah film horor komedi.Â
Film ini sangat direkomendasikan bagi penonton yang suka dengan genre horor tetapi masih ingin menikmati unsur komedi. Khususnya bagi penonton yang selama ini kurang puas dengan film genre horor komedi karena horornya yang kurang gereget. Komedi dalam Rumah Dinas Bapak menjadikan film ini begitu ringan untuk dinikmati.
Nuansa horor begitu terasa berkat visual yang ditampilkan. Bayangkan saja sebuah rumah peninggalan Belanda yang berdiri di tengah-tengah hutan. Membayangkannya saja sudah seram, apalagi dijadikan dalam bentuk visual yang menjadi latar tempat utama pada film ini.
Meski elemen horor lebih dominan, bukan berarti sama seperti film horor yang murni hanya mengangkat genre horor. Elemen horornya masih terbilang ringan dan dapat dinikmati sampai akhir.Â