Serial terbaru Netflix dengan judul Gadis Kretek masih berada di peringkat pertama sebagai Acara TV teratas di Indonesia. Tidak hanya itu, Gadis Kretek menjadi bahan perbincangan warganet di media sosial. Warganet yang sudah menonton serial ini menyampaikan reviewnya dan merekomendasikan pengikutnya untuk menikmati karya indah ini.
Ramai perbincangan terkait serial ini terus mengundang rasa penasaran. Banyak warganet yang menyatakan bahwa Gadis Kretek adalah serial terbaik Indonesia tahun ini. Berangkat dari rasa penasaran itu, saya pun turut tertarik untuk mengikuti kisah Dasiyah yang diperankan oleh Dian  Sastrowardoyo.
Sebenarnya serial ini diangkat dari novel laris karya Ratih Kumala yang terbit pada tahun 2012. Novel Gadis Kretek menyabet 10 besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2012. Menariknya, penulis menulis kisah ini berdasarkan kisah nyata keluarga besarnya yang merupakan pengusaha kretek lokal di Jawa Tengah.
Sepasang suami istri, Ifa Isfansyah dan Kamila Andini, menyutradarai serial Gadis Kretek. Meski hanya terdiri dari 5 episode saja, tetapi serial ini begitu membekas dengan sentuhan yang berbeda.
Sebagai penonton setia film ataupun serial karya anak bangsa, baru melihat trailernya saja sudah pasti merasakan perbedaan mendalam dengan serial lainnya. Mungkin kita sudah bosan menonton serial roman picisan yang sebenarnya tak jauh beda dengan FTV yang setiap akhir pekan tayang di televisi. Apalagi kalau mengangkat tema ketua geng motor tampan yang nakal, lalu jatuh cinta pada teman sekolahnya yang pintar. Sudah terlalu basi ide cerita serial semacam ini.
Serial Gadis Kretek menawarkan pengalaman baru bagi penontonnya. Unsur romantis masih menjadi sorotan utama pada serial ini. Tetapi sesekali ada humor ala tahun 2000-an yang terselip. Ada pula suguhan sejarah mendalam perkembangan industri kretek di Indonesia pasca kemerdekaan.
Gadis Kretek menceritakan gadis bernama Dasiyah atau yang kerap dipanggil Jeng Yah. Pemeran Cinta dalam "Ada Apa Dengan Cinta?" ditunjuk untuk memerankan karakter ini. Dian Sastrowardoyo dengan wajah lokalnya tidak pernah gagal memikat hati penonton.
Dasiyah adalah anak pertama dari pengusaha kretek terbesar di Kota M pada pasca kemerdekaan. Idrus Muria, pengusaha kretek yang tidak memiliki anak laki-laki, sehingga ia mengandalkan anak perempuan pertamanya untuk mengembangkan usahanya.
Meski diberi peran sebagai mandor di pabrik kreteknya, Dasiyah tetap saja diberi batasan-batasan dalam pekerjaannya. Terutama larangan masuk ke dalam ruangan yang pintunya berwarna biru. Ruangan itu adalah tempat khusus untuk meracik atau membuat saus kretek. Katanya, tidak boleh ada campur tangan perempuan dalam ruangan itu. Kalau dilanggar, nanti rasa kretek yang dihasilkan menjadi asam.
Larangan tersebut tidak membuat Dasiyah menyerah begitu saja. Dasiyah tetap percaya bahwa dirinya mampu melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan laki-laki. Termasuk larangan perempuan membuat saus kretek, Dasiyah sudah pasti akan menentangnya meski harus diam-diam.
Umurnya sudah tidak muda lagi. Dasiyah kerap menjadi bahan gunjingan orang-orang kampungnya. Tatapan mata tajam dan raut wajah yang aneh kerap ia terima. Seolah orang-orang di lingkungannya sedang berdialog di dalam hatinya, "Sudah tua, tapi belum menikah" atau "Anak perempuan bukannya di rumah saja, tapi malah ngurusin kretek".
Orang tuanya juga menyimpan harapan besar pada Dasiyah untuk segera menikah. Meski sebenarnya harapan itu sangatlah kecil, mengingat Dasiyah setiap hari hanya bekerja untuk bisnis kreteknya meski sedang tanggal merah.
Meski hati Dasiyah sedingin es batu, ia tetap perempuan yang memiliki hati dan bisa jatuh cinta pada seorang pria. Cinta pada pandangan pertama Dasiyah rasakan saat kedua bola matanya tak sengaja saling bertatapan dengan pria yang sedang berkelahi di pasar. Pria itu adalah Soeraja (Ario Bayu).
Singkat cerita, Idris Muria membawa Soeraja ke rumahnya untuk dikenalkan kepada keluarganya karena ia berniat akan mempekerjakan pria itu. Saat menceritakan asal usul keluarganya, istri Idris berbicara menggunakan bahasa belanda agar pria baru tersebut tak mengerti pembicaraannya pada suaminya. Namun ternyata, Soeraja malah menjawab dengan bahasan belandanya yang begitu fasih. Mendengar itu, dalam sekejap saja Soeraja menarik perhatian keluarga Idrus. Salah satunya adalah Dasiyah yang semakin jatuh hati padanya.
Kehadiran Soeraja di pabrik kretek membantu Dasiyah untuk mengembangkan pabrik. Bahkan Soeraja turut membantu Dasiyah masuk ke ruang terlarang itu.
Diam-diam keduanya saling mengagumi satu sama lain. Soeraja jatuh hati pada Dasiyah yang pemberani dan pantang menyerah mewujudkan impiannya. Dasiyah hanya terlihat memiliki antusias pada kretek saja, termasuk terobsesi untuk membuat kretek paling enak sepanjang sejarah Indonesia. Dasiyah merasa Soeraja mengerti apa yang diinginkannya. Terlihat dari cara Soeraja membantunya selama ini di pabrik.
Kebersamaan Dasiyah dan Soeraja rasanya hanya akan menjadi impian yang tidak akan tercapai. Mengingat Dasiyah adalah anak juragan, sedangkan Soeraja pegawai biasa yang tidak jelas asal-usulnya. Selain itu, Dasiyah mendengar kabar kedekatan Dasiyah dengan teman adiknya sekaligus putri dari pengusaha kretek pesaingnya. Kemustahilan itu membuat Dasiyah menerima perjodohan dengan anggota militer bernama Seno. Salah satu alasan perjodohan ini adalah untuk memperkuat usaha kretek karena ayah dari Seno juga merupakan pengusaha kretek.
Melihat pertunangan Dasiyah dengan Seno, membuat Soeraja tak bisa berdiam diri saja. Dengan tekad yang bulat, Soeraja memberanikan diri mengungkapkan perasaannya pada putri majikannya itu. Siapa sangka Dasiyah juga menerima perasaan itu dengan senang hati. Perjodohan Dasiyah dan Seno pun batal karena hubungannya dengan Soeraja.
Mulanya semuanya terlihat akan berakhir bahagia. Dasiyah merasa selangkah lagi dia akan merdeka karena mendapatkan apa yang diimpikannya. Tetap bekerja di pabrik kretek dan menikah dengan pujaan hatinya. Tetapi pada suatu malam semuanya berubah dalam sekejap mata saja. Seluruh warga termasuk rumahnya digeruduk aparat karena terindikasi mengikuti partai politik terlarang. Sejak saat itulah, Soeraja dan Dasiyah harus terpisah.
Serial Gadis Kretek berhasil membangun rasa penasaran penonton. Â Usai menonton episode pertama, penonton tidak mudah beranjak untuk melakukan kegiatan lain bahkan mencari tontonan lain. Tanpa tersadar, penonton sudah berada di akhir cerita yang hanya menyita waktu setengah hari saja.
Rasa penasaran penonton terbangun karena kepiawaian serial ini dalam menyuguhkan transisi alur yang estetik. Alur dalam serial ini adalah campuran, ada kalanya maju yaitu pada era 2000-an. Namun kadang pula mundur, yaitu tahun 1960-an. Transisi dari kedua waktu yang berbeda ini begitu halus dan membuat nyaman. Tidak menimbulkan kebingungan. Mengalir begitu saja.
Kemunculan Arya Saloka di latar tahun 2000-an semakin memikat serial ini. Keberhasilannya dalam sinetron Ikatan Cinta, membuat dirinya dinantikan oleh banyak orang. Arya Saloka yang berperan sebagai Lebas berhasil keluar dari embel-embel tokoh Aldebaran. Gayanya khas anak Jakarta dengan sikap yang slengean.
Lebas merupakan anak dari Soeraja. Di sisa-sisa kehidupan Soeraja, ia meminta anak bungsunya untuk mencari Jeng Yah. Hanya berbekal foto dan surat aja, Lebas mengikuti permintaan terakhir ayahnya. Dalam misi pencariannya, ia bertemu dengan Arum yang ternyata memiliki hubungan dengan Jeng Yah.
Arum yang diperankan Putri  Marino adalah seorang dokter yang ramah nun baik hati. Dipasangkannya Putri Marino dengan Arya Saloka memang tepat sekali. Keduanya tampil klop dan sesekali diselingi adegan yang mengundang tawa. Keduanya terlihat lebih muda beberapa tahun dari umur aslinya.
Selain akting memukau nun memikat dari para aktor, visual dan musik yang dihadirkan begitu megah. Meski dikemas dalam bentuk serial, Gadis Kretek sangat otentik dan dibuat dengan penuh ketelitian. Rasanya tidak seperti nonton serial Indonesia yang kerap ditayangkan pada berbagai platform, tetapi seperti menonton film sejarah yang megah dan otentik di bioskop.
Mungkin mayoritas penonton akan terbawa suasana romansa Soeraja dengan Jeng Yah. Tetapi saya malah lebih tertarik pada kemerdekaan yang diimpikan oleh Jeng Yah. Jeng Yah adalah sosok perempuan yang menolak pengotak-ngotakan gender. Jeng Yah berani mengatakan bahwa dirinya tidak mau sekadar melayani laki-laki seperti yang dilakukan kebanyakan istri, termasuk Ibunya. Jeng Yah ingin tetap diberi kepercayaan mengelola pabrik kretek. Apalagi dia memiliki ambisi membuat kretek terenak.
Isu diskriminasi pada perempuan begitu menarik dalam serial ini. Pandangan orang-orang tentang Jeng Yah yang tak kunjung menikah bahkan pandangan orang tuanya sendiri yang ingin anaknya menjadi istri yang baik saja dengan berdiam diri di rumah. Adegan paling membekas adalah usai Jeng Yah ketahuan melakukan aktivitas di dalam ruang terlarang. Mitos tidak boleh ada campur tangan perempuan dalam meracik kretek membuat si ahli peracik kretek melakukan ritual untuk mengusir karma larangan itu. Memangnya harus sampai melakukan ritual hanya karena seorang perempuan masuk ke ruangan itu?
Menonton serial Gadis Kretek akan mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan serial Indonesia lainnya. Penonton akan dikejutkan dengan alur misteri yang begitu kompleks. Saya sangat senang dan bangga dengan kemajuan serial Indonesia. Serial Gadis Kretek membuktikan bahwa film sejarah bisa dikemas tidak menjemukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H