Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sibuk Berjuang, tapi Lupa Merawat

2 Maret 2024   06:30 Diperbarui: 2 Maret 2024   06:31 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau kata Pidi Baiq, "Cinta itu indah, jika bagimu tidak, mungkin kamu salah pilih pasangan." Hmm, apa benar jika kita tidak bahagia dalam sebuah hubungan romansa karena salah memilih pasangan?

Maraknya fenomena "dibuat feeling lonely" yang berseliweran di media sosial TikTok. Caption yang panjang lebar. Menceritakan tentang perasaan kesepian seseorang meskipun menjalin sebuah hubungan romansa.

Merasa selalu melakukan apapun sendirian. Tidak diberi kabar. Sampai merasa tidak dianggap ada karena tidak pernah dilibatkan.

Postingan curhat colongan tersebut semakin sempurna dengan latar lagu hits yang mendukung. Tentunya dengan lagu galau yang sedang ramai dinyanyikan di berbagai acara konser musik. Tak jarang sedang berada di urutan pertama pada platform music.

Menyikapi seseorang yang memilih untuk curhat pada media sosial terkait dengan masalah hubungannya, sebenarnya sah-sah saja dan tidak ada yang melarang. Toh dalam beraktivitas di media sosial tidak ada batasan harus memposting konten apa. Selama tidak merugikan banyak pihak dan tidak melanggar norma yang berlaku, semuanya boleh-boleh saja.

Yang keliru adalah ketika mencurahkan isi hati lewat media sosial, tetapi tak pernah mencoba menyampaikan perasaan itu kepada orang yang bersangkutan. Wah, fatal sekali seperti itu.

Berpura-pura baik-baik saja dalan sebuah hubungan hanya demi mempertahankan hubungan itu. Padahal di dalam hati, kerap merasa tidak dipenuhi keinginan dan kebutuhannya.

Sebelum menceritakan ke media sosial, hubungan yang sehat harus mau untuk merundingkan masalah secara bersama-sama. Di sini, perlu adanya kompromi dengan kepala dingin. Bukan sebagai ajang saling menyalahkan satu sama lain.

Pertengkaran mungkin akan terjadi. Sialnya, biasanya yang terjadi adalah kedua belah pihak merasa paling banyak berjuang dalam hubungan. Saling membandingkan effort masing-masing selama menjalin hubungan.

Misalnya pihak perempuan berdalih selalu mementingkan pasangannya paling utama dibandingkan temannya. Sedangkan laki-laki berdalih rela bulak balik ke luar kota demi bertemu sang pujaan hati.

Hmm, nampaknya hubungan yang sehat tidak akan terjadi saling tuduh menuduh apalagi merasa timpang sebelah terkait effort dalam sebuah hubungan. Usaha yang dilakukan dalam sebuah hubungan adalah bentuk merawat hubungan itu.

Terkadang, banyak pasangan di luar sana yang memutuskan berpisah atau bahkan harus berakhir kehilangan karena lupa untuk merawat hubungan itu. Sebuah komitmen yang dibangun bersama-sama tetapi perlu dirawat meskipun sudah dalam ikatan yang bertahun-tahun lamanya.

Itulah akibatnya banyak pasangan yang sudah berhubungan bertahun-tahun, lalu tiba-tiba harus putus di tengah jalan. Terkadang mereka terlalu sibuk berjuang, tetapi lupa untuk merawat.

Berjuang untuk mencapai tujuan bersama memang membutuhkan waktu dan usaha yang tidak mudah. Apalagi untuk pasangan yang bertujuan membangun mahligai rumah tangga.

Banyak sekali persiapan yang perlu mereka lakukan. Mulai dari kesiapan mental, finansial, sampai kesiapan keluarga masing-masing.

Berjuang memang salah satu bentuk untuk merawat hubungan. Seperti laki-laki yang memberikan pesan singkat sewaktu pulang kerja, "Aku capek baru pulang. Istirahat dulu ya!"

Mungkin untuk beberapa kasus, perempuan akan memahami keadaan itu. Mencoba menjadi mahkluk pengertian yang memaklumi keadaan tersebut.

Namun lain halnya jika ia memang merasa membutuhkan peran pasangannya pada waktu tertentu. Tak jarang mereka akan merasa menjadi satu-satunya yang memaklumi keadaan. Sedangkan pasangan sendiri tak mencoba untuk melakukan hal yang sama.

Dalam keadaan seperti itu, jangan sampai melemparkan kode-kode dalam media sosial dengan harapan si doi akan peka. Berada dalam sebuah hubungan bukanlah sebuah aktivitas kepramukaan yang harus memecahkan sandi.

Kita perlu berkata jujur dan mengutamakan keinginan yang harus dilakukan oleh pasangan kita. Misalnya meminta untuk ditemani telponan atau sekadar membutuhkan pendengar yang baik.

Berangkat dari situlah, sang pasangan akan mulai peka dan merasa bahwa kekasihnya sedang membutuhkan kehadirannya. Sejak saja itu seharusnya doi akan lebih sering menyempatkan waktu luangnya untuk sekadar bertanya, "Kamu baik-baik saja?" "Hari ini ngapain aja?" "Ada cerita apa hari ini?" dan pertanyaan sederhana lainnya sebagai bentuk kepedulian.

Perlahan doi akan membagi waktu antara bermain dengan teman ataupun menghabiskan waktu hanya untuk menelfon sang kekasih. Nah, saat menghubungi pasangan, jangan sampai kamu sibuk sendiri. Sibuk scroll media sosial apalagi sibuk chatting dengan yang lain.

Mengapa seperti itu? Agar kalian bisa menunjukkan bentuk kepedulian kalian kepada pasangan dengan menyempatkan waktu kalian meskipun terbatas hanya untuk pasangan seorang. Bukan malah sambil melakukan aktivitas lainnya. Justru itu malah membuat pasangan merasa bahwasanya komunikasi yang terjalin hanyalah formalitas semata.

Ilustrasi hubungan yang saling melibatkan pasangan dalam tujuan hidup. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi hubungan yang saling melibatkan pasangan dalam tujuan hidup. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Perjuangan memang salah satu dari bentuk merawat. Tapi, pastikan bahwa kamu memasukan keberadaan pasangan dalam tujuan perjuangan itu. Bukan hanya sekadar menggapai cita-cita masa kecil saja. Namun, pasangan pun harus berada dalam tujuan perjuangan.

Untuk membuat pasanganmu merasa berada dalam tujuan perjuanganmu, pastikan untuk selalu melibatkan dirinya dalam setiap keputusan yang akan diambil. Misalnya menanyakan pendapatnya harus memperpanjang kontrak kerja atau tidak.

Sekalipun kamu sudah mengambil keputusan sendiri, kamu tetap harus meminta pendapatnya untuk sekadar memvalidasi bahwa keputusan yang diambil tidak akan menimbulkan konflik ke depannya.

Misalnya ketika kamu memutuskan untuk mengambil kesempatan kerja di luar negeri. Keputusan itu kamu ambil demi pengembangan karier yang lebih cemerlang dan menjamin di masa depan.

Sebagai pasangan yang baik, tanyakan kepada kekasihmu. Seperti bertanya, "Kamu tidak masalah kalau aku kerja di luar negeri?" Berawal dari situlah akan tercipta diskusi untuk mengutarakan pandangan masing-masing.

Kamu menyampaikan bahwa tujuannya tentu untuk menyiapkan finansial masa depan dengan pasangan. Lalu pasanganmu akan bertanya, sampai kapan keadaan itu harus kalian lewati.

Nampaknya, jika keduanya saling memahami akan tercipta hubungan yang harmonis. Pertengkaran kecil mungkin akan terjadi. Ya wajar saja. Pasangan bukanlah orang yang sama. Keduanya memiliki latar dan pikiran yang berbeda-beda. Tidak akan mungkin mendapatkan pasangan yang 100 persen merasa cocok untuk segala aspek. Akan ada hal-hal yang memang harus dimaklumi dan dilengkapi satu sama lain.

Terakhir, yang terpenting adalah bahwa merawat hubungan dengan saling mengetahui keinginan masing-masing. Keduanya harus selalu berusaha untuk memenuhi harapan. 

Bohong rasanya jika sepasang kekasih tidak menyimpan harapan pada hubungan itu. Menjalin hubungan sama dengan menyimpan dan memperpanjang pengharapan.

Ilustrasi Pertengkaran Pasangan. (Sumber: Thinkstock via kompas.com) 
Ilustrasi Pertengkaran Pasangan. (Sumber: Thinkstock via kompas.com) 

Pertengkaran dan perpisahan sering terjadi karena salah satu pihak merasa tidak dipenuhi harapan dan keinginannya. Tak jarang merasa dirinyalah yang selalu berusaha untuk memenuhi harapan pasangannya seorang diri.

Maka dari itu, sangat perlu keduanya untuk mengetahui harapan masing-masing. Seolah saling bertukar pertanyaan, "Mau di bawa ke mana hubungan kita?" dan "Apa keinginan dalam hubungan ini?"

Dengan menjawab pertanyaan itu, pasangan akan saling tahu. Jika saling menyayangi, tak ada alasan untuk tidak memenuhinya. 

Jika belum sanggup memenuhi dalam waktu dekat, tinggal diutarakan untuk memohon kesabaran dan doa agar segera mencapai kebahagiaan bersama.

Mirisnya, seseorang berusaha untuk mengutarakan, memperlihatkan, dan menyampaikan rasa sayang, kasih, serta cintanya kepada pasangan. Namun sayangnya, segala upaya itu tidak tersampaikan dengan baik kepada pasangannya. Karena bukan itu yang diinginkan oleh pasanganmu.

Seseorang menunjukkan kesungguhannya dengan bekerja keras demi mencapai keadaan ekonomi stabil di masa depan. Namun sayangnya, sang pasangan merasa tidak dijadikan tujuan dalam segala kerja kerasnya itu karena tidak pernah merasa dilibatkan. 

Padahal cukup dengan meluangkan waktu untuk berbagi cerita masing-masing. Sebentar saja menciptakan ruang untuk saling menjawab harapan masing-masing.

Bukankah tujuan hubungan adalah untuk saling membahagiakan? Lantas mengapa masih merawat ego masing-masing? Mau sampai menyesal karena kehilangan akibat lupa merawat hubungan?

Mengutip kata-kata BJ Habibie, bahwa "Tidak ada hubungan tanpa aturan. Jika ingin bebas, tetaplah sendiri."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun