Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengantar Jemput Anak ke Sekolah, Tugas Ayah atau Ibu?

22 Juli 2024   07:00 Diperbarui: 22 Juli 2024   07:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengantarkan anak ke sekolah. (Sumber: parapuan.co)

Jangan sampai orangtua tidak mengenali karakter anaknya sendiri. Dengan meluangkan waktu, membuat orangtua lebih mengenal karakter anak termasuk menganalisis dan mengawasi tumbuh kembangnya. Misalnya pada saat di perjalanan menuju sekolah, ajak anak bercerita tentang hal-hal yang ia sukai di sekolah. Ajukan pertanyaan sederhana saja yang membuat anak merasa diperhatikan dan merasa orangtuanya peduli kepadanya.

Kesalahannya adalah mengantar jemput anak adalah dikejar waktu antar kewajiban tepat waktu datang ke kantor dengan mengantar anak ke sekolah sebelum gerbang di tutup. Alhasil, bukannya berkendara dengan hati-hati agar selamat, berakhir kebut-kebutan di jalan. Hilang sudah kesempatan untuk melakukan pendekatan dengan anak.

Mengantar jemput anak ke sekolah tidak hanya berlaku bagi anak yang masih berseragam putih merah. Saya rasa, anak yang sedang berada di fase ABG (Anak Baru Gede) ataupun remaja, masih sangat membutuhkan orangtua yang mengantar jemputnya ke sekolah. Meski mereka terkadang menunjukkan rasa malu karena mendapatkan ledekan dari teman-temannya dengan sebutan anak manja, tetapi anak seusia mereka tetap membutuhkan pengawasan dan perhatian. Apalagi mereka cenderung lebih tertutup karena merasa sudah dewasa dalam segala hal. Kesempatan emas untuk tetap membangun kedekatan dan hubungan dengan anak yang sudah beranjak remaja lewat mengantar jemputnya ke sekolah.

Ilustrasi Ayah mengantar anak ke sekolah. (Sumber: kompas.com)
Ilustrasi Ayah mengantar anak ke sekolah. (Sumber: kompas.com)
Melihat betapa pentingnya meluangkan waktu untuk mengantar jemput anak, sudah tidak perlu lagi memperdebatkan siapa yang memiliki tugas tersebut. Keduanya memiliki tanggungjawab dalam hal mengasuh anak. Menjadi orangtua itu sepanjang hidup, sepanjang hayat. Menjadi orangtua itu adalah proses pembelajaran yang panjang. Bukannya tidak boleh salah, yang benar adalah menjadi orangtua tidak boleh lelah untuk belajar menjadi orangtua yang terbaik untuk anaknya.

Kuncinya adalah kesepatan dan pembagian tugas dalam hal mengasuh anak. Namun bukan berarti Ayah melimpahkan keseluruhanya kedapa Ibu. Memangnya seorang Ayah tidak mau dekat dengan anaknya? Tentu semua Ayah ingin dekat dengan anaknya. Ingin merasa menjadi superhero dalam hidup anaknya, bahkan menjadi cinta pertama bagi anak perempuannya. Maka dari itu, tidak perlu lagi untuk memperdebatkan atau bahkan melimpahkan semua tugas mengasuh anak kepada istri.

Lewat artikel ini, penulis ingin memberikan sekilas saja gambaran seorang Ayah yang hadir di kehidupan penulis. Di usianya yang sudah pada usia pensiun, Ayah tak pernah lelah untuk mengantar jemput anak-anaknya ke mana saja. Bukan lagi ke sekolah, tempat les, atau rumah temannya. Sampai saat ini bersedia dan selalu terdepan mengantar jempur anak-anaknya ke kantor atau bahkan ke rumah anak-anaknya.

Terkadang, menjadi seorang anak merasa kasihan karena takut Ayah sakit atau kecapean. Sesekali meminta tidak perlu dijemput karena beralasan bisa pulang sendiri pakai ojol atau diantar teman. Tetap saja, Ayah selalu keukeuh untuk menjemput anaknya meski kini fisiknya tak sekuat dulu lagi. 

Tidak ada orangtua dan anak yang sempurna di dunia ini. Namun ada orangtua dan anak yang tak pernah berhenti untuk belajar menjadi perannya masing-masing. Terima kasih Pah. Terima kasih Mah. Maafkan anakmu ini yang masih belajar mengeja kehidupan. -Siska Fajarrany-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun