Sebelum membahas lebih lanjut, simak terlebih dahulu sinopsis singkat film Catatan Harian Menantu Sinting!
Film Catatan Harian Menantu Sinting menceritakan tentang penganti baru, yaitu Sahat dan Minar. Sahat diperankan oleh Raditya Dika. Sedangkan Minar diperankan oleh Ariel Tatum.
Sebagai pengantin baru, besar harapan Sahat dan Minar dapat menjalankan kehidupan yang mandiri. Tanpa campur tangan dari keluarga besar mereka. Mereka sangat ingin hidup berdua di rumah impian mereka. Menikmati kebersamaan mereka tanpa ada tuntutan dari orang lain.
Sayangnya, semuanya hanya angan-angan belaka. Sahat dan Minar tidak pergi pergi atau keluar dari rumah orang tua mereka yang diperankan oleh Lina Marpaung. Sahat dan Minar diperbolehkan pergi dari rumah jika sudah memiliki anak. Ditambah lagi, anak mereka harus laki-laki.Â
Persyaratan yang sangat sulit bagi Sahat dan Minar. Apalagi mereka harus berperang dengan ranjang turun temurun dari orang tua Sahat yang mereka tiduri setiap malam. Setiap akan berhubungan, ranjang itu selalu mengeluarkan suara-suara nyaring yang mengundang tawa siapa saja yang mendengarnya.
Dengan durasi film kurang dari dua jam, penonton digiuhkan dengan budaya batak. Menonton film ini seperti dikenalkan dengan serba-serbi yang berkaitan dengan budaya batak. Mulai dari tradisi pernikahan, sampai tradisi menyambut keturunan baru atau rumah baru.Â
Sebagai penonton yang bukan orang batak, saya melihat kemeriahan tradisi batak yang ingin disampaikan pada film ini. Dengan rankaian acara pernikahan yang sangat lengkap dan detail sekali.
Sudut pandang orang Batak juga ternyata menarik untuk menjadi sorotan dalam film ini. Misalnya saja permintaan dari orangtua tekait dengan cucu laki-laki. Tentu bukan tanpa alasan. Permintaan itu berkaitan dengan keinginan untuk meneruskan marga mereka. Di mana anak laki-laki adalah penerus marga.Â
Adapula istilah Saur Matua. Istilah ini menjadi prinsip bahwa orang tua dari Batak sangat ingin melihat anaknya menikah dan memiliki keturutan sebelum mereka wafat.Â
Secara keseluruhan, yang membuat film ini terasa hidup dan nyata adalah berkat kualitas akting yang dibawa oleh Lina Marpaung sebagai Mamak Mertua. Sentuhan logak yang ia berikan pada setiap dialog yang ia bawakan menjadi penguat dalam film ini.