Suara alarm membangunkan tidurku. Napas yang tidak beraturan. Keringat dingin yang membanjiri.
Sepanjang malam, mimpi buruk terus menghantuiku. Mengusik ketenangan tidur malamku.
Entah ada maksud apa dari mimpi itu. Namun, sudah dua malam mimpi buruk tak kunjung mau permisi.
Setelah peristiwa dua hari lalu itu, mimpi buruk seolah ingin memberi jawaban. Ada pesan yang ingin disampaikan. Namun, aku tidak pernah mampu untuk membacanya. Entah memang kesulitan, atau mungkin karena sedang tak bisa berpikir jernih.
Sebelum beraktivitas di pagi hari, biarkan aku mengontrol diri. Khususnya mengontrol napas ini yang sedari tadi begitu berat berhembus. Dibarengi dengan hati yang semakin tak karuan.
Seburuk apapun keadaan hati, tetap saja waktu terus berputar. Membuat badanku tak bisa sekadar berleha-leha. Mengingat banyak yang harus dikerjakan. Sekaligus demi mengabaikan semrawutnya masalah kehidupan ini.
Pagi ini, aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke luar. Tujuannya jelas untuk mencari udara segar. Berharap suasana hati membaik. Berharap akan ada secercah jawaban untuk dapat menaikkan mood.
Tak ada yang berbeda. Sama saja dengan hari-hari biasanya. Jalanan yang masih sepi. Beberapa kendaraan berlalu lalang. Tukang bubur yang menantikan pelanggannya. Udara dingin yang menusuk kulit.
Baru beberapa meter berjalan, mata ini tertuju pada sebuah toko sepatu. Entah sejak kapan toko sepatu itu berdiri di sana. Aku tak ingat pasti. Sepertinya kemarin sore toko itu belum ada. Lantas mengapa pagi ini toko sepatu itu sudah kokoh berdiri?
Menarik. Sebuah istilah yang menggambarkan toko sepatu itu. Ornamen kayu yang menghiasi. Lampu yang menggantung nampak redup tapi terlihat unik.