Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Rambut Kafan", Keserakahan Membawa Petaka

25 Januari 2024   09:13 Diperbarui: 25 Januari 2024   09:16 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seolah tak pernah berhenti mendapatkan banyak simpati, film horor tanah air semakin beragam. Tak ada hentinya para ahli yang bergelut di bidang film seperti berlomba-lomba mendapatkan simpati dari penonton lewat film horor.

Berbicara terkait dengan bisnis dalam dunia film, memang genre horor yang paling memberikan peluang besar. Penonton Indonesia begitu senang disuguhi cerita horor. Rasa penasaran mereka seperti terus meletup untuk mengungkap sebuah misteri.

Jangan jauh-jauh berbicara terkait film horor, cerita singkat yang belum tentu benar adanya dalam media sosial jika dibumbui dengan unsur mistis akan mendapatkan banyak pembaca. 

Sampai-sampai berbagai cerita singkat horor di media sosial diangkat ke layar lebar. Padahal, belum tentu benar adanya. 

Penulis tinggal menambahkan bahwa kisah itu berdasarkan kisah nyata. Netizen akan berlomba membuat spekulasi. Sampai para konten kreator ikut terlibat mencari titik lokasi sebenarnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat kita memang masih lekat dengan hal-hal gaib. Mungkin ada yang pernah mengalaminya langsung sehingga saat menonton film horor seperti relate dengan yang pernah dialami.

Salah satu film horor yang mencoba peruntungannya di awal tahun 2024 adalah film Rambut Kafan. Dilihat dari judul, mungkin agak ambigu. Apa yang dimaksud dari rambut kafan? Rambutnya terbuat dari kafan? Atau itu hanya perumpamaan karena sudah berbalut kafan?

Sejujurnya, saya tidak tertarik menonton film ini. Entah mengapa tidak mau menyimpan banyak ekspektasi pada film ini. Padahal seharusnya tidak boleh menyimpulkan dari covernya saja.

Menemani teman adalah alasan yang mendorong saya berakhir menonton film ini. Dan ternyata, menonton tanpa perlu ada ekspektasi berlebih adalah pilihan yang tepat.

Terkadang, jika penonton menyimpan ekspektasi pada sebuah film, tetapi ternyata tidak sesuai harapan, maka yang terjadi adalah kekecewaan saja. Sebaliknya, jika tanpa ada ekspektasi dan ternyata film tersebut tidak terlalu oke, berakhir dengan perasaan yang bisa menerima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun