Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Bu Tejo Sowan Jakarta", Cintaku Terhalang Perbedaan Etnis

24 Januari 2024   09:40 Diperbarui: 24 Januari 2024   09:58 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Bu Tejo Sowan Jakarta (2024). (Sumber: parapuan.co)

Mencari hiburan di bioskop adalah pilihan yang tepat. Hal tersebut karena sedang ada film drama komedi yang dijamin bikin sakit perut. Bukan karena efek telat makan atau ingin segera ke toilet, tetapi karena film yang berjudul Bu Tejo Sowan Jakarta berhasil mengocok perut para penontonnya berkat komedi yang dibawakan.

Nama Bu Tejo sudah tak asing lagi di telinga netizen. Mungkin secara nyata ada yang mengenal Bu Tejo karena kebetulan memiliki nama yang serupa. Namun karakter Bu Tejo dalam film memang sangat bikin gemas. Saking gemasnya kadang membuat penonton kesal. Tetap saja meskipun bikin kesal, tingkah Bu Tejo selalu berhasil mengundang tawa penonton.

Penonton setia film tanah air pasti sudah berkenalan dengan Bu Tejo dalam film pendek dan serial berjudul Tilik. Viral di tahun 2018 yang berhasil menarik perhatian banyak mata. Saking nyentriknya, Bu Tejo banyak diparodikan oleh berbagai konten kreator  Indonesia.

Kali ini penonton kembali berkenalan dengan sosok Bu Tejo lebih dalam lagi dalam film terbarunya, Bu Tejo Sowan Jakarta. Sudah rilis sejak 18 Januari 2024 sehingga dapat disaksikan di seluruh bioskop kesayangan penonton.

Bagi penonton yang menyukai sosok Bu Tejo atau bahkan rindu dengan aksi kocaknya, maka sangat wajib untuk mengikuti kisah Bu Tejo dalam film terbarunya. Apalagi Bu Tejo masih didampingi oleh kedua temannya yang bak trio wong ndso. Meski begitu, terdapat nama-nama baru yang menemani perjalanan Bu Tejo.

Trio dalam Tilik, yaitu Siti Fauziah, Putri Manjo dan Brilliana Arfira kembali hadir menyapa penonton dalam film terbarunya. Pemain lainnya ikut hadir, seperti Dyah Mulani, Aditya Lakon, Deni Kumis, dan Claudya Putri.

Meski masih menceritakan tentang Bu Tejo, film ini menawarkan cerita yang lebih segar tanpa mau mengurangi cerita khasnya yang menceritakan sebuah perjalanan. Sebelumnya menceritakan perjalanan menggunakan truk. Namun sekarang, Bu Tejo berkelana menggunakan bus.

Perjalanan di mula ketika anak Bu Tejo pulang ke kampung halaman yang ada di Yogyakarta. Anaknya bernama Teddy yang diperankan oleh Aditya Lakon.

Kepulangan Teddy tentu disambut dengan suka cita oleh keluarganya. Apalagi Teddy memang jarang pulang ke kampung halaman.

Namun ternyata, ada maksud lain selain menengok sang Ibunda Tercinta. Teddy meminta izin kepada keluarga, khususnya Ibu Tejo untuk merestui sekaligus melamar sang pujaan hati di Ibu Kota.

Permintaan sang anak disambut hangat dan penuh antusias oleh keluarga. Acara pernikahan adalah hal yang menyenangkan dan paling ditunggu-tunggu untuk mereka.

Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Kekecewaan terlihat jelas ketika ternyata perempuan yang hendak dilamar oleh Teddy adalah perempuan keturunan Tionghoa.

Tak ingin menjadi bahan gunjingan tetangga karena memiliki calon menantu yang berbeda suku dan budaya, Bu Tejo berusaha untuk menutupi rencana pernikahan anaknya. Namun kabar tersebut malah dibocorkan oleh Teddy kepada para tetangganya.

Teddy sengaja membocorkan kabar tersebut agar mendapatkan restu dari Ibunya. Misi tersebut memang manjur membuat Bu Tejo bersedia menemui calon menantunya di Jakarta. Meski dengan keterpaksaan, Bu Tejo dan keluarga beserta para tetangga pergi menuju Ibu Kota. Menemui calon Istri Teddy yang bernama Vannesia. Vaneesia diperankan oleh Claudia Putri.

Bukan Bu Tejo jika tidak memiliki seribu satu cara agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk berusaha untuk menggagalkan perjalanan menuju ke Jakarta.

Selama di perjalanan, Bu Tejo terus mencari cara untuk dapat menghentikan bus yang membawa rombongannya ke Jakarta. Salah satunya dengan terus meminta bus berhenti menepi karena ingin buang air besar ataupun kecil.

Aksi Bu Tejo yang terus-terusan menghentikan bus memang sangat mengganggu perjalanan. Namun tetap upayanya tidak berhasil. Sampai akhirnya dia menyerah dan memohon langsung untuk kembali pulang ke Yogyakarta saja.

Daya tarik dari film ini sudah jelas pada tokoh utama, yaitu Bu Tejo yang diperankan oleh Siti Fauziah. Secara keseluruhan, Siti Fauziah berhasil menjadi center yang menyita perhatian penonton dengan tingkah lakunya yang bikin geleng-geleng kepala. Kalau kata anak zaman now, tingkahnya itu di luar nurul hehe. Pelesetan dari di luar nalar.

Kekompakan Siti Fauziah dengan para pemain yang berperan sebagai keluarga dan tetangganya, tersaji dengan natural. Mendefinisikan emak-emak desa yang gemar ngobrol apa saja dan dibumbui dengan berbagai pendapat yang belum tentu benar adanya. Semuanya benar-benar menggambarkan bagaimana obrolan Ibu-Ibu yang sering terjadi dan bukan lagi menjadi rahasia umum.

Menariknya lagi, film Bu Tejo Sowan Jakarta menghadirkan perbedaan dua budaya yang berbeda. Penonton diajak untuk melihat bahwa Indonesia penuh dengan keberagaman. Meski beragam, bukan berarti terciptanya perbedaan yang melahirkan rasa tidak suka satu sama lain. Justru harus dibangun pondasi toleransi yang saling menghargai satu sama lain.

Sebenarnya, konflik yang terjadi pada film ini masih sering terjadi di masyarakat. Di mana sering terjadi sepasang kekasih terhalang restu karena perbedaan adat, budaya, dan suku. Masih ada kepercayaan bahwa suku atau etnis  A harus berjodoh dengan suku atau etnis yang sama.

Meski kepercayaan itu masih berlaku di beberapa keluarga atau suku, tetapi sangat sulit untuk bisa ditaati dengan adanya kecanggihan teknologi yang tak bisa dihentikan. Seseorang dapat dengan mudah berkenalan dengan siapa saja. Tidak terbatas.

Tidak hanya sekadar berkenalan dengan warga desa setempat saja, tetapi sampa ke luar negeri pun bisa saling menyapa. Kemudahan itu membuat seseorang akan lebih banyak pilihan untuk menentukan pilihan hidupnya. Apalagi jika dikaitkan bahwa yang namanya cinta tidak bisa ditebak. Cinta tidak bisa menentukan kepada siapa hatinya berlabuh.

Perbedaan tersebut nampaknya sudah tidak bisa lagi menjadi masalah.  Apalagi jika berbicara bahwa jodoh sudah digariskan oleh Tuhan sebelum manusia itu lahir ke bumi. Meskipun berbeda latar belakang budaya, jika memang sudah takdirnya berjodoh maka tidak akan ada yang bisa menghentikan ketentuan itu.

Film ini berusaha menyentil hal-hal sensitif seperti ini. Tidak seharusnya masyarakat menentang pernikahan multikultural. Bahkan bukannya lebih menyenangkan jika perbedaan budaya dapat bersatu dalam sebuah ikatan seumur hidup sehingga akan lebih banyak budaya yang terserap pada keluarga baru yang akan dibangun.

Padahal masih banyak hal-hal yang membuat konflik pada sebuah perencanaan pernikahan. Namun film ini begitu berani mengambil isu perbedaan budaya sebagai penghalang cinta sepasang kekasih.

Sepanjang menonton film ini, penonton harus secara seksama membaca terjemahan bahasa Indonesia yang di tampilkan di layar. Bukan karena pelafalan para tokoh tidak jelas ataupun bahasa yang digunakan sulit dipahami, tetapi karena banyak tokoh yang terdengar mengucapkan dialog dalam waktu yang bersamaan. Layaknya Ibu-Ibu yang sedang asyik berbincang gosip terkini. Semuanya ingin terlihat up to date agar tak disebut ketinggalan informasi.

Keberhasilan film ini terletak pada karakter tokoh yang kuat dan benar-benar mengundang tawa penonton. Film Bu Tejo Sowan Jakarta sangat cocok bagi penonton yang sedang mencari hiburan ringan.

Tanpa perlu banyak beban menonton film ini, penonton disajikan cerita ringan yang dibalut dengan humor receh yang menggelitik perut. Meski sangat ringan dan sederhana, film ini tetap menyoroti isu penting bahkan sensitif terkait penerimaan keberagamaan di negara kita.

Sepulang dari bioskop, penonton tidak akan dibebankan dengan berbagai spekulasi dalam pikiran. Yang tersisa hanya keseruan dalam ingatan usai menonton film yang menghibur dan kocak abis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun