Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Puspa Indah Taman Hati", Akhir Kisah Cinta Galih dan Ratna

11 Januari 2024   09:32 Diperbarui: 11 Januari 2024   10:03 1665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puspa Indah Taman Hati (Sumber: Instagram.com/@cgv.id via rri.co.id)

Kembali lagi dengan review film terbaru yang sedang hits dibicarakan banyak orang di media sosial. Kali ini, penulis akan memberikan review pada salah satu film yang sedang berada di jajaran teratas yang sedang banyak ditonton di Netflix.

Awal tahun 2024, Netflix merilis beberapa judul film drama tanah air yang pernah tayang di bioskop sepanjang tahun 2023. Tentunya hal ini menjadi kabar segar dan menyenangkan bagi penonton setia film tanah air yang belum sempat menonton ke bioskop.

Salah satunya adalah film Puspa Indah Taman Hati (2023) yang sudah tayang di bioskop seluruh Indonesia sejak 31 Agustus 2023. Film ini adalah lanjutan dari film Gita Cinta dari SMA yang tayang di tahun sebelumnya, 2022.

Sebagai salah satu pengikut kisah cinta Galih dan Ratna dari film pertamanya di tahun 2017, tentu saya pun turut menjadi salah satu penonton Gita  Cinta dari SMA yang menawarkan kisah romansa dengan versi terbaru yang lebih kekinian.

Sayangnya, saya tidak sempat menonton film-film terbaru yang rilis pada bulan Agustus 2023 karena berbenturan dengan beberapa agenda pekerjaan. Salah satunya film Puspa Indah Taman Hati yang saya lewatkan penayangannya di bioskop.

Rilisnya film Puspa Indah Taman Hati di Netflix menjadi kabar gembira untuk saya. Meski baru sempat menontonnya di minggu ini, saya tetap bisa menikmati akhir kisah cinta Galih dan Ratna yang ternyata tidak berjodoh.

Sebenarnya, jika penonton Puspa Indah Taman Hati tidak atau belum menonton film sebelumnya, yaitu Gita Cinta dari SMA, tidak ada masalah sama sekali. Meski merupakan kisah lanjutan dari Galih dan Ratna, tetapi sebenarnya konfliknya begitu mudah untuk dipahami yang dijadikan pengantar dalam film Puspa Indah Taman Hati.

Namun, jika memang ingin menikmati kelanjutan romansa Galih dan Ratna, sebaiknya mengikuti kisahnya terlebih dahulu pada Gita Cinta dari SMA. Jika tidak, takutnya penonton malah tidak menaruh simpati kepada Galih yang memilih untuk tidak meneruskan hidupnya dengan wanita lain meskipun Ratna sudah kembali kepadanya dalam film Puspa Indah Taman Hati.

Sebelum memberikan review film Puspa Indah Taman Hati, saya ingin membahas sekilas konflik pada film Gita Cinta dari SMA. Pada intinya, mengisahkan romansa remaja SMA antara Galih dan Ratna. Keduanya adalah siswa pintar dan terkenal berprestasi. Selain pintar, keduanya memang memiliki banyak penggemar berat.

Galih hanyalah anak pemilik kios kaset bekas yang sudah lama ditinggal Ayahnya karena meninggal dunia. Bertahan hidup bersama Ibunya dengan mengandalkan kios kaset peninggalan Sang Ayah. Sedangkan Ratna adalah anak orang kaya yang merupakan orang terpandang di Yogyakarta.

Hubungan mereka mendapatkan pertentangan dari Ayah Ratna. Sampai pada akhirnya, Ratna dibawa pindah ke Yogyakarta dengan dalih akan melanjutkan studi kuliah di sana sekaligus mendekatkan dengan calon suami pilihan Ayah Ratna.

Tentunya peristiwa pahit ini tidak mau mereka alami. Baik itu Galih ataupun Ratna. Ratna tidak bisa menentang kemauan Ayahnya meskipun sudah berusaha membujuk Galih untuk membawanya pergi. Tetapi Galih tidak mau membawa Ratna tanpa persetujuan Ayahnya. Apalagi memang keadaannya masih belum memungkinkan untuk membahagiakan Ratna.

Lewat film Puspa Indah Taman Hati, kehidupan Galih berubah 360 derajat. Galih yang punya trauma diremehkan oleh orang kaya karena perbedaan status sosial, berusaha untuk mengejar cita-citanya sebagai penyanyi terkenal.

Memilih meneruskan pendidikan dengan jurusan seni, membuat Galih memiliki banyak kesempatan untuk mengasah potensinya. Sebagai laki-laki yang memang terlahir berbakat memiliki suara emas, mudah baginya untuk mendapatkan banyak simpati orang-orang. Termasuk produser yang ingin mengorbitkannya.

Kesuksesan di album pertama membuat kehidupannya berubah. Merantau ke Jakarta bersama Ibunya tidak terlalu berat berkat bayaran dan keuntungan dari album pertamanya.

Setiap hari, lagu-lagu ciptaannya diputar di radio. Galih pun terlihat kerap manggung dari panggung ke panggung setiap harinya.

Sampai akhirnya Galih terpana melihat salah satu mahasiswi di kampusnya yang sedang menontonnya bernyanyi. Bukan hanya karena parasnya yang ayu nun menyejukkan hati, tetapi karena wajahnya sangat mirip dengan kekasih yang pergi meninggalkannya, Ratna.

Tanpa berlama-lama, Galih langsung berusaha mendekati mahasiswi itu yang bernama Marlina. Tidak mudah bagi Galih untuk mendapatkan hati Marlina karena ternyata sudah banyak pria yang mengantre menjadi pacarnya sampai suaminya.

Sampai akhirnya Marlina pun terpikat pada Galih. Keduanya resmi menjalin asmara. Marlina mewarnai kehidupan Galih yang mulanya masih menyimpan trauma akan hubungan percintaan. Namun berbeda karena Marlina adalah sosok yang ceria dan memberikan energi positif pada Galih.

Konflik hubungan Galih dan Marlina muncul saat kehadiran Ratna kembali masuk pada kehidupan Galih. Ketika promo album baru di Yogyakarta, Ratna nekad menemui Galih sampai menjadi bahan pemberitaan di tabloid gosip.

Galih nampak kaget bertemu lagi dengan Ratna. Tidak menutup kemungkinan rasa cintanya kepada Ratna memang masih ada. Keduanya semakin intens komunikasi selama di Yogyakarta.

Ratna berkata jujur bahwa dirinya masih mengharapkan rujuknya kembali hubungannya dengan Galih. Apalagi kini Ratna sudah diambang perceraian dengan suaminya. Saat itu, Galih tidak bisa memberikan tanggapan apa-apa selain rasa iba dan empati kepada Ratna.

Hadirnya Ratna di hidup Galih membuat Marlina kecewa berat. Apalagi Galih sama sekali tidak berkata jujur akan pertemuannya dengan Ratna di Yogyakarta. Marlina merasa bahwa selama ini dirinya selalu ada dalam bayang-bayang Ratna hanya karena memiliki raut wajah yang mirip.

Selain itu, Marlina juga kecewa dengan perubahan Galih yang sedang mengalami fase star syndrome. Galih tidak lagi menjadi dirinya sendiri dalam berkarya, tetapi malah mengikuti keinginan pasar atau pendengarnya.

Sampai akhirnya Ratna dan Marlina saling bertemu. Benar saja memang wajah mereka terlihat mirip. Bahkan postur tubuhnya pun sama. Hanya saja cara berpakaian dan karakter mereka memang sangat berbeda.

Marlina terlihat lebih santai dalam berpakaian. Sedangkan Ratna memang sangat anggun dengan dress pendek yang sering ia kenakan. Marlina adalah wanita yang optimis, ceria, dan menyenangkan. Sedangkan Ratna lebih pendiam, penurut, dan menutupi perasaannya.

Film Puspa Indah Taman Hati yang berlatar tahun 1988 memiliki visual yang menyenangkan. Meskipun berlatar tahun 80-an, tetapi visualnya begitu berwarna dan memanjakan mata. Berbeda dengan film lainnya yang berlatar tahun 80-an. Efek retro biasanya disematkan. Tetapi film ini tidak mau terkurung dengan kesan lawas.

Sepanjang menonton film, penonton diajak untuk berdendang bersama. Di beberapa adegan, terlihat Galih dan Marlina bernyanyi bersama. Porsi musikal dalam film ini lebih banyak dibandingkan film sebelumnya, Gita Cinta dari SMA. Mungkin karena pada cerita tersebut, Marlina memang pandai bernyanyi seperti Galih. Sedangkan Ratna lebih suka seni tari daripada menyanyi.

Hal tersebut membawa kekurangan dan kelebihan tersendiri. Tergantung pada selera penonton. Mungkin akan ada penonton yang senang dengan banyaknya adegan musikal dalam film ini. Seolah melengkapi romansa dan warna yang indah pada kisah cinta Galih dan Marlina.

Namun, adapula yang akan merasa jenuh dengan banyaknya adegan musikal. Apalagi lagu-lagunya memang bernuansa tahun 80-an dan tidak dihafal penonton. Hanya ada satu lagu saja yang masih sering dibawakan pada zaman sekarang.

Alur dalam film Puspa Indah Taman Hati berlalu begitu cepat. Terutama pada saat kehadiran Ratna dalam kehidupan Galih. Tiba-tiba saja Ratna ada di Jakarta untuk menemui Galih dan Ibunya. Tiba-tiba saja, pemberitaan itu sampai ke telinga Marlina.

Penonton akan terbagi menjadi dua kubu pada saat menonton film ini. Ada yang ingin Galih memilih Ratna. Adapula yang ingin Galih move on dan melanjutkan lembaran baru dengan Marlina.

Meski Galih terkesan jahat pada Ratna, tetapi sebenarnya Ratna lah yang sudah sangat mengecewakan Galih. Ratna menuruti permintaan Ayahnya untuk tinggal di Yogyakarta dengan dalih akan melanjutkan studinya. Tetapi nyatanya malah menikah dengan laki-laki lain.

Memang tidak diceritakan secara gamblang kisah kehidupan Ratna selama di Yogyakarta tanpa kehadiran Galih. Pasti sudah banyak hal-hal pahit yang dialami oleh Ratna sampai dirinya begitu ingin menyerah menjalani hidup tanpa hadirnya Galih lagi.

Akhir kisah Galih, Ratna, dan Marlina cenderung realistis. Tidak ada alasan bagi Galih untuk menolak Marlina. Apalagi Marlina dan keluarganya sangat berbeda dengan Ratna. Meski dari keluarga yang terpandang, Marlina dan keluarnya tidak membeda-bedakan status sosial seseorang.

Jika Galih memutuskan untuk kembali kepada Ratna, yang ada hanyalah masalah baru dan mungkin saja malah kembali menyakiti keduanya. Memilih Marlina adalah opsi paling tepat untuk ketiganya. Meski dalam kasus ini, Ratna harus legowo menerima kenyataan dan kembali menata hidupnya.

Aktris Prilly Latuconsina dalam film Puspa Indah Taman Hati di  Jakarta Selatan (24/8/2023). (Sumber: KOMPAS.com/MELVINA TIONARDUS) 
Aktris Prilly Latuconsina dalam film Puspa Indah Taman Hati di  Jakarta Selatan (24/8/2023). (Sumber: KOMPAS.com/MELVINA TIONARDUS) 

Akting Prilly Latuconsina semakin teruji dalam film ini. Membawakan karakter yang berbeda dalam satu judul yang sama membuat kualitas aktingnya semakin diaku. Penonton begitu mudah membedakan karakter Ratna dan Marlina meskipun dibawakan oleh orang yang sama, yaitu Prilly.

Yesaya Abraham pun bisa mengimbangi akting terbaik Prilly. Meski masih tergolong pendatang baru dengan umur yang masih muda, Yesaya tampil sebagai Galih yang hidup di tahun 80-an. Gayanya nyentrik khas zamannya. Sebenarnya kualitas aktingnya patut untuk diapresiasi sejak film Gita Cinta dari SMA yang membawanya memboyong penghargaan sebagai pendatang baru.

Film Puspa Indah Taman Hati secara keseluruhan tidak mengecewakan. Terlebih akhir kisah cinta Galih memang sesuai dengan harapan. Romansa Galih yang mencoba membuka lembaran baru sangat menyimpan kesan baik di hati penonton. Filmnya ringan dan tidak menyimpan emosi negatif setelah menontonnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun