Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Toko Buku Gulung Tikar, Apakah Bukti Nyata Minat Baca Orang Indonesia Masih Rendah?

22 Mei 2023   07:00 Diperbarui: 25 Mei 2023   08:09 2190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dalam pelaksanaan penutupan toko/outlet, yang mana terjadi dalam kurun waktu 2020 sampai dengan 2023, kami melakukannya secara bertahap dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku," kata Manajemen PT GA Tiga Belas yang dikutip dalam kompas.com.

Sebagai pecinta toko buku, penulis turut sedih mendengar kabar ini. Meski sebenarnya hal seperti ini sudah pernah penulis saksikan sendiri sedari dulu.

Singkatnya dulu sewaktu saya SD, ada toko buku yang berada di Griya Plaza Sumedang Lantai 3. Saya masih ingat letak dan posisi rak-rak yang berjajar di toko buku tersebut. Namun tak bisa bertahan lama, toko buku di Sumedang itu memang sepi peminat. Jarang sekali ada yang berkunjung dengan sengaja untuk mencari buku di sana. Maka tak perlu menunggu lama, toko buku tersebut gulung tikar.

Selang beberapa tahun saat saya SMP, toko buku dengan nama yang berbeda tetapi tempat yang masih sama, kembali hadir menjadi satu-satunya toko buku yang cukup kumplit di Sumedang. Hampir setiap pulang sekolah pada hari jumat atau sabtu, saya menghabiskan waktu di sana sambil mencari-cari buku yang sampulnya sudah terbuka agar bisa dibaca di tempat haha. Namun nasib toko buku tersebut tak jauh beda dengan yang sebelumnya. Tetap berakhir sama, kembali tutup.

Bergeser ke arah yang lebih dekat dengan Bandung, sewaktu saya  SD ada toko buku yang cukup ternama di daerah Jatinangor. Pertama kali ke sana, saya membeli Novel Surat Kecil untuk Tuhan yang pada saat itu memang sedang ramai diperbincangkan karena diangkat dari kisah nyata. Tak jauh dari toko  buku tersebut, ada mall yang sampai saat ini masih ramai, yaitu Jatos atau Jatinangor Square. 

Dulu, di Jatos juga ada toko buku yang lumayan besar. Saya selalu bahagia jika ke sana karena bukunya terbilang kumplit dan penataannya juga rapi. Tapi kembali lagi bernasib sama. Keduanya tidak bisa bertahan lama.

Sampai saat ini, tahun 2023, Kabupaten Sumedang belum memiliki toko buku. Sebenarnya, beberapa kali upaya usaha toko buku kembali didirikan. Salah satunya yang paling ternama adalah Gramedia yang membuka outlet di Asia Plaza Sumedang beberapa tahun yang lalu. Tapi kini gerai tersebut sudah berubah menjadi Mixue dan Kopi Janji Jiwa.

Kegagalan usaha toko buku karena pendapatan yang tidak menutupi biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Mulai dari biaya sewa tempat, gaji pegawai, biaya listrik, transportasi, dll. Hal tersebut sudah terbukti dari Toko Buku Gunung Agung yang akhirnya memutuskan akan menutup seluruh gerainya tahun ini karena tidak mampu menutup biaya operasional. Berkaca dari kasus tersebut, yang menjadi PR adalah bagaimana meningkatkan pendapatan toko buku agar mampu menutupi biaya operasional? Maka jawabannya adalah meningkatkan penjualan.

Buku menjadi produk utama yang ditawarkan oleh toko buku. Terlepas dari item yang dijual lainnya, seperti alat tulis, bahkan kadang ada mainan untuk anak-anak. Pendapatan yang tidak menutupi operasional membuktikan bahwa kurangnya penjualan buku.

Sebenarnya banyak faktor mengapa orang enggan ke toko buku atau enggan membeli buku.

Faktor pertama bisa saja karena buku yang dicari tidak ada, atau fakor yang kedua memang tidak ada buku yang menarik. Tapi bisa juga karena memang tidak suka baca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun