Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Yuk, Ajari Anak Berbagi!

24 Juli 2024   07:00 Diperbarui: 24 Juli 2024   07:01 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Memang sulit rasanya menghadapi anak yang sedang berada pada fase tidak mau untuk berbagi. Apalagi berbagi untuk hal-hal yang sangat ia sukai. Misalnya mainan kesayangannya, atau makanan favoritnya. Jangankan kepada teman seusianya, kepada kakak atau adiknya sendiri saja kadang si kecil enggan untuk berbagi.

Mungkin ada orangtua yang abai terhadap sikap anak yang tidak mau berbagi. Berdalih bahwa "namanya juga anak kecil." 

Hm, kalau sampai hingga dewasa ia tidak mau berbagi, bagaimana jadinya? Bukannya apa yang ditanamkan sejak kecil adalah pondasi untuk membentuk karakternya di masa depan?

Anak yang mau berbagi akan lebih disenangi oleh teman-temannya. Membuat dirinya mudah diterima dalam lingkungan pertemanan. Lain halnya dengan anak yang sedari kecil saja sudah diberi label oleh teman-temannya bahwa ia pelit. Besar kemungkinan ia tidak disenangi bahkan sampai diajuhi oleh teman-temannya.

Selain itu, karakter anak yang mau berbagi menunjukkan rasa empati yang mulai dipupuk sejak dini. Rasa empati sangat perlu untuk dibangun sejak dini. Anak akan mau memahami lingkungan dan perasaan orang lain. Rasa peduli turut hadir pada dirinya. Ditunjukkan dengan memahami kesulitan yang dialami oleh temannya, mau mendengarkan pendapat atau cerita temannya, bahkan mencoba untuk membantu temannya.

Si kecil akan mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tanpa sadar karakter anak yang mau berbagi dan tinggi empati, akan menciptakan kerukunan di lingkungannya. Hidup rukun dan harmonis dengan lingkungannya berkat kemauannya untuk berbagi, peduli, dan memiliki empati.

Yang terpenting adalah, dengan menumbuhkan karakter mau berbagi sama dengan mengajarkan anak untuk hidup dengan penuh syukur. Anak yang bersyukur tak pernah ragu untuk berbagi dengan orang lain. Ia tak segan untuk memberikan apa yang ia miliki agar orang lain merasakan apa yang ia rasakan. Termasuk sebagai ucapan terima kasih atas segala yang ia miliki.

Mengajari anak untuk mau berbagi harus di usia yang tepat. Jangan sampai orangtua mengajarinya terlalu dini atau bahkan saat anak sudah sulit untuk diatur lagi. 

Ilutsrasi. (Sumber: todaysparent.com via kompas.com) 
Ilutsrasi. (Sumber: todaysparent.com via kompas.com) 

Rentang usia yang tepat untuk mengenalkan anak tentang berbagi adalah ketika anak berusia 3 sampai 5 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah bisa bermain dengan teman seusianya. Anak juga sedang ada dalam fase meniru apa yang ia lihat secara langsung. Usia ini bisa dimanfaatkan oleh orangtua untuk menunjukkan sikap-sikap positif agar anak mau meniru. Misalnya dengan mau berbagi kepada orang lain.

Nah, melihat betapa pentingnya dan banyak manfaatnya dari karakter mau berbagi, orangtua bisa memulai dari sekarang untuk menumbuhkan karakter ini. Harapannya tentu karakter ini akan tertanam sampai ia dewasa. Sampai dirinya menjalani hidupnya sendiri bahkan melanjutkan karakter baik ini ke generasi selanjutnya. Terus seperti itu, berulang.

Hal pertama yang perlu dilakukan oleh orangtua adalah mengenalkan tentang konsep berbagi kepada anak. Berilah pemahaman kepada si kecil tentang alasan mengapa ia harus berbagi kepada orang lain. Jelaskan dengan kalimat sederhana terkait manfaat-manfaat dari berbagi. 

Pada proses pengenalan ini, anak mungkin akan mengajukan banyak pertanyaan. Apalagi saat dia merasa tidak adil karena harus memberikan apa yang sukai kepada orang lain. Untuk itu, orangtua harus sabar dalam menyikapi tanggapan anak. Jawablah dengan kalimat-kalimat yang mudah untuk dicerna olehnya. Tidak perlu berbelit-belit atau bahkan malah membuat anak semakin kesal.

Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Setelah memberikan pemahaman, orangtua dapat memberikan contoh berbagi itu seperti apa. Tunjukkan bahwa kegiatan berbagi sangatlah menyenangkan. Membuat hati tentram, damai, dan terasa indah dijalankan.

Orangtua dapat mulai mengarahkan berbagi ketika anak sedang bermain dengan temannya. Misalnya ketika anak mewarnai bersama temannya. Mintalah si kecil dengan temannya saling meminjamkan alat mewarnai. Menunjukkan betapa indahnya saling berbagi. Bukannya merugi, justru karena berbagi menjadi saling melengkapi. Si kecil tidak memiliki pensil warna biru, maka ia dipinjamkan oleh temannya pensil warna biru. Sedangkan temannya tidak memiliki pensil warna merah, maka si kecil dapat meminjamkan pensil warna merah.

Buatlah suasana saling berbagi di dalam rumah. Apa yang sering dilihat oleh anak, apalagi dari orang terdekat, akan mudah ditiru olehnya. Misalnya Ayah pulang ke rumah membawa oleh-oleh berupa snack ringan. Ayah memnaggil semua anggota keluarga, mulai dari Ibu dan anak-anaknya. Lalu membagikan snack tersebut. Gambaran sederhana itu membuat si kecil merasa bahwa jika dia memiliki rezeki, maka orang terdekat juga turut menerima rezeki itu.

Jika anak sudah mulai mempraktikkan berbagi, maka orangtua sangat perlu untuk memberinya apresiasi. Berikan pujian kepada anak yang sudah mau berbagi. Dengan memberinya kalimat-kalimat positif termasuk rasa bangga sebagai orangtua karena si kecil memiliki hati yang baik dengan mau berbagi. Jangan lupa juga untuk menunjukkan rasa kasih sayang kepada si kecil. Dengan apresiasi ini, si kecil semakin yakin bahwa yang ia lakukan adalah benar sehingga ia tak segan untuk melakukannya lagi.

Terakhir, ubah bentuk perayaan dengan berbagi. Misalnya merayakan ulang tahun si kecil. Daripada mengadakan pesta ulang tahun, lebih baik lagi mengajari anak dengan berbagi kepada orang yang membutuhkan. Libatkan langsung si kecil pada kegiatan ini. Dengan begitu, si kecil memiliki pemahaman bahwa bentuk perayaan itu tidak dilakukan dengan foya-foya, justru dengan berbagi sebagai bentuk syukur atas bertambahnya usia. 

Misalnya dengan mengajak si kecil berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan di jalanan. Libatkan si kecil sejak awal. Mulai dari perencenaan sampai makanan dibagikan kepada orang lain. Mulai dari menyiapkan makanannya, sampai makanan tersebut sampai pada tangan penerimanya. 

Buatlah suasana yang menyenangkan. Berilah kesan baik dan positif bahwa berbagi sangatlah indah dan sama sekali tidak membuat pemberinya merugi. 

Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Tidak ada yang mudah dalam memulai sesuatu. Termasuk memulai mengajari anak berbagi. Namun perlu diingat bahwa tidak ada yang instan di duni ini. Anak yang dalam tumbuh kembangnya memiliki karakternya yang baik, haruslah dimulai sejak dini. Di mana menjadi pondasinya yang akan dibawa sampai ia beranjak dewasa. Untuk itu, sangatlah penting peran, dukungan, dan kemauan orangtua untuk menumbuhkan karakter baik dan positif kepada anak sejak dini. Termasuk karakter anak yang mau berbagi kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun