Adanya konflik keluarga Sukri membuat mereka memutuskan untuk pergi liburan. Selain untuk rehat dari masalah yang ada, Sukri dan Surti ingin menyenangkan kedua anaknya.
Namun sayangnya rencana liburan itu harus beralih perencanaan. Liburan yang sudah mereka idamkan beralih menjadi mengunjungi kampung halaman Sukri di Desa Cibeureum.
Sebenarnya berkunjung ke rumah nenek pun masih bisa dibilang liburan. Namun sayangnya, kepulangan mereka ke Cibeureum karena mendapat kabar Ayah Sukri meninggal dunia.
Nampaknya Desa Cibeureum menahan keluarga kecil Sukri di sana. Mereka begitu sulit untuk pulang kembali ke Jakarta. Hal tersebut dikarenakan Ibu Sukri yang sering dipanggil Ibu Musa, terlibat dalam konflik kriminal yang cukup parah. Ibu Musa menjadi tersangka pemukulan Pak Lurah.
Berat bagi Surti untuk bertahan di rumah Ibu Mertua yang sejak awal tidak menyukainya. Sejak pertama Surti datang ke rumah Ibu Musa, sang mertua sudah memulai pertikaian. Seolah membentangkan bendera perang kepada menantu perempuannya.
Tidak hanya Surti, anaknya yang pertama pun merasa tidak betah berada di rumah neneknya. Bayu berpendapat bahwa sang nenek tipikal orang yang galak dan mudah marah-marah.
Bukan hanya kegalakan sang nenek yang membuat Bayu tidak betah, tetapi juga Bayu memang kesulitan beradaptasi dengan lingkungan desa. Sebagai anak kota, Bayu sudah dikenalkan dengan kecanggihan ponsel pintar.Â
Termasuk memainkan game yang sedang nge-trend. Menghabiskan banyak waktu dalam barang berbentuk persegi panjang itu, membuat Bayu tidak berkembang dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.
Lain halnya dengan Gerhana si anak ceria. Mudah bagi Gerhana beradaptasi dengan suasana Desa Cibeureum. Melihat anak-anak seusianya bermain di pekarangan rumah, membuat dirinya kegirangan dan ikut terlibat. Gerhana begitu betah berada di rumah neneknya.
Danial Rifki selaku sutradara sekaligus penulis naskah film Rumah Masa Depan, begitu piawai dalam memilih peran utama dalam keluarga Sukri. Meski sempat dianggap sebelah mata pada saat diumumkan cast yang terlibat dalam projek ini, tetapi pada saat eksekusinya, semuanya begitu tampil memukau.
Fedi Nuril yang berlabel aktor poligami karena sering memerankan tokoh poligami, kini tampil setia pada istrinya. Perkara kualitas aktingnya tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari film Ayat-Ayat Cinta (2008), 5 cm (2012), sampai Surga yang Tak Dirindukan (2015) menjadi pembuktian kualitas aktingnya.