Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Dinda", LDR Hanya Masalah Geografis

11 Juni 2024   12:33 Diperbarui: 14 Juni 2024   13:32 1674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syifa Hadju dalam film Dinda (2024). (Sumber: MD Pictures)

Rasanya belum puas menyaksikan sosok Geri dan Dinda dalam filmnya. Kurang gereget dan berasa ada yang kurang. Seperti kekurangan bumbu pelengkap.

Beruntungnya adalah keberhasilan Angga Yunanda dan Syifa Hadju yang kembali menghidupkan tokoh Geri dan Dinda. Keduanya tetap menjadi sosok Geri dan Dinda yang konyol dan bucin. Namun bedanya, kini merasa beranjak dewasa dengan konflik yang berbeda.

Geri dan Dinda dalam film Dinda (2024). (Sumber: MD Pictures)
Geri dan Dinda dalam film Dinda (2024). (Sumber: MD Pictures)

Film Dinda mengisahkan penerimaan pada fase baru. Menjadi sebuah pengingat bahwa ada hal-hal di luar kuasa manusia. Kuncinya hanya satu, sebuah penerimaan. Namun tidak semudah membalikan telapak tangan. Butuh proses untuk mencerna semua. Termasuk Geri dan Dinda yang butuh waktu untuk beranjak pada fase baru dalam hubungan keduanya.

Dari Geri dan Dinda, penonton seolah diingatkan bahwa perpisahan sementara tidak melulu tentang kepahitan saja. Justru terkadang kita memerlukan jarak agar menghargai pertemuan. Tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk saling menatap satu sama lain. Menghargai waktu satu sama lain.

Terkadang, kita kesulitan mencari jawaban tentang keyakinan dalam pemilihan pasangan hidup. Film Dinda mencoba mengingatkan bahwa keyakinan itu akan hadir ketika keduanya sama-sama berada dalam versi terbaiknya. Apapun jalan yang dipilih, lakukan secara totalitas menjadi versi terbaikmu. Entah itu menjadi Ibu Rumah Tangga, atau memilih bekerja. 

Terakhir, Geri dan Dinda mengajarkan kembali bahwa jarak atau hubungan jarak jauh itu hanya masalah geografis. Perpisahan yang terjadi sama sekali tidak merubah perasaan.

Di manapun jiwa berada, tetapi hati sudah berlabuh pada satu nama saja. Rasa percaya dan saling mendukung adalah kuncinya. Sampai hari pertemuan itu kembali memihak. Dan pada akhirnya bersama untuk selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun