Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Serial "Gadis Kretek", Perlawanan Perempuan lewat Kretek

6 November 2023   07:00 Diperbarui: 6 November 2023   13:30 10879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktris Dian Sastrowardoyo sebagai Dasiyah di serial Gadis Kretek yang  tayang di Netflix pada 2 November 2023. (Sumber: Dok. Netflix via kompas.com)

Serial Gadis Kretek berhasil membangun rasa penasaran penonton.  Usai menonton episode pertama, penonton tidak mudah beranjak untuk melakukan kegiatan lain bahkan mencari tontonan lain. Tanpa tersadar, penonton sudah berada di akhir cerita yang hanya menyita waktu setengah hari saja.

Rasa penasaran penonton terbangun karena kepiawaian serial ini dalam menyuguhkan transisi alur yang estetik. Alur dalam serial ini adalah campuran, ada kalanya maju yaitu pada era 2000-an. Namun kadang pula mundur, yaitu tahun 1960-an. Transisi dari kedua waktu yang berbeda ini begitu halus dan membuat nyaman. Tidak menimbulkan kebingungan. Mengalir begitu saja.

Kemunculan Arya Saloka di latar tahun 2000-an semakin memikat serial ini. Keberhasilannya dalam sinetron Ikatan Cinta, membuat dirinya dinantikan oleh banyak orang. Arya Saloka yang berperan sebagai Lebas berhasil keluar dari embel-embel tokoh Aldebaran. Gayanya khas anak Jakarta dengan sikap yang slengean.

Lebas merupakan anak dari Soeraja. Di sisa-sisa kehidupan Soeraja, ia meminta anak bungsunya untuk mencari Jeng Yah. Hanya berbekal foto dan surat aja, Lebas mengikuti permintaan terakhir ayahnya. Dalam misi pencariannya, ia bertemu dengan Arum yang ternyata memiliki hubungan dengan Jeng Yah.

Arum yang diperankan Putri  Marino adalah seorang dokter yang ramah nun baik hati. Dipasangkannya Putri Marino dengan Arya Saloka memang tepat sekali. Keduanya tampil klop dan sesekali diselingi adegan yang mengundang tawa. Keduanya terlihat lebih muda beberapa tahun dari umur aslinya.

Selain akting memukau nun memikat dari para aktor, visual dan musik yang dihadirkan begitu megah. Meski dikemas dalam bentuk serial, Gadis Kretek sangat otentik dan dibuat dengan penuh ketelitian. Rasanya tidak seperti nonton serial Indonesia yang kerap ditayangkan pada berbagai platform, tetapi seperti menonton film sejarah yang megah dan otentik di bioskop.

Ario Bayu dan Dian Sastrowardoyo  dalam serial Gadis Kretek yang tayang di Netflix pada 2 November 2023.(Sumber: Yuyu Winnetou/Netflix via kompas.com)
Ario Bayu dan Dian Sastrowardoyo  dalam serial Gadis Kretek yang tayang di Netflix pada 2 November 2023.(Sumber: Yuyu Winnetou/Netflix via kompas.com)

Mungkin mayoritas penonton akan terbawa suasana romansa Soeraja dengan Jeng Yah. Tetapi saya malah lebih tertarik pada kemerdekaan yang diimpikan oleh Jeng Yah. Jeng Yah adalah sosok perempuan yang menolak pengotak-ngotakan gender. Jeng Yah berani mengatakan bahwa dirinya tidak mau sekadar melayani laki-laki seperti yang dilakukan kebanyakan istri, termasuk Ibunya. Jeng Yah ingin tetap diberi kepercayaan mengelola pabrik kretek. Apalagi dia memiliki ambisi membuat kretek terenak.

Isu diskriminasi pada perempuan begitu menarik dalam serial ini. Pandangan orang-orang tentang Jeng Yah yang tak kunjung menikah bahkan pandangan orang tuanya sendiri yang ingin anaknya menjadi istri yang baik saja dengan berdiam diri di rumah. Adegan paling membekas adalah usai Jeng Yah ketahuan melakukan aktivitas di dalam ruang terlarang. Mitos tidak boleh ada campur tangan perempuan dalam meracik kretek membuat si ahli peracik kretek melakukan ritual untuk mengusir karma larangan itu. Memangnya harus sampai melakukan ritual hanya karena seorang perempuan masuk ke ruangan itu?

Menonton serial Gadis Kretek akan mendapatkan pengalaman yang berbeda dengan serial Indonesia lainnya. Penonton akan dikejutkan dengan alur misteri yang begitu kompleks. Saya sangat senang dan bangga dengan kemajuan serial Indonesia. Serial Gadis Kretek membuktikan bahwa film sejarah bisa dikemas tidak menjemukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun