Atau ujara Capres petahana, Joko Widodo berkali-kali dalam kampanye -- tak hanya selama Pilpres 2019, akan tetapi juga lima tahun silam di Pilpres 2014, bahwa "Pemilu dan Pilpres adalah sebuah pesta rakyat, yang digelar damai tanpa rasa ketakutan," atau saling benci tentunya.Â
Mengapa harus dibangkit-bangkitkan semangat perang, dan meruntuhkan satu pihak dengan yang lain? Â Zaman sudah sedemikian maju, setelah 74 tahun merdeka.Â
Serba terbuka, nyaris tanpa tedeng aling-aling informasi mengalir tersebar dengan cepat, serta merta dan meluas. Mengapa mesti ditarik kembali ke masa jahiliyah? Pilihan memang tidak bisa dua untuk menduduki posisi Presiden.Â
Tetapi setelah Pilpres yang kalah tentunya terus membawa rakyat yang mendukungnya untuk ikut membangun negeri. Bukan menghancurkan negeri dengan perang kebencian, perang narasi hoax, perang kepentingan yang tidak toleran.
Sebagai masyarakat kita harus cerdas membedakan mana berita asli dan mana berita hoax, perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya, apakah dari institusi resmi, seperti KPK/POLRI. Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari penggiat ormas, tokoh politik, dan cek keaslian foto, cara mengecek keaslian foto bisa memanfaatkan mesin pencari google, yakni dengan melakukan drag and drop ke kolom pencarian google images, hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat diinternet sehingga bisa dibandingkan.Â
Jika kita bisa melawan berita hoax tersebut, maka pemilu akan berlangsung dengan damai. Pemilu damai merupakan keinginan semua pihak, pemilu sebagai instrumen demokrasi dan upaya membangun perubahan kondisi bangsa yang lebih baik menjadi penting maknanya bagi bangsa indonesia yang masih berada dalam kondisi memprihatinkan kini.Â
Kandidat pemilu dalam menepati janji-janji politiknya untuk melaksanakan kampanye secara damai, tertib, aman, dan lancar, berkompetensi secara sehat dan meminimalisir intervensi dan politik kotor yang bisa merusak suasana.Â
Untuk mencapai pemilu yang sukses memang tidak mudah, harus lebih proaktif dalam banyak hal khususnya berkaitan dalam setiap agenda pemilu, dan pemilu yang bermartabat, pemilu yang demikian itu, dalam konteks indonesia merupakan demokrasi yang harus memperkuat NKRI, harus mensejahterakan, berkhidmat dalam arti takut akan Tuhan dan menjunjung tinggi nilai kemanusian menurut hukum. Oleh karena itu, untuk menuju pemilu dan demokrasi bermartabat, yaitu pertama, harus memahami pentingnya pemilu.Â
Hal ini penting terus disosialisasikan pihak terkait seperti KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu baik melalui tatap muka seperti diskusi, seminar dan lain sebagainya ataupun melalui media cetak, medsos atau media lain yang memungkinkan dapat menyampaikan arti penting pemilu, yang terjadi jangan justru pihak calon yang sering bersosialisasi dengan memasang baliho, gambar, dan poster dijalan.Â
Kedua, mengenali kandidat secara baik, hindari provokasi atau adu domba antar pemilih apalagi menyebar hoax, dan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebagai bentuk partisipasi dan tanggung jawab bersama. Karena pemilu adalah agenda bersama, dimana kedaulatan berada ditangan rakyat, maka menjadi wajib hukumnya secara perorangan untuk dapat menyalurkan suara dengan mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS)
Sudah saatnya kita Rakyat Indonesia melakukan perubahan dalam cara berdemokrasi yang baik. Indonesia harus dan wajib melaksanakan Pemilu damai, saya dan kamu hanya bisa berusaha, semaksimal mungkin meskipun lewat tulisan. Percayalah, Indonesia selalu baik-baik saja.