Terutama kampung halaman mendiang suami Ella. Begitu tervisualisasikan dengan cantik. Hebatnya lagi, film ini tetap mengedepankan nuansa drama. Bukan sebagai film jalan-jalan yang hanya menyuguhkan keindahan pemandangan semata.
Penampilan dari Anggika Bolsterli yang paling menonjol dalam film ini. Meski dalam judul film menyematkan nama Joshua, tetapi ternyata Ella adalah tokoh utama yang paling penting dan menjaga kestabilan film. Adegan-adegan yang dibawakan Anggika mengundang haru penonton, tetapi ia mampu menjaga emosinya dengan porsi yang pas.
Biasanya, penonton terbiasa dengan akting Jourdy Pranata yang berperan sebagai anak kuliahan atau mahasiswa. Kini Jourdy seperti lepas dari embel-embel anak muda. Pembawaannya seperti mas-mas muda yang sudah berumah tangga.
Kepiluan yang dirasakan oleh Joshua nampak realistis dan sering terjadi. Joshua menjadi tidak mau melanjutkan hidup. Hanya berdiam diri di rumah, tak mau lagi bekerja ke kantor. Hampir setiap hari mengadakan party dengan teman-temannya. Melampiaskan rasa sedihnya dengan minum-minum hanya untuk menutupi perasaannya.
Alur cerita dalam film ini begitu rumit. Antara Ella dengan Joshua. Antara Ella dengan Eyang Joshua. Antara Ella dan Ayahnya. Dalam keadaan hamil, Ella harus mengalami banyak konflik dengan semua pihak. Namun Ella tetap tegar dan bertahan menghadapi semuanya. Terutama untuk anaknya Zoey dan mendiang Maura beserta anaknya yang ada di dalam rahimnya.
Sayangnya, banyaknya konflik dalam film ini tidak tersampaikan dengan baik. Semuanya berakhir dengan penyelesaian yang hanya begitu saja, tidak memberikan kesan apa-apa. Apalagi kehadiran Ben yang merupakan teman Joshua dan menyimpan hati pada Ella.
Ben sangat baik membantu Ella. Diam-diam Ben dan Joshua memperebutkan perhatian Ella. Kompetisi ini tidak diselesaikan dengan baik. Tidak ada penyampaian dialog kedua tokoh ini untuk sama-sama menyurutkan konflik. Penonton diminta untuk menilai sendiri akhir dari penyelesaian konflik ini.
Sebenarnya banyak perspektif yang bisa dibangun dalam film ini. Jika dibangun lebih kokoh dan luas lagi, tentu akan semakin mengundang air mata penonton. Tidak hanya itu, unsur-unsur cerita dalam film ini bisa dijadikan sebagai perenungan bagi penonton. Mulai dari kesempurnaan istri yang harus memberikan keturunan, sampai pro kontra surrogate mother dari perspektif agama, hukum, dan norma yang berlaku.
Surrogate mother adalah metode mengandung dan melahirkan bagi wanita yang tidak dapat mengalami kehamilan. Metode surrogate mother dapat membantu pasangan suami istri yang belum bisa memiliki anak. Metode ini meminjam rahim wanita lain untuk mengandung dan melahirkan anak sepasang suami istri. Jadi, anak yang ada dalam rahim ibu pengganti tetap merupakan anak dari orang tua aslinya. Masih banyak negara yang menentang metode ini. Salah satunya di Indonesia yang belum memiliki aturan terkait surrogate mother.
Dari tema yang dibangun, sayangnya film ini seperti main aman dan tak ingin mengundang banyak pro kontra. Seolah yang terpenting mengedepankan unsur romansa yang dibangun antara Ella dan Joshua. Padahal, tema yang diangkat sangat berpotensi besar untuk mengundang perenungan.