Pendakwah yang lebih akrab dipanggil Habib Jafar berhasil menarik perhatian banyak orang.  Diberbagai podcast yang ditayangkan di YouTube, Habib Jafar menurutkan bahwa dirinya memberanikan untuk tampil ke publik atas keresahan dan kekhawatirannya. Melihat perkembangan zaman, Habib Jafar tampil dengan gayanya yang santai. Habib Jafar menuturkan bahwa Beliau tak  ingin publik menyimpan ekspektasi lebih pada dirinya, sehingga memutuskan untuk berpenampilan apa adanya saja. Suaranya yang lembut dengan guyonan yang kekinian membuat Habib Jafar mudah akrab dengan siapa saja. Bahkan Habib Jafar kerap berbincang dengan public figure, seperti Onad dan Boris Bokir di YouTube meskipun mereka adalah non-muslim.
Habib Jafar hadir dengan nilai-nilai toleransi yang tinggi dan logika-logika yang mudah dicerna oleh pendengarnya. Habib Jafar mengemas dakwahnya dengan nyentrik agar mampu masuk dalam lingkungan generasi milenial dan Z. Bahasanya yang sederhana membuat siapapun yang mendengarnya mudah memahami apa yang Habib Jafar jelaskan. Meski sering memberikan analogi-analogi sederhana, teori dan keilmuan yang dimilikinya tentu akan Habib Jafar sampaikan pula.
Dengan konsep belajar dan penugasan seperti ini, saya berharap mahasiswa Generasi Z yang setiap hari tidak bisa lepas dari sosial media, yang setiap hari akan melihat berbagai konten, akan mendapatkan value dan manfaat. Tak hanya sekadar membagikan aktivitas sehari-hari, mahasiswa Generasi Z bisa mencari, mengikuti, dan mengontrol konten-konten yang memang memiliki manfaat untuknya. Dengan begitu, mahasiswa Generasi Z tidak hanya mengagumi atau mengidolakan public figure saja, tetapi mereka juga menjadi termotivasi untuk dapat menjadi manusia yang lebih bermanfaat dan lebih bernilai lagi. (Siska Fajarrany)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H