Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bantu dan Dukung Anak Mengenali Potensi Diri

14 Juli 2024   17:00 Diperbarui: 14 Juli 2024   17:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: Thinkstock via kompas.com) 

Untuk itu, sangatlah diperlukan peran orangtua untuk membantu anak mengenali potensi diri. Tidak hanya sekadar menentukan atau memilih saja, tetapi orangtua juga harus mampu mengarahkan perencanaan karier anak yang disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya.

Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Pertama, berilah kesempatan dan dukungan pada anak untuk belajar dan eksplorasi dalam berbagai bidang. Manfaatkan dengan baik rasa ingin tahu sang anak yang masih tinggi. Jika sudah beranjak dewasa, minat anak akan cenderung berkurang untuk melakukan hal-hal baru. Maka dari itu, manfaatkan karakter anak usia dini untuk dapat mencaritahu potensi diri yang diinginkan. Berikan dorongan kepada anak untuk mencoba hal-hal baru dengan memberikan akses dan fasilitas yang dibutuhkan untuk berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan.

Ilustrasi kegiatan belajar anak di tempat les. (Sumber: Dok. Kumon via kompas.com) 
Ilustrasi kegiatan belajar anak di tempat les. (Sumber: Dok. Kumon via kompas.com) 

Setelah itu, diskusikan dengan sang anak tentang bidang-bidang yang sedang ia coba. Jangan sampai orangtua hanya mengarahkan dan memfasilitasi, lalu secara sepihak memutuskan bidang yang akan ditekuni oleh sang anak. Biarkan anak memberikan pendapatnya terkait bidang yang sedang ia coba. Berilah anak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan perasaannya. Dengan begitu, orangtua dapat mengetahui bidang mana yang membuat anak merasa nyaman beserta dengan alasannya. Bukan karena lingkungan atau temannya yang menyenangkan, tetapi memang anak begitu antusias tentang hal-hal pada bidang tersebut.

Misalnya anak memberikan pendapat bahwa ia senang bermain bola dan melukis. Saat bermain bola, ia senang karena bertemu dengan teman-temannya. Sedangkan dalam melukis, ia merasa senang menggambarkan apa yang ada dalam imajinasinya. Dari alasan tersebut, sudah terlihat bahwa potensi anak lebih condong pada melukis. Alasan senang bermain bola hanya karena teman-temannya saja, bukan karena ia memang suka dengan sepak bola.

Tidak ada salahnya untuk meminta bantuan pihak ketiga yang lebih paham menangani anak bahkan terbilang profesional. Misalnya berdiskusi dengan guru atau meminta bantuan psikolog anak. Anak yang sudah bersekolah, banyak menghabiskan waktu di sekolah bersama guru dan teman-temannya. Orangtua tidak bisa selama 24 jam mengawasinya lagi seperti saat masih bayi. Tidak ada salahnya untuk meminta pendapat guru yang sehari-hari mengikuti pekermbangan sang anak di sekolah.

Memutuskan untuk berkunjung dan berdiskusi dengan psikolog anak juga pilihan yang tepat. Meminta bantuan profesional untuk menganal potensi anak. Tentu psikolog anak jauh lebih paham untuk menganalisis potensi diri yang dimiliki anak. Menggunakan metode-medote yang di luar kemampuan kita sebagai orangtua.

Untuk mengukur bidang yang sesuai dengan potensi diri, orangtua dapat mendukung anak untuk mengikuti kompetisi. Tentunya tidak hanya menyuruh atau menerapkan hal yang wajib untuk diikuti. Tetap harus ada persetujuan dengan sang anak. Tidak perlu memberikan target harus juara. Yang terpenting adalah anak dikenalkan dengan bidang yang sedang ia coba dengan lebih luas lagi. Sehingga membuat anak lebih antusias lagi. Selain itu, bisa menumbuhkan karakter atau jika pekerja keras kepada anak.

Orangtua mendampingi anak  belajar sehingga memberikan dukungan dan sumber belajar yang sesuai.(Sumber: DOK. TANOTO FOUNDATION via kompas.com) 
Orangtua mendampingi anak  belajar sehingga memberikan dukungan dan sumber belajar yang sesuai.(Sumber: DOK. TANOTO FOUNDATION via kompas.com) 

Terakhir yang paling penting adalah memberikan dukungan secara emosional. Orangtua tidak hanya sekadar mengarahkan dan memfasilitas saja, tetapi perlu dorongan dan dukungan secara emosional. Dengan begitu, anak tidak merasa tertekan untuk mencoba hal-hal baru sampai ia menemukan potensi dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun