Kabar duka datang dari dunia hiburan tanah air. Tepatnya pada hari terakhir bulan Ramadan tahun 2024, komedian atau komika Babe Cabita dikabarkan meninggal dunia pada pagi hari (Selasa, 09/04/2024). Babe Cabita meninggal dunia di Rumah Sakit Mayapada Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Priya Prayogha Pratama dengan nama panggung Babe Cabita adalah seorang pelawak tunggal dan aktor tanah air yang sudah membintangi beberapa judul film. Â Gayanya yang khas membuat Babe meraih kemenangan pada ajang Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV musim ketiga di tahun 2013. Kompetisi itu membuat nama Babe Cabita semakin melambung dalam dunia hiburan. Tidak hanya di kalangan pecinta stand up comedy saja, tetapi ia juga terlibat dalam berbagai judul film ternama.
Sudah tahun lebih Babe mengidap penyakit langka bernama anemia aplastik. "Ternyata penyakit aku cukup langka, nama penyakitnya anemia aplastik, kata dia, dilansir dari Kompas.com (1/9/2023).Â
Penyakit anemia aplastik yang diderita Babe Cabita mengharuskannya rutin melakukan transfusi trombosit. Dia juga harus mengonsumsi obat autoimun untuk mencegah imunnya menggerogoti sel-sel tubuh.
Dalam podcast besama Deddy Corbuzier, Babe juga menceritakan perjuangan dirinya melawan penyakit ini. Sampai ada momentum ia seperti kehilangan harapan untuk hidup karena mengalami kondisi kritis.Â
Dengan jujur, Babe menyampaikan sampai meminta bantuan Kaesang, putra Presiden Jokowi, untuk mendapatkan donor darah. Hal tersebut ia lakukan karena tidak mendapatkan donor darah di rumah sakit yang merawatnya. Begitupula dengan PMI terdekat.
Takdir berkata lain. Babe Cabita harus berpulang kepada-Nya dengan meninggalkan istri dan kedua anaknya. Sahabat seprofesi di dunia hiburan turut mengantarkan Babe Cabita ke tempat terakhirnya.
Anemia aplastik menjadi penyakit yang diderita oleh Babe Cabita. Penyakit ini terbilang langka karena bukan penyakit anemia biasa. Anemia aplastik adalah gangguan kesehatan berupa anemia atau kurang darah dikarenakan sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah baru yang cukup, baik trombosit, leukosit, maupun eritrosit atau ketiganya sekaligus.
Anemia aplastik dapat berkembang pada usia berapapun. Kehadirannya juga bisa saja terjadi secara tiba-tiba. Adapula yang muncul secara perlahan dengan gejala-gejala awal. Kemudian memburuk seiring berjalannya waktu.
Dikutip dalam siloamhospitals.com, Penyakit anemia aplastik digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu inherited aplastic anemia dan acquired aplastic anemia.Â
Inherited aplastic anemia adalah anemia aplastik yang diturunkan atau diakibatkan dari kerusakan gen. Sedangkan acquired aplastic anemia merupakan anemia aplastik yang didapatkan oleh seseorang semasa hidupnya. Acquired aplastic anemia biasanya dialami oleh pasien dengan penyakit autoimun.
Anemia aplastik karena sebab genetik atau yang disebut inherited aplastic anemia, biasanya terjadi karena kerusakan gen pada anak. Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat menimbulkan anemia aplastik.Â
Sedangkan anemia aplastik yang bukan karena gen atau yang disebut dengan acquired aplastic anemia biasanya terjadi para orang dewasa. Anemia aplastik jenis ini sering disebabkan oleh penyakit yang menyerang autoimun. Penyakit autoimum mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel sehat. Termasuk menyerah sel pada sumsum tulang belakang.
Selain itu, bisa juga disebabkan karena penggunaan obatan-obatan sejenis kloramfenikol, riwayat infeksi seperti hepatitis, zat kimia berbahaya seperti pestisida, kehamilan, dan pernah menjalani perawatan radioterapi atau kemoterapi.
Untuk pengobatan anemia apalstik beragam. Mulai dari obat-obatan, tranfusi darah, dan sampai tranfusi sumsum tulang belakang.Â
Gejala anemia apalstik pun sangat beragam. Tergantung pada fungsi sel darah yang terkena. Namun pada umumnya, gejala anemia aplastik dimulai dari mengalami sesak napas atau kesulitan bernapas, mudah merasa lelah, detak jantung cepat atau tidak beraturan, kulit terlihat pucat, mengalami memar pada bagian tubuh, mimisan atau gusi berdarah, demam, ruam kulit, dan sakit kepala.
Melihat gejala-gejala tersebut, cukup sulit untuk mendeteksi penyakit ini. Mengingat gejalanya hampir serupa dengan penyakit umum lainnya. Dianjurkan untuk segera mencari pertolongan medis bila mengalami perdarahan yang sulit berhenti atau infeksi yang berulang dan sulit sembuh. Pendarahan berkepanjangan akibat terluka merupakan salah satu gejala anemia aplastik. Tidak ada salahnya untuk melakukan kontrol medis agar memastikan kondisi tubuh.
Selain itu, kita juga bisa melakukan pencegahan agar terhindar dari penyakit anemia aplastik. Pertama, pastikan untuk selalu rutin cek kesehatan. Tidak hanya sedang ada keluhan saja, tetapi minimalnya tiga bulan sekali melakukan kontrol rutin kepada dokter.Â
Ketika sakit, pastikan mengkonsumsi obat-obatan sesuai dengan anjuran dokter. Jangan asal meminum obat tanpa pengawasan dokter.
Kedua, pastikan untuk selalu mencuci tangan agar menjaga kebersihan pada telapak tangan. Terutama setelah menggunakan toilet umum. Pastikan mencuci tangan dengan tertib menggunkan sabun dengan air yang mengalir.
Rajin olahraga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan istirahat yang cukup juga bisa mencegah anemia aplastik. Yang paling penting adalah menerapkan pola hidup yang sehat.
Itulah penjelasan terkait penyakit anemia aplastik. Segera konsultasi ke dokter apabila mengalami gejala-gejala anemia aplastik. Untuk mencegahnya, ayo bersama-sama saling melindungi dengan mengingatkan kepada orang-orang di sekeliling kita. Terapkan pola hidup yang sehat untuk melindungi keluarga kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H