Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film Dilan 1983 Wo Ai Ni, Nostalgia Zaman SD

14 Juni 2024   20:28 Diperbarui: 16 Juni 2024   20:27 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilan dan teman-temannya. (Sumber: Falcon Pictures)

Penggemar cerita Dilan pasti tidak akan melewatkan sedikitpun hal-hal yang berkaitan dengan karakter Dilan. Mulai dari buah karya penulis ternama Pidi Baiq, sampai ketika dibuat dalam versi film. Saking larisnya, Ayah, sebutah khas Pidi Baiq tak pernah kehabisan ide menuliskan cerita Dilan dengan berbagai tahun yang berbeda.

Rasanya baru kemarin menjadi salah satu pembaca novel Dilan 1990 yang bikin senyum-senyum sendiri. Berkisah tentang pandangan Milea, murid baru yang dikejar-kejar oleh Dilan. Sampai akhirnya resmi memproklamasikan hubungan mereka.

Dilanjutnya dengan novel Dilan 1991 dengan sudut pandang yang sama, yaitu Milea. Namun bedanya tidak lagi bikin senyum-senyum. Justru malah membuat nangis bombay menyaksikan perpisahan Dilan dan Milea.

Kurang lengkap jika cerita Dilan tanpa melibatkan sudut pandang dari Dilannya langsung. Tidak hanya Milea yang menganggap kisah romansa mereka itu begitu manis, begitupula Dilan memiliki andil sebagai pemilik cerita tersebut. Ditulislah dalam novel Milea: Suara dari Dilan.

Ketiga novel kisah Dilan dan Milea diangkat dalam film layar lebar. Semanis novelnya, versi filmnya juga berhasil menarik banyak penonton. Diperankan oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan. Sedangkan Milea diperankan oleh Vanesha Preschilla.

Saking membekas, sampai detik ini, Iqbaal dan Vanesha begitu sulit lepas dari citra sebagai Dilan dan Milea. Keduanya masih saja disangkut pautkan meski sudah lama tidak dalam projek yang sama lagi. Terlihat dari kolom komentar di akun pribadi media sosial masing-masing yang kerap dibanjiri penonton Dilan. Seolah masih menganggap keduanya adalah Dilan dan Milea.

Tak sampai disitu saja, Ayah Pidi kembali melanjutkan kisah Dilan dengan suasana yang berbeda. Tidak lagi tentang Milea. Dilan bertemu dengan cinta terakhirnya, siswa SMA yang bernama Ancika. Lagi-lagi, Film Ancika kembali tayang di bioskop. Dengan peran yang berbeda dari film sebelumnya.

Dalam Film Ancika, Dilan diperankan oleh Arbani Yasiz. Sedangkan Ancika diperankan oleh Azizi Asadel atau yang lebih dikenal dengan nama panggung Zee JKT48. Meski terdapat pergantian pemain tokoh Dilan, Arbani terbilang sukses memerankan Dilan. Toh Dilan versi yang ia bawakan sangat berbeda dengan versi Iqbaal. Dilan yang bersama Ancika sudah pada tahap dewasa. Sebagai anak kuliahan yang aktif dalam mengkritik pemerintah.

Konferensi pers Film Dilan 1983: Wo Ai Ni di PVJ, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/5/2024).(Kompas.com/Cynthia Lova) 
Konferensi pers Film Dilan 1983: Wo Ai Ni di PVJ, Bandung, Jawa Barat, Senin (13/5/2024).(Kompas.com/Cynthia Lova) 

Semua novel dan film tentang Dilan sudah habis saya tamatkan. Terakhir, menonton film Ancika yang baru saja tayang di bioskop sejak 11 Januari 2024 lalu. Menariknya, setelah film Ancika, terdapat informasi bahwa akan ada film terbaru tentang Dilan di tahun yang sama.

Setelah penayangan film Ancika, terbitlah novel lanjutan kisah Dilan dengan judul Dilan 1983 Wo Ai Ni. Terlihat dari judulnya saja bahwa kini tidak lagi tentang Dilan si anak geng motor. Latar cerita pada tahun 1983 mengartikan bahwa berkisah tentang masa kecil Dilan.

