Mau sifatnya becanda atau tidak, sebenarnya tidak perlu sampai menghakimi seseorang dengan seenaknya memberi sebutan tidak pantas. Karena sejatinya, kita tidak pernah tahu alasan seseorang itu belum menikah.
Banyak faktor yang bisa dijadikan alasan seseorang belum memutuskan untuk menikah. Misalnya karena memang belum bertemu dengan jodohnya.
Segala upaya sudah dilakukan. Mulai dari meminta bantuan kerabat untuk dicarikan jodoh, sampai berusaha mencari pasangan lewat applikasi dating. Namun apa daya, jika memang belum waktunya untuk bertemu sang tulang rusuk, hanya penantian dan berusaha lagi yang bisa dilakukan.
Alasan yang lebih sensitif seseorang belum memutuskan untuk menikah karena memang memiliki trauma. Entah datang dari masa kecilnya, melihat kedua orangtuanya yang tidak harmonis atau mungkin keluarga kakaknya yang ternyata tak seindah saat masa pacaran.
Mungkin bisa saja karena ia pernah gagal menikah sehingga menyimpan rasa tidak percaya jika harus membangun hubungan kembali.
Maka dari itu, tidak sepatutnya seseorang menghakimi orang yang belum menikah. Apalagi dengan menyimpan spekulasi negatif. Seperti, 'kayanya dia kaum pelangi'Â atau pikiran negatif lainnya.
Seseorang yang memutuskan belum menikah dengan berbagai alasannya, bukan berarti dia tidak bahagia. Bahagia atau tidaknya seseorang bukan terlihat dari kehidupan yang dipamerkan lewat media sosial.
Standar bahagia seseorang pun berbeda. Mungkin ada yang bahagia dengan memiliki pasangan yang supportif dalam menjalankan kehidupan. Namun ada pula yang lebih bahagia menjalani kehidupan sendirinya sampai akhirnya menemukan orang yang tepat.
Sering terjadi pula, respons seseorang dalam menanggapi seseorang yang belum menikah malah terlalu berlebihan. Padahal yang bersangkutan sama sekali tidak mendambakan atau membutuhkan respons yang terlalu berlebihan itu.
Biasanya, respons berlebihan datang dari keluarga atau saudara terdekat. Responsnya dalam bentuk mengucapkan kalimat prihatin atau kasihan dengan mimik wajah yang penuh iba.
Misalnya ada saudara yang menanyakan kepastian akan menikah pada saudaranya yang dirasa sudah cukup umur untuk menjalankan ibadah rumah tangga. Namun sang penanya seolah begitu prihatin melihat saudaranya belum menikah. Padahal bisa saja yang bersangkutan sama sekali tidak masalah dengan statusnya dan bahkan sangat enjoy menjalani kesendiriannya.