Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Dear David: Tuai Pro Kontra, Begini Penjelasan Film Dear David

17 Februari 2023   00:59 Diperbarui: 17 Februari 2023   01:01 3397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Netflix

Sejak bocoran Film Dear David tayang pada akun instagram Netflix, film ini sudah mendapatkan antusias dari banyak orang. Film ini berhasil menyita perhatian pecinta film anak bangsa dengan tema yang cukup menjanjikan. Tema yang diambil masih terdengar asing sehingga membuat siapapun yang melihatnya dibuat penasaran.

9 Februari 2023 yang lalu menjadi hari pertama penayangan film Dear David di Netflix. Sampai saat ini, film Dear David masih berada di puncak teratas sebagai film yang digandrungi dalam platform tersebut. Tak hanya ramai di Netflix, film Dear David ternyata menjadi bahan pembicaraan warganet. Baik itu di sosial media Instagram ataupun Twitter. 

Berbagai penonton dengan latar belakang yang berbeda memberikan sudut pandang mereka mengenai film ini. Seolah semuanya menjadi ahlinya dalam dunia film. Banyak warganet di Twitter yang mengaku kecewa dengan film Dear David. Ada yang menuturkan endingnya yang tidak masuk akal, respons dari tokoh David yang aneh terhadap masalah yang dia hadapi, ada pula yang menyebutkan bahwa film ini tidak memberi pesan baik. Pro kontra akan selalu ada. Tak dapat dihindari. Semua tergantung pada selera. Jika tidak suka pada film ini, itu berarti kamu bukan target pasar dari film ini. Layaknya menyantap kopi, ada yang memang pecinta kopi pahit, ada juga yang tidak menyukai kopi pahit.

Well, terlepas dari itu semua, saya akan mengulas film Dear David dari sudut pandang saya.

SINOPSIS

Berkisah tentang Laras yang diperankan oleh Shenina Cinnamon, seorang siswi SMA Cahaya yang pintar sekaligus peraih beasiswa di sekolahnya. Tak hanya pintar secara akademik, Laras juga merupakan Ketua OSIS di sekolahnya. Ia juga digambarkan sebagai jemaah yang taat beribadah ke Gereja bersama sang Ibu.

Citranya yang baik tiba-tiba harus tercoreng karena ada yang menyebarkan blog fantasinya. Dalam blog tersebut, Laras menuliskan fantasinya tentang David yang diperankan ole Emir Mahira. Laras menyimpan hati pada temannya itu, namun sebagai perempuan dia tidak mampu mengungkapkan isi hatinya. Melalui tulisannyalah Laras bisa mengekspresikan perasaannya mengenai David. Usai tulisannya tersebar, alternate universe (AU) yang ia tulis menjadi bahan perbincangan banyak orang. Bagaimana tidak, AU yang Laras tulis adalah cerita fantasi yang vulgar dan penuh gairah.

Sekolah mulai mencari siapa penulis cerita fantasi tersebut. Laras salah satu siswa yang dimintai keterangan oleh pihak sekolah. Naasnya, banyak orang dan termasuk kepala sekolah menuduh Dilla yang diperankan oleh Caitlin North Lewis sebagai si penulis. Hal itu dilatarbelakangi karena Dilla dicap sebagai siswi yang nakal. Terlihat dari postingan di akun instagramnya yang tampak senonoh dan dianggap oleh pihak sekolah sebagai pelanggaran pornografi.

Kerumitan konflik film ini tidak hanya untuk Laras dan Dilla, tetapi juga David sebagai objek dalam cerita fantasi Laras turut mendapatkan efeknya. David kerap diolok-olok oleh temannya, menjadi bahan fantasi siswi lainnya, bahkan mendapatkan pelecehan seksual dari teman club bolanya.

***

Sebelum melanjutkan tulisan ini, jika temen-temen belum menonton Film Dear David, lebih baik membaca artikel ini cukup sampa di sini saja. Review film ini mengandung unsur spoiler.

Begini Pandangan Saya Terkait Film Dear David....

Sumber Gambar: Netflix
Sumber Gambar: Netflix
Berbagai pandangan tentang film ini membanjiri sosial media. Tak tanggung-tanggung, ada yang memberi rating sangat buruk, namun adapula yang memberi rating sangat bagus.

Perlu diingat, ada beberapa part yang sepertinya terabaikan oleh sebagian penonton. Salah satunya adalah cerita fiksi Laras yang penuh gairah. Sebenarnya, isu yang diangkat sangat relate dengan keadaan masa kini. Kita dapat dengan mudah mendapatkan cerita dewasa yang tersedia gratis di berbagai platform menulis. Fatalnya adalah jika cerita-cerita tersebut dibaca oleh anak yang belum pantas untuk membacanya. Anak yang masih belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Anak juga cenderung masih memiliki dunia fantasinya sendiri. Tidak menutup kemungkinan ia akan membuat fantasi dari bahan bacaannya. Karena pada dasarnya dia masih tidak mengerti akan apa yang ia baca. Parahnya lagi karena rasa penasaran yang tinggi membuat sang anak mempraktikkannya tanpa berpikir panjang.

Laras sang penulis cerita fantasi tersebut juga turut memikirkan hal tersebut. Terlihat bahwa tulisannya hanya bisa diakses oleh dirinya sendiri atau bersifat private. Namun atas keteledorannya karena menggunakan komputer sekolah untuk menulis fantasi yang membuat akun blog cerita fantasinya gagal ter-log out.

David yang menjadi objek fantasi Laras memberikan respons yang terlihat biasa saja. Sepertinya dari awal David sudah tahu bahwa Laras menyimpan hati untuknya. Terlebih lagi usai dirinya menelaah cerita fantasi tersebut, ternyata ada kesamaan dengan beberapa periswtiwa antara dirinya dengan Laras. David hanya emosi sesaat saat menegur Laras akan tulisannya. Lalu semuanya berlalu begitu saja usai adanya kesepakatan bahwa Laras akan membantu David dekat dengan Dilla yang merupakan mantan sahabatnya.

Respons David tersebut cukup menuai kekesalan penonton. Seolah David tidak peduli meski dirinya menjadi objek fantasi seseorang. Perlu diingat bahwa David hanyalah anak SMA. Sepertinya David masih kurang edukasi terkait bentuk-bentuk pelecehan atau kekerasan seksual. Apalagi pelecehan yang dilakukan oleh teman-temannya di ruang ganti baju, sepertinya tidak membuat David trauma. Hanya kesal, sedih, marah, malu pada saat pelecehan itu terjadi.

Menariknya dari film ini, tidak hanya menceritakan tentang Laras. David si bintang lapangan turut memiliki peran tersendiri. Sama seperti Laras yang menyimpan rahasia terkait blog fantasinya, David pun memiliki sebuah rahasia. Bahkan ayahnya saja tidak mengetahui rahasia David. David kerap mengalami panik attack atas imbas emosi tidak stabil yang sering ditunjukkan ibunya.

Tak hanya tentang Laras dan David, Dilla juga selama ini menyimpan rahasia. Perpecahan persahabatan antara Dilla dan Laras terjadi karena Dilla merasa tersakiti selama dengan Laras. Padahal Laras merasa tidak pernah menyakiti Dilla. Hal itu karena ternyata Dilla menaruh rasa sayang lebih dari sahabat kepada Laras. Dilla tidak bisa menjadi dirinya sendiri karena lingkungan tidak akan mau menerimanya.

Film ini mengajarkan untuk mencintai dan menerima diri sendiri. Kebanyakan dari kita harus memakai topeng untuk tampil di hadapan orang banyak. Menyembunyikan jati diri sebenarnya karena takut dianggap aneh. Padahal perbedaan adalah hal yang lumrah terjadi.

David mulai menerima gangguan panik attacknya dan perlahan berobat ke psikolog bersama Ayahnya sehingga tidak lagi mengganggu aktivitas bolanya. Dilla yang menerima dirinya dan perlahan menemukan orang yang 'sama' dengannya.

Begitu pula dengan Laras yang lantang berkata bahwa dia tidak salah menuliskan cerita fantasi tersebut karena itu untuk konsumsi pribadinya. Laras hanya perempuan yang sedang jatuh cinta dan memiliki gairah. Dan itu bukanlah sebuah kesalahan. Mungkin itu yang membuat David akhirnya jatuh hati pada Laras. Seperti adegan sebelumnya, David mengaku bahwa dia menyukai Dilla karena melihat Dilla adalah perempuan yang bebas. Dilla terlihat menjadi dirinya sendiri. Tapi siapa sangka, ternyata selama ini Dilla juga menyembunyikan karakter aslinya. Sedangkan Laras mengambil keputusan untuk lantang berkata di depan seluruh teman satu sekolahnya bahwa dia tidak merasa bersalah menjadi dirinya sendiri.

Di balik pesan yang penuh makna meski sedikit pelik untuk dicerna, tentunya akan selalu saja ada kurangnya. Kekurangan dari film ini adalah masih ada pertanyaan-pertanyaan yang masih belum terjawab. Terutama kisah Dilla dan David. Padahal kisah Dilla dan David sama menariknya seperti kisahnya Laras. Sayang sekali kisah Dilla dan David hanya dijadikan tambahan pelengkap saja. Jika kisah Dilla dan David pun ikut menjadi peran utama, sepertinya tidak masalah.

Selain itu, film ini sepertinya kurang cocok kalau hanya dinikmati tanpa effort lebih. Dalam artian usai nonton film ini, perlu ada ruang untuk kembali mengulang kembali dalam ingatan mengenai alur film ini. Setelah itu, baru akhirnya bisa memahami maksud dari film ini mau di bawa ke mana. Kalau cuma sekadar nonton tanpa dikaji lebih dalam, akan berakhir penuh kekesalan atas sikap Laras dan David. So, sepertinya film ini tidak ditunjukkan untuk penonton yang hanya ingin menikmati tontonannya saja.

Mungkin seharusnya akan ada sekuel dari film ini untuk memperjelas kisah David ataupun Dilla.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun