Sejujurnya, saya adalah salah satu pendengar setia podcast Agak Laen. Meski tidak secara keseluruhan semua kontennya saya dengarkan, tapi mayoritas selalu menemani kegiatan sehari-hari di saat senggang. Podcastnya ringan dan menghibur. Begitu menyenangkan mengisi waktu luang pada saat jam istirahat.
Mengetahui Agak Laen dijadikan sebuah film, tentunya saya sangat tertarik dan penasaran dengan jalan ceritanya. Dengan image mereka yang selalu tampil kocak dan menghibur, film ini mempunyai PR sangat banyak untuk memenuhi ekspektasi banyak orang. Penonton pasti sudah sangat membayangkan bahwa film ini akan sangat mengocok perut. Mengingat keempatnya selalu menghibur dalam channel YouTube mereka.
Film Agak Laen diproduksi oleh Imajinari yang disutradarai dan ditulis oleh Muhadkly Acho. Sebelumnya Acho sudah berhasil dalam film Gara-Gara Warisan. Penonton semakin menaruh ekspektasi tinggi terhadap film Agak Laen.
Film Agak Laen berlatar di sebuah pasar malam. Gemerlapnya pasar malam yang ramai dikunjungi pengunjung dengan berbagai wahana yang menarik perhatian.Â
Salah satunya adalah wahana Rumah Hantu. Image wahana Rumah Hantu yang seram dan bikin bulu kuduk berdiri sudah tertanam di hati pengunjung.
Namun sayangnya, wahana Rumah Hantu yang ada di pasar malam itu tidak memberikan rasa takut sama sekali. Pengunjung malah menertawakan wahana Rumah Hantu itu.
Wahana Rumah Hantu itu dikelola oleh Boris, Indra, dan Bene. Ketiganya adalah teman perantau yang memiliki masalah masing-masing.
Bukan tak mau menyempurnakan wahana Rumah Hantu, tetapi mereka terlilit masalah ekonomi. Apalagi mereka terus ditagih biaya sewa lapak wahana Rumah Hantu tersebut.
Di tengah-tengah permasalahan tersebut, muncullah Oki yang malah meminta pekerjaan di wahana Rumah Hantu. Oki adalah teman mereka yang baru saja keluar dari penjara.
Memiliki gelar mantan napi membuat dirinya kesulitan mendapatkan pekerjaan. Meminta bantuan kepada teman adalah upaya terakhir yang ia harapkan dapat membantunya. Pasalnya, ia harus memiliki biaya untuk pengobatan Ibunya.
Bukan tidak mau membantu temannya karena berlabel mantan napi, tetapi mereka memang tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak hanya dikejar biaya sewa saja, ketiganya memiliki permasalahan yang beragam.