Tepat pada 13 Juni 2024 menjadi tanggal rilisnya film Dilan 1983 Wo Ai Ni. Di tahun yang sama, terdapat dua film Dilan dengan latar tahun yang berbeda. Tentunya dengan dua tokoh Dilan yang berbeda pula.

Sebelum membahas lebih lanjut, pastikan kamu sudah mengetahui sinopsis dari film Dilan 1983 Wo Ai Ni. Bisa dibaca lebih lengkap di bawah ini ya!

Dilan dan Ayahnya. (Sumber: Falcon Pictures)
Dilan dan Ayahnya. (Sumber: Falcon Pictures)

Berawal dari kisah Dilan dan keluarga yang tinggal di Timor Timur karena Ayahnya ditugaskan di sana. Hampir satu setengah tahun Dilan dan keluarganya merantau di Timo Timur.

Pada tahun 1983, Ayahnya kembali berpindah tugas. Dilan dan keluarga kembali ke Bandung. Dilan pun kembali bertemu dengan teman-teman SDnya dulu. Ia juga kembali daftar di SD tersebut. Tepatnya duduk di kelas 5 SD.

Kembali ke Bandung tidak hanya mempertemukannya lagi dengan teman-teman masa kecilnya. Dilan bertemu dengan murih baru. Seorang siswi cantik pindahan dari Semarang. Namanya adalah Mei Lien. Dari namanya saja sudah terlihat bahwa siswi tersebut berasal dari keturunan Tionghoa.

Seperti cinta monyet yang pernah kita alami, Dilan juga turut mengalami fase cinta monyet itu. Memiliki ketertarikan kepada Mei Lien, membuat dirinya mau belajar bahasa Mandarin. Tidak hanya belajar bahasa Mandarin, Dilan juga perlahan membaca buku-buku yang membahas tentang China. 

Dilan dan Mei Lien. (Sumber: Falcon Pictures)
Dilan dan Mei Lien. (Sumber: Falcon Pictures)

Tidak hanya berkisah cinta monyet Dilan yang bikin geli, kala itu Bandung masih sangat sepi. Nampak berbeda dengan sekarang yang penuh dengan kemacetan di mana-mana. Kala itu, Dilan mengalami berbagai peristiwa di Bandung. Mulai dari penembakan misterius, meletusnya gunung Galunggung, sampai gerhana matari hari total.

Jika hanya menonton sekilas trailernya saja, maka dapat dipastikan bahwa film Dilan 1983 Wo Ai Ni ini hanya berkisah tentang cinta monyet saja. Tentang Dilan dengan cinta monyetnya, Mei Lien. Namun ternyata salah besar setelah menonton film ini.

Film Dilan 1983 Wo Ai Ni mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan persahabatan. Hubungan Dilan dengan keluarganya intinya. Mulai dari cara parenting kedua orangtuanya kepada Dilan. Sekaligus merekatkan hubungan anak-anaknya sebagai saudara kandung. Menonton film ini jadi rindu dengan keluarga yang memberikan kehangatan. Rindu berbincang bersama di ruang keluarga. Lagi-lagi, karakter Dilan memang selalu identik dengan istilah Dilan. Seperti kata Dilan bahwa rindu itu berat.

Kebersamaan Dilan dan keluarga. (Sumber: Falcon Pictures)
Kebersamaan Dilan dan keluarga. (Sumber: Falcon Pictures)

Sebenarnya, film Dilan 1983 Wo Ai Ni ini menggambarkan bagaimana karakter Dilan dibentuk. Terutama kontribusi besar atas peranan Bunda Dilan yang sering disapa Bundahara karena bertuga menjadi bendahara di rumah. Sosok Dilan zaman SD, sama saja seperti sosok Dilan pada saat remaja. Dilan dengan pemikiran yang berbeda dari orang lain.

Misalnya saja ketika Dilan berusaha belajar bahasa Mandarin. Apa sampai kepikiran anak seusia Dilan kala itu, begitu niat ingin dekat dengan cinta monyetnya sampa belajar bahasa Mandarin? Ya sama saja seperti Dilan yang mengajak Milea berkenalan. Sampai memberikan hadiah buku TTS yang sudah diisi pada saat Milea ulang tahun. Tujuannya agar Milea tak perlu kesusahan untuk mengisinya.

Dilan dan teman-temannya. (Sumber: Falcon Pictures)
Dilan dan teman-temannya. (Sumber: Falcon Pictures)

Nilai persahabatan yang terkandung yang paling menarik adalah nilai toleransi. Khususnya kemunculan tokoh Mei Lien sebagai gadis Tionghoa yang baru 6 bulan pindah dari Semarang ke Bandung. Kehadiran Mei Lien menjadi salah satu simbol dari nilai toleransi yang ingin ditonjolkan. Menampilkan kisah persahabatan tanpa memandang perbedaan yang ada. Begitu manis dan hangat.

Bagi orang dewasa, menonton film ini bagai bernostalgia sama zaman baheula (dulu). Masa-masa kecil tanpa adanya kemajuan teknologi. Seperti ponsel pintar yang saat ini selalu digenggam. Tak bisa lepas.

Dilan masa kecil mengajak kita untuk kembali merasakan keseruan bermain sepeda bersama teman-teman. Bermain korek jangkrik di dalam kotak, sampai keusilan menyalakan petasan di depan masjid. Bukankah di usia tersebut, keusilan kerap terjadi dilakukan oleh anak-anak? Dan kadang membuat kita geli sendiri mengingat itu semua.

Yang perlu diacungi jempol adalah kepiawaian para pemain yang mayoritas diperankan oleh anak-anak. Kemampuan akting yang mereka tampilkan seolah memberi harapan di masa depan. Bahwa masa depan film Indonesia semakin cemerlang. Terlihat dari keberhasilan mereka memerankan karakter masing-masing yang begitu cemerlang.

Dilan dan teman-teman. (Sumber: Falcon Pictures)
Dilan dan teman-teman. (Sumber: Falcon Pictures)

Terlebih lagi sosok Dilan dan Mei Lien yang menjadi tokoh iconic dalam film ini. Dilan diperankan oleh M. Adhiyat yang sebenarnya terlibat pula pada projek film Ancika sebagai adik Ancika. Namun kini ia diberi kesempatan membawakan karakter Dilan. Terbilang berhasil karena ia mampu menampilkan karakter Dilan yang unik. Seperti yang telah dibawakan oleh Iqbaal Ramadhan sebagai Dilan remaja. Dan Arbani Yasiz sebagai Dilan dewasa.

Tak lupa, gadis cantik yang memerankan tokoh Mei Lien berhasil menarik perhatian penonton. Malea Emma Tjandrawidjaja begitu mempesona. Ternyata, namanya sudah lebih terdahulu terkenal di luar negeri. Sejak kecil sudah meniti karier di Hollywood. Debut pertamanya dalam film After Yang.

Film tersebut kali pertama ditayangkan di festival film terbesar di dunia, Cannes Film Festival pada Juli 2021. Tentunya kemampuan aktingnya sudah tidak perlu diragukan lagi. Parasnya yang benar-benar tionghoa sangat cocok memerankan karakter Mei Lien.

Malea Emma dan M. Adhiyat. (KOMPAS.com/Revi C Rantung) 
Malea Emma dan M. Adhiyat. (KOMPAS.com/Revi C Rantung) 

Well, film ini berhasil lolos dalam kategori Semua Umur. So, semua umur dapat menikmati film ini. Momentum yang tepat karena anak-anak sekolah sudah mulai libur. Begitu pula berdekatan dengan hari cuti bersama Idul Adha. Tidak ada salahnya mengajak anak atau keponakan menonton film ini.

Tidak perlu takut terdapat adegan romansa yang malah mengajari yang tidak benar. Cinta monyet yang ditampilkan terbilang wajar dan ringan saja. Justru terdapat nilai toleransi dalam hubungan persahabatan dan keluarga. Menjadi contoh baik bagi anak-anak.

Untuk orang dewasa yang menonton ini, bisa menjadi bahan nostalgia. Atau bisa jadi terlihat monoton dan menjenuhkan saking ringannya alur cerita.  Cukup nikmati saja. Senyum-senyum menikmati adegan ringan dengan humor yang pas. Cocok untuk penonton yang mencari tontonan ringan dengan cerita menghibur di saat hari libur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun