Permintaan sang anak disambut hangat dan penuh antusias oleh keluarga. Acara pernikahan adalah hal yang menyenangkan dan paling ditunggu-tunggu untuk mereka.
Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Kekecewaan terlihat jelas ketika ternyata perempuan yang hendak dilamar oleh Teddy adalah perempuan keturunan Tionghoa.
Tak ingin menjadi bahan gunjingan tetangga karena memiliki calon menantu yang berbeda suku dan budaya, Bu Tejo berusaha untuk menutupi rencana pernikahan anaknya. Namun kabar tersebut malah dibocorkan oleh Teddy kepada para tetangganya.
Teddy sengaja membocorkan kabar tersebut agar mendapatkan restu dari Ibunya. Misi tersebut memang manjur membuat Bu Tejo bersedia menemui calon menantunya di Jakarta. Meski dengan keterpaksaan, Bu Tejo dan keluarga beserta para tetangga pergi menuju Ibu Kota. Menemui calon Istri Teddy yang bernama Vannesia. Vaneesia diperankan oleh Claudia Putri.
Bukan Bu Tejo jika tidak memiliki seribu satu cara agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk berusaha untuk menggagalkan perjalanan menuju ke Jakarta.
Selama di perjalanan, Bu Tejo terus mencari cara untuk dapat menghentikan bus yang membawa rombongannya ke Jakarta. Salah satunya dengan terus meminta bus berhenti menepi karena ingin buang air besar ataupun kecil.
Aksi Bu Tejo yang terus-terusan menghentikan bus memang sangat mengganggu perjalanan. Namun tetap upayanya tidak berhasil. Sampai akhirnya dia menyerah dan memohon langsung untuk kembali pulang ke Yogyakarta saja.
Daya tarik dari film ini sudah jelas pada tokoh utama, yaitu Bu Tejo yang diperankan oleh Siti Fauziah. Secara keseluruhan, Siti Fauziah berhasil menjadi center yang menyita perhatian penonton dengan tingkah lakunya yang bikin geleng-geleng kepala. Kalau kata anak zaman now, tingkahnya itu di luar nurul hehe. Pelesetan dari di luar nalar.
Kekompakan Siti Fauziah dengan para pemain yang berperan sebagai keluarga dan tetangganya, tersaji dengan natural. Mendefinisikan emak-emak desa yang gemar ngobrol apa saja dan dibumbui dengan berbagai pendapat yang belum tentu benar adanya. Semuanya benar-benar menggambarkan bagaimana obrolan Ibu-Ibu yang sering terjadi dan bukan lagi menjadi rahasia umum.
Menariknya lagi, film Bu Tejo Sowan Jakarta menghadirkan perbedaan dua budaya yang berbeda. Penonton diajak untuk melihat bahwa Indonesia penuh dengan keberagaman. Meski beragam, bukan berarti terciptanya perbedaan yang melahirkan rasa tidak suka satu sama lain. Justru harus dibangun pondasi toleransi yang saling menghargai satu sama lain.
Sebenarnya, konflik yang terjadi pada film ini masih sering terjadi di masyarakat. Di mana sering terjadi sepasang kekasih terhalang restu karena perbedaan adat, budaya, dan suku. Masih ada kepercayaan bahwa suku atau etnis  A harus berjodoh dengan suku atau etnis yang sama.