Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Rambut Kafan", Keserakahan Membawa Petaka

25 Januari 2024   09:13 Diperbarui: 25 Januari 2024   09:16 2320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, kehadiran adik Anwar, Suban yang diperankan oleh Aiman Ricky menambah konflik baru. Suban secara terus menerus meminta warisan kepada sang kakak.

Suban ingin menjual rumah peninggalan keluarganya. Tentunya harus berdasarkan persetujuan dari sang kakak yang punya bagian dari rumah itu. Namun, keinginan Suban malah terlihat janggal dan mencurigakan.

Tari juga merasa ada yang janggal dengan kematian Ibunya. Ia masih tidak terima atas kematian sang Ibu. Tari curiga bahwa kematian Ibunya ada sangkut pautnya dengan keinginan Suban mendapatkan warisan. 

Sampai akhirnya, Tari berinisiatif sendiri untuk memulai melakukan investigasi.

Perjalanan Tari mengungkap kematian Ibunya, membawanya pada fakta-fakta baru. Berkaitan dengan kekayaan keluarganya yang ternyata datang dari hal-hal yang tidak masuk akal.

Secara keseluruhan, penonton sudah disuguhkan suasana mencekam di awal adegan. Terlihat dari visual yang redup dan didukung dengan sound yang bikin merinding. Tapi tenang saja, untuk penonton yang punya nyali ciut, film ini tidak berlebihan menyampaikan genre horornya. Masih bisa diterima dengan baik semua efek kejut yang ditampilkan.

Adegan berdarah-darah tidak bisa dilepaskan dari film genre horor. Termasuk pada film Rambut Kafan. Meski begitu, film ini masih tergolong ramah menampilkan visual adegan berdarah-darah.

Bulan Sutena sebagai pemain baru dan menjadi tumpuan dalam film ini, tampil apik dan cukup menjanjikan. Setidaknya Bulan Sutena bisa menjawab ucapan julit netizen yang berkata hanya modal cantik saja.

Kekurangan film ini memang terletak pada jalan cerita yang sangat mudah ditebak. Latar ceritanya sudah banyak dipakai di berbagai film horor era tahun 2000-an.

Mengambil masalah pesugihan yang menjadi asal muasal kejadian horor sudah tidak aneh lagi bagi penonton yang sudah tamat ratusan judul film horor tanah air. Rasanya bosan dengan ide cerita yang seperti ini-ini saja. 

Apalagi jika dilihat dari perkembangan film horor yang semakin melesat dan berkualitas oke, sangat tidak relevan. Seolah tidak bisa mengikuti perkembangan. Padahal sudah banyak film horor dengan ide cerita yang lebih kreatif dan anti mainstream.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun