Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Marni: The Story of Wewe Gombel", Penyesalan Seorang Ibu

7 Juli 2024   07:00 Diperbarui: 7 Juli 2024   21:42 2502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)

Jika diberi pertanyaan spontan, hantu apa yang menurutmu paling seram? Pasti jawabannya beragam. Tergantung pada referensi film horor yang pernah ditonton atau mungkin pengalaman pribadi. 

Pengalaman bertemu langsung dengan sosok makhluk halus atau mungkin hanya sekadar mendengar cerita dari orang lain. Mendengar ceritanya saja sudah seram. Apalagi jika bertemu langsung. Duh, rasanya gak kebayang deh!

Mungkin ada diantara kalian yang pernah ditakuti-takuti oleh orangtua agar tidak keluar malam. Misalnya sewaktu kecil, anak-anak dilarang keluar rumah menjelang Maghrib. Katanya sih takut diculik sama wewe gombel.

Wewe gombel mungkin jadi salah satu hantu terseram dalam benak anak-anak. Selalu dijadikan alasan agar pulang main lebih cepat. Tidak melebihi maghrib. Jika tidak, sudah pasti akan ditakuti-takuti dengan mitos wewe gombel yang senang pada anak-anak. 

Hantu wewe gombel yang sudah tak aneh di telinga masyarakat, menjadi senter utama pada sebuah film horor yang sedang tayang di bioskop. Dengan judul Marni: The Story of Wewe Gombel yang disutradari oleh Billy Christian. Film ini sudah rilis sejak 27 Juni 2024. Meski kini sudah ada pesaing dari film horor sebelah yang sudah saya buatkan reviewnya (Review Film Janji Darah), film Wewe Gombel masih mendapatkan penonton. 

Sebenarnya bukan kali pertama sebuah film mengangkat cerita tentang wewe gombel. Sebelumnya, sutradara Joko Anwar pernah mengangkat kisah wewe gombel dalam bentuk serial. Bahkan, Billy Christian yang saat ini menjadi sutradara film Marni: The Story of Wewe Gombel, sempat menyutradarai serial Joko Anwar tentang wewe gombel di season 2.

Hmm, cukup berani dan mengejutkan. Sudah pasti akan dibandingkan antara karya Joko Anwar dengan Billy Chirstian. Meski sebenarnya memiliki konsep yang sangat berbeda.

Sebelum membahas lebih jauh, simak terlebih dahulu sinopsis singkat film Marni: The Story of Wewe Gombel!

Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)
Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)

Berkisah tentang keluarga kecil yang pindah ke sebuah desa terpencil. Desa tersebut terkenal dengan legenda wewe gomel. Rahayu yang diperankan oleh Hannah Al Rashid, harus membawa kedua anaknya pindah ke desa tersebut karena sudah bercerai dengan suaminya. Ia memiliki dua anak yang bernama Anisa dan Aan. Anisa diperankan oleh Amanda Rigby. Sedangkan Aan digambarkan sebagai anak berkebutuhan khusus, diperankan oleh Athar Barakbah. 

Mereka tinggal di sebuah rumah tua milik Pak Lurah yang diperankan oleh Mathias Muchus. Ternyata rumah itu menyimpan rahasia masa lalu yang kelam. Di setiap pintunya digantung jimat pelindung. Rahayu yang tidak mengerti maksud dari jimat tersebut, dengan asal melenyapkannya dengan cara dibakar.

Rahayu harus bertahan hidup dengan fase kehidupan yang baru baginya. Bercerai dengan suaminya sama dengan bertahan hidup sendirian dan mencukupi sembua kebutuhan anak-anaknya. 

Di lain sisi, Aan, anaknya yang paling bungsu memang membutuhkan perhatian lebih. Mengingat Aan adalah anak berkebutuhan khusus. Tentu pola asuhnya pun tak bisa disamakan seperti kepada anak normal lainnya.

Kesibukan Rahayu dalam mencari uang untuk memenuhi kebutuhan serhari-hari, membuat Aan kurang perhatian. Tak jarang, Aan selalu mendapat masalah karena selalu mengganggu pekerjaan ibunya. 

Sebagai kakak sekaligus anak paling besar, Anisa berusaha sabar menanggapi situasi yang ada. Ia pun berusaha untuk meladeni adiknya setiap hari.

Suatu hari, Aan berbincang dengan Irma yang diperankan oleh Shareefa Daanish. Irma adalah perempuan yang ada di desa tersebut, tetapi mengalami gangguan jiwa karena sewaktu kecil pernah diculik oleh wewe gombel. Anehnya, Irma memberikan jimat untuk Aan. Anisa yang mengetahui itu langsung menepisnya dan membuang jimat tersebut. 

Sampai akhirnya, sebuah kejadian membuat Aan menghilang saat maghrib. Anisa begitu panik karena secara tiba-tiba adiknya menghilang begitu saja. Apalagi Aan adalah anak berkebutuhan khusus. Tak seharusnya ia pergi ke luar seorang diri. Anisa meminta bantuan Tama yang diperankan oleh Reza Hilman. Tama adalah anak dari Pak Lurah.

Sudah beberapa bulan, tetapi Aan tak kunjung ditemukan. Hilang begitu saja seperti ditelan bumi. Anisa menduga bahwa Marni yang menculik adiknya. Marni adalah perempuan muda yang baru kembali ke kampung itu karena sudah bertahun-tahun merantau ke kota. Sosok Marni diperankan oleh Ismi Melinda. 

Akhirnya Aan ditemukan. Namun Aan begitu aneh setelah ditemukan. Ia menjadi lebih pendiam. Tak seperti dahulu yang terlihat lebih ceria. Rahayu khawatir dengan kondisi tersebut. Ia juga menjadi khawatir akan keselamatan kedua anaknya. Mungkin memang benar bahwa Aan diculik oleh wewe gombel.

Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)
Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)

Film Marni: The Story of Wewe Gombel, bukanlah film wewe gombel biasa. Ya, wewe gombel akan menculik anak kecil yang diterlantarkan oleh orangtuanya. Seperti Rahayu yang kurang perhatian kepada anak berkebutuhan khususnya. Bahkan tak jarang Rahayu bersikap kasar kepada Aan.

Film ini ingin mengangkat kisah tentang pola asuh kepada anak, terutama anak berkebutuhan khusus. Memang perlu kesabaran berkali-kali lipat untuk bisa mengasuh dan mendidik anak tersebut.

Tidak hanya tentang pola asuh saja, tetapi film ini memberikan gambaran tentang single mom yang berjuang mati-matian untuk anak-anaknya. Alhasil, single mom kesulitan untuk membagi waktu antara mengasuh anaknya dengan bekerja demi mendapatkan uang. Sebuah fenomena yang sangat menyentil penonton. Tentang tingkat stres seorang ibu yang berjuang sendirian.

Meski kerap berperilaku kasar kepada Aan, Rahayu tetap digambarkan sebagai ibu yang menyayangi kedua anaknya. Sikapnya yang kasar memang dilatarbelakangi atas kondisi yang sedang dia alami semenjak bercerai dengan suaminya. Rahayu juga sangat terpukul dan penuh penyesalan atas perbuatannya kepada anaknya, Aan.

Alur ceritanya terbilang sederhana. Namun ternyata tidak hanya meyuguhkan cerita horor belaka. Hantu dalam film ini cukup hebat berkelahi. Sehingga dalam melawannya pun tidak cukup memanggil ustaz atau tokoh agama untuk dibacai doa-doa. Aksi silat ditunjukkan untuk melawan wewe gombel ini.

Adegan aksi dalam film ini, tidak hanya sekadar formalitas saja. Namun memang dieksekusi secara maksimal dan terbilang sangat niat. Terlihat dari koreografi pada adegan bertarung yang seolah sedang menonton film aksi. Tentunya ditangani langsung oleh yang ahli dalam urusan koreografi fightingm, yaitu Uwais Team. 

Pemain yang paling mencuri perhatian jatuh kepada Ismi Melinda yang berperan sebagai Marni, wewe gombel. Tentunya juga Shareefa Danish yang selalu memberikan kesempurnaan pada film-film horor yang ia bintangi. Keduanya paling bersinar dan menonjol dalam film ini. Membuat film ini menjadi hidup.

Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)
Film Marni: The Story of Wewe Gombel (2024). (Sumber: Instagram/marni.movie)

Kekurangan dari film ini terletak pada alur yang terasa sangat lambar di bagian awal. Penonton dibuat bosan pada saat film ingin mengenalkan para tokoh yang terlibat. Rasanya ingin cepat-cepat pada adegan klimaks saja. Saat wewe gombel menculik Aan.

Beberapa efek yang disematkan untuk membuat cerita lebih horor, malah berakhir kurang maksimal. Pada beberapa adegan, visual wewe Gombel mungkin tidak terlihat seram. Ditambah lagi dengan adegan klise yang sering dijumpai pada film horor umunya.

Meski belum sempurna, film Marni: The Story of Wewe Gombel tetap layak untuk menemani akhir pekanmu di bioskop terdekat. Mengingat film ini berusaha mengangkat dengan kondisi tidak stabli seorang single mom yang harus mengurus urusan rumah sekaligus bekerja demi anak-anaknya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun