Lebih mirisnya lagi, saat Rahmi membutuhkan pendamping untuk berobat ke rumah sakit, tak satu pun anaknya dapat mendampingi. Bahkan mereka tidak tahu bahwa dirinya mengidap sakit vertigo akut.
Rahmi hanya bisa menceritakan isi hatinya kepada adik perempuannya. Bahkan Ia nekat pergi ke makam suaminya di luar kota tanpa izin dari anak-anaknya meski dalam keadaan kurang sehat.
Air mata saya mulai terkuras saat adegan Rahmi menikmati udara segar dipinggir sawah, pula membiarkan ombak menyapa kakinya di pinggir pantai, wajahnya yang menua dibiarkan dibelai angin laut yang menderas. Dialog batin akan kerinduan suaminya, sangat memilukan hati seorang wanita sepuh yang merasa kesepian.
Saya tiada lagi menahan derai air mata, saat Rahmi berziarah ke makam suaminya, berdialog seakan pasangan hidupnya itu mendengar curahan isi hatinya yang gundah tentang anak mereka berdua. Doa terpanjat dari lisannya untuk kebaikan putra-putrinya. Ia menginginkan agar mereka rukun selamanya kelak jika ia menyusul menghadap Sang Pencipta.
Selanjutnya kisah dalam film ini menghadirkan konflik dan permasalahan yang timbul sejak anak-anak mengetahui tentang kondisi kesehatan Rahmi. Semua mengkhawatirkan keadaannya, tetapi mereka saling lempar kesempatan dalam hal menjaga dan merawat Rahmi, gegara alasan kesibukan masing-masing.
Akankah mereka terus berkonflik? Apakah mereka siap mental bila esok Ibu tiada? Bagaimana mereka melanjutkan kehidupan tanpa kehadiran Ibu yang selama ini membersamai mereka dengan dukungan, doa dan pengorbanan?
Film ini sangat saya rekomendasikan untuk disaksikan bersama keluarga. Kisahnya sederhana dan relate dengan kehidupan nyata. Benar juga menurut saya, bahwa seorang Ibu bisa sukses melahirkan, merawat, membesarkan dan mendidik anak. Tetapi belum tentu aeorang atau lebih anak mampu merawat seorang Ibu di hari tuanya.
Sungguh, film ini menhadirkan hikmah dan perenungan yang dalam bagaimana kita musti memuliakan Ibu hingga akhir hayat. Kita tak mampu membalas kebaikan dan jasanya dengan bumi dan seisinya sekalipun.
Al Fatihah, untuk Ibu yang telah mendahului kita berpulang kepadaNya.
Pula doa terbaik untuk para pembaca yang masih diberikan kesempatan membersamai Ibu dan Ayah di hari tuanya. Semoga menjadi ladang amal dalam berbuat baik kepada orang tua.
Hepi wiken, Pembaca sekalian.