Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Ketika Ibu (Dulu) Sedang Jatuh Cinta

23 Desember 2024   18:27 Diperbarui: 23 Desember 2024   18:27 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau Ibu pas memandang wajah Bapakmu, dia menunduk. Pas Bapak yang gantian memandang wajah Ibu, eh, Ibu nunduk juga. Gak kuat, Nduk." Tawa kami kembali pecah.

Diam-diam, adik-adik ibu mengintip dari balik tirai sembari senyum-senyum saat memergoki adegan itu.

***

Bulan demi bulan berlalu, tanpa saling menyatakan suka atau cinta, hati Ibu terpaut pada pemuda Jawa yang halus tutur katanya itu.

"Bapakmu itu romantis, Nduk. Suka berkesenian dan tampil di acara-acara Kawedanan atau pesta rakyat yang digelar oleh pabrik tempat bapak kerja."

Ibu juga bercerita, terkadang pemuda romantis itu menghibur Nyai dan Atuk dengan petikan gitar yang dibawanya ke rumah panggung. Melantunkan tembang Jawa atau Melayu, sesekali lagu barat yang sedang populer di zaman mereka muda.

Tibalah saat pemuda Jawa dengan niat baik dan tulus menghadap Nyai dan Atuk, mengutarakan maksud untuk melamar Ibu.

Nyai dan Atuk meminta waktu sebelum mengiyakan untuk menerima pinangan atas anak gadis mereka.

"Rupanya, tanpa sepengetahuan Ibu, Nyai telah menerima pinangan pemuda asal para pelaut dari tanah seberang yang merantau juga di kota Ibu. Bahkan telah menerima sekotak perhiasan emas."

Aku terbangun dari rebahan di pangkuan Ibu, memandang wajahnya dengan mulut ternganga. "Lho, terus piye, Bu?"

Nyai dan Atuk sempat bersitegang beberapa hari. Atuk sangat tidak setuju dengan sikal Nyai yang menerima begitu saja pinangan pemuda asal para pelaut tanpa bertanya pada Atuk mapun Ibu. Nyai tergiur dengan pemberian dari pemuda itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun