Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Duka di Laut Korea

20 Maret 2024   16:09 Diperbarui: 20 Maret 2024   17:55 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga ABK Indonesia menjadi korban kapal tenggelam di Korea Selatan. Korban sudah dipulangkan ke tanah air. (Sumber: Kemenlu via kompas.com)

Sabtu, 9 Maret 2024, tepatnya menjelang memasuki bulan suci Ramadan. Mendapatkan hari libur 3 tiga hari untuk bisa melaksanakan tradisi munggahan di kampung halaman. Siang itu, saya bermaksud untuk bergegas ke terminal usai menyelesaikan pekerjaan.

Kesibukan pekerjaan membuat saya tak memperhatikan ponsel yang sedari pagi ternyata banyak telfon masuk. Usai jam kerja selesai karena hanya masuk setengah hari, saya menelfon balik dan mendapatkan sebuah berita yang terus mengusik pikiran. Komat-kamit penuh ketidakpercayaan.

Diperjalanan pulang menuju kampung halaman, suasana riang untuk menyambut munggahan terasa sirna. Tatapan mata kosong dengan terus bertasbih kepada-Nya. Hati yang was-was dan terus berharap bahwa kabar itu hanyalah sebuah kesalahan saja.

Mungkin hanya hoaks. Mungkin ada penipu yang berniat buruk. Atau memang sama sekali tidak benar.

Sepanjang perjalanan, yang bisa dilakukan hanyalah berdoa. Sembari mencari-cari informasi terkait kebenaran berita itu.

Mata ini terdiam ketika melihat sederet berita media online yang muncul dalam kolom pencarian Google. Berbagai media online lokal dan internasional sudah menerbitkan berita tersebut beberapa jam yang lalu.

Satu persatu dibuka dan dibaca sampai akhir. Mencari-cari daftar nama korban yang mungkin saja sudah di rilis oleh media online.

Saat itu, seluruh berita hanya memberitakan terkait kapal tenggelam di laut Korea Selatan yang membawa ABK (Anak Buah Kapal) sebanyak 9 orang. Dua orang berstatus warga negara Korea Selatan. Sedangkan 7 ABK lainnya adalah Warga Negara Indonesia (WNI).

Salah satu orang terdekat kami adalah pelaut di Korea Selatan. Kabar berita itu membuat ramai sesisi grup keluarga besar. Berharap saudara kami bukanlah korban kapal tenggelam itu.

Dalam berita, sudah ditemukan 3 ABK dalam kondisi tidak sadarkan diri. Ketiga korban ditemukan masih berada di dalam kapal tenggelam itu. Terdiri dari 2 WNI dan 1 warga Korea. 

Berita selanjutnya mengabarkan bahwa 3 ABK itu dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Namun sayang, ketiganya tetap tidak terselamatkan.

Hati ini semakin cemas. Terus me-refresh kolom pencarian Google. Berharap ada media online yang memberikan kabar terbaru. Sebuah keajaiban atau berita menyenangkan lainnya yang membuat hati menjadi lega.

Malam itu di kampung halaman, tidak ada suasana munggahan seperti biasanya. Semuanya hanya terdiam berkumpul di ruang keluarga. Menantikan kabar terbaru dan terus berdoa bahwa saudara kami bukanlah ABK yang ada di dalam kapal tersebut.

Tidak pernah ada yang tahu tentang satu detik kemudian. Termasuk takdir kematian. Tidak ada yang bisa menghindari. Tidak pernah ada yang mengetahuinya.

Sebuah kabar duka sampai ke telinga kami. Kementerian Luar Negeri membenarkan bahwa kekhawatiran kami benar adanya. Saudara kami sudah ditemukan dan tidak bisa diselamatkan.

Semua rasa yang ada rasanya seperti tercampur menjadi satu. Sebuah fenomena yang sering terlihat di berita atau film, ternyata malah menimpa orang terdekat. Tidak ada yang bisa menyangka. Tidak ada yang memprediksi bahwa kepergian untuk bekerja di Korea berakhir dengan kabar duka.

Tak terbayangkan harus melewati momentum seperti ini. Menantikan kepulangan Almarhum yang jauh terbentang di Korea Selatan. Segala prosedur untuk memulangkannya pun berusaha untuk kami lewati. Berharap secepatnya untuk dapat bertemu yang terakhir kalinya.

Hati semakin cemas memikirkan bagaimana kondisinya. Apakah di sana disholatkan dengan semestinya? Bagaimana keadaannya? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terus menerus ada dalam pikiran.

Ternyata, membutuhkan satu minggu untuk memulangkan Almarhum ke Indonesia. Waktu yang cukup lama sembari menunggu jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan itu.

Singkatnya, pada tanggal 16 Maret 2024, ada 3 WNI yang dipulangkan dan sudah sampai di Jakarta pada sore hari. Sesampainya di Jakarta, para korban dipulangkan ke kampung halamannya. 

Tepat pada Minggu pagi, 17 Maret 2024, Almarhum sudah pulang ke tempat peristirahatan terakhirnya. Diantar oleh keluarga, kerabat, dan teman-temannya.

Dikutip dalam Kompas.com, pemerintah memastikan proses pencarian untuk lima ABK lainnya masih terus dilakukan oleh Korea Coast Guard (KCG). Korban hilang adalah 4 ABK WNI dan 1 ABK Korea Selatan.

Kemenlu bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait guna memberikan dukungan yang dibutuhkan selama proses pencarian. Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Kementerian Ketenagakerjaan, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan pihak terkait lainnya juga terus melakukan koordinasi. 

Dalam wawancara yang dilakukan Metro TV secara live dengan Ketua BP2MI, Benny Rhamdani, kapal penangkap ikan 2 Haesinho dengan berat 29 ton mengalami terbalik dan tenggelam karena cuaca buruk. Angin dan ombak yang besar menenggelamkan kapal penangkap ikan 2 Haesinho yang sedang berlayar di pantai selatan Kota Tongyeong. 

Ironisnya, dalam keadaan cuaca buruk, kapal penangkap itu masih harus beroperasi yang akhirnya menelan korban seluruh kru ABK. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ketua BP2MI. Indonesia jangan hanya tergiur dengan penanganan yang dilakukan oleh pihak Korea Selatan dalam memproses musibah kapal tenggelam ini. Tidak hanya sekadar terus mencari korban yang hilang dan memberikan asuransi jiwa yang diberikan kepada ahli waris saja.

Benny Rhamdani akan mendesak Kementerian Luar Negeri untuk berani mengeluarkan nota diplomatik kepada pemerintah Korea Selatan agar tidak mengizinkan kapal berlayar dalam keadaan cuaca buruk.

Mendengar kabar ini, perlu didukung oleh seluruh ABK yang berlayar di luar negeri. Sebagai pembelajaran agar tidak terjadi lagi insiden kapal tenggelam yang merenggut nyawa ABK dari Indonesia.

Menuliskan artikel ini penuh pertimbangan dan menunggu duka ini berdamai dengan keadaan. Semoga, seluruh ABK yang menjadi korban musibah ini berpulang dengan tenang kepada-Nya. Seluruh keluarga korban juga semoga diberi kesabaran dan keikhlasan yang seluas-luasnya.

Tak lupa, semoga korban hilang lainnya segera ditemukan agar bisa kembali berpulang ke tanah air tercinta. 

Sehat dan selamat untuk ABK Indonesia di seluruh dunia. Sehat selalu untuk kita semua.

Terakhir, saya meminta keikhlasan pembaca untuk mengirimkan doa yang khusus diperuntukkan kepada seluruh korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